⍟
____________
"Hai, Cantik!"
Adriel melempar senyuman paling manis yang ia miliki, lantas mengedipkan sebelah matanya pada gerombolan siswi yang berpapasan dengannya di koridor. Poninya yang terbelah menampakkan jidat paripura Adriel menambah kadar cantik dari pria berbulu mata lentik itu. Meski wajahnya lebih bisa dideskripsikan cantik daripada tampan, Adriel tetap menjadi banyak incaran para gadis dengan wajahnya yang rupawan dan sikapnya yang ramah.
"Mau fakta menarik hari ini gak?" tanya Adriel pada tiga siswi itu. Ketiganya menggeleng, menatap Adriel bingung sembari menahan senyum karena berpapasan dengan Adriel, yang katanya salah satu murid tertampan di Candala.
Bahkan jika hanya berpapasan, parfum Dior Sauvage milik Adriel akan tahan lama menari di udara meski orangnya sudah berlalu. Membuat Adriel ini memiliki ciri khas sendiri, tampan, ramah, dan tentu saja wangi. Makanya banyak siswi yang tergila-gila.
"Coba cek keyboard kalian. Kalian sadar gak kalau i selalu ada di samping u," kata Adriel sensual masih mempertahankan senyuman manisnya. Tapi yang mengherankan, meskipun gombalan Adriel tergolong garing, gadis-gadis di hadapannya tetap tersipu malu bahkan sampai merona wajahnya---membuat senyuman Adriel semakin melebar bangga.
"Awali pagimu dengan gombalan Adriel yang gak bermutu," sahut Fay melewati mereka begitu saja.
"Yaudah para Bidadariku. Calon kekasih di masa depan kalian mau pergi dulu, kalau ada apa-apa chat aja, ya? Nomor aku masih yang lama."
Adriel hendak berbalik, keningnya mendadak berkerut dan kembali menatap tiga siswi yang masih berada di tempat sebelumnya. "Oh iya! Kalau jatuh, jangan ke bawah! Ke pelukan aku aja." Kemudian Adriel memanyunkan bibir dengan bunyi hendak memberikan ciuman jarak jauh. Kekehannya terdengar saat melihat salah satu di antara gadisnya menahan pekikan. Kemudian berbalik, selalu dengan senyuman manis seolah Adriel adalah pemuda paling bahagia di dunia. Tatapan matanya yang genit tak pernah terlihat bergetar.
Fay yang mendengar itu memutar bola matanya muak dan mendengkus kasar. Gadis itu menatap gerombolan siswi lainnya yang bukan berasal dari kelas yang sama menghalangi jalan dengan berkumpul di depan kelas Fay.
"Eh, jangan pada ngumpul di depan pintu. Lagian anak mana sih lo pada? Ngapain jadi bediri di depan kelas gue. Pergi sana!" usir Fay yang membuat gerombolan itu bergegas bubar sembari meninggalkan bisik-bisik tentang perilaku Fay yang terlalu jutek. Fay tidak memedulikan itu dan langsung memasuki kelasnya. Disambut dengan beberapa pemandangan empat manusia berjenis kelamin laki-laki, tiga di antaranya berada di belakang, tepatnya paling ujung di sudut ruangan sedang lesehan bermain games.
Dan satu lagi yang tak mau Fay ingat namanya.
Adriel merangkul bahu Fay sembari menatap gadis itu dengan senyuman cerahnya. "Udah sarapan belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASY
Roman pour AdolescentsMenyamar sebagai anak sekolahan demi kontrak 90 juta untuk menjaga seorang Johara Mae Damian awalnya adalah tugas biasa bagi Xavier Wistara. Mempertemukan Xavier pada perkumpulan anak-anak istimewa di sekolah yang berujung terkuaknya rahasia masa la...