Senja menatap bunga yang ia tanam di halaman belakang rumahnya dengan hampa.
Ia menyentuh permukaan bunga tersebut kemudian menyiramkan segelas air putih yang sengaja ia bawa dari dalam rumah.Disana ia menguburkan janinnya. Dua bulan yang lalu, Senja membawa janinnya yang berusia 7 minggu untuk ia semayamkan di halaman belakang rumahnya tanpa di ketahui oleh siapapun, lantas menanami sebuah bunga sebagai nisan dari bayinya.
Tidak ada yang tahu, kecuali dirinya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Suara Aga menginterupsi kegiatan Senja yang saat itu sedang berjongkok di depan tanaman bunga, terlihat aneh karena pakaian yang di kenakan oleh Senja.
Ya, saat ini... Senja memakai gaun pesta untuk acara pertunangan Langit dan Larissa Kim. Di dalam sana, mereka sedang berbahagia atas peresmian yang di adakan di dalam rumahnya. Sedangkan ia meratapi dukanya di depan pusaran bayinya.
"Sedang menyiram bunga, Mas..."
"Masuk, yuk... disini dingin," ajak Aga.
"Nanti saja, Mas," tolak Senja halus dengan seulas senyum tipis.
Pria itu nampak menghela nafasnya.
"Di dalam sedikit panas, aku juga keluar karena mencari udara segar. Ngomong-ngomong, bunga apa itu?" Tanya Aga mengalihkan pembicaraan.
"Mawar," jawab Senja sambil beranjak. "Aku merawatnya seperti anakku sendiri," kata Senja.
Aga menelan ludahnya. "Bayimu, di kubur dimana?"
Senja menoleh dengan seulas senyum. "Disini," tunjuk Senja pada bunga mawar di depannya. Raga tersentak untuk sesaat, kemudian menatap Senja dengan perasaan tak menentu. Sejenak, Raga menyelami mata gadis itu, hanya ada perasaan hampa yang menyakitkan.
Apakah Senja merasakan kehilangan yang begitu dalam? Padahal, jelas bahwa pria itu mungkin tidak menginginkan janin itu hadir. Terlepas dari siapa lelaki tersebut.
"Kamu terlihat mencintainya, terlepas siapa pria yang telah menghamilimu..."
"Dia pernah menjadi bagian dari diriku, Mas." Senja menjawab lirih, namun Raga bisa merasakan kepedihan dalam suaranya.
"Masuk, yuk. Sabda pasti sudah menunggumu... tadi Mas lihat, dia baru saja datang."
Senja bergeming, kemudian menghela nafasnya.
"Mas," panggil Senja.
Pria bernama Raga itu menghentikan langkahnya untuk menatap Senja.
"Iya?"
"Bisakan rahasiakan soal bayiku?" Senja terdiam sesaat, berharap bahwa Raga menyetujuinya.
Raga menunjuk bunga mawar tersebut. "Tidak akan ada yang tahu kecuali aku dan kamu, Senja. Dan aku akan tutup mulut," kata Raga sambil membuat gerakan menutup retsleting pada bibirnya.
Senja tersenyum lega, percaya bahwa Raga bisa menjaga rahasianya. Mereka telah berteman sejak kecil, dan hal-hal yang perlu di jaga, akan tetap terjaga. Seperti perasaannya.
***
Sabda Mahesa langsung menghampiri Senja kala matanya menangkap sosok perempuan yang sejak tadi ia cari-cari.
Sebenarnya, acara ini cukup membosankan bagi Sabda. Pertunangan Langit dan Larissa sudah di lakukan di kediaman wanita itu sebelumnya sedangkan tante Evelyn ngotot ingin membuat pesta yang sama untuk keluarga besarnya. Mungkin, bagi Senja pesta ini tidak kalah membosankan.
"Mas, kapan datang?" Tanya Senja saat tiba-tiba Sabda datang untuk memeluknya.
"Baru saja," jawab pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Cinta
RomanceKarena ingin menebus rasa bersalah yang amat besar pada istri kakaknya, Senja harus terikat perjanjian yang di buat oleh Larissa, istri Langit. Dengan mengandung bayi dari kakak angkatnya, Senja harus kehilangan semua yang ada dalam hidupnya. Termas...