TC 7 💑

2K 157 29
                                    

Perasaan Larissa sangat tak menentu, seolah di cintai dengan begitu hebat, lantas tanpa aba-aba---Langit menghempaskan perasaan wanita itu hingga ke dasar jurang.

Perhatian Langit serta kata cinta dari pria itu sekarang seperti omong kosong di matanya.

"Aku yang seharusnya minta maaf, bukan Senja!" Hardik Langit ketika mereka telah memasuki kamar. Sedangkan Larissa menghembuskan nafasnya jengah.

Ya, memang benar. Tapi, Larissa lebih suka melampiaskan amarahnya pada Senja ketimbang Langit, pria yang sangat ia cintai itu. Bahkan sampai detik ini, Larissa ingin menepis apapun yang di lihatnya!

"Pertengkaran ini sudah selesai, Mas!" kata wanita itu, energinya seakan habis terkuras selama di kamar Senja tadi.

"Begitu saja?" Tanya Langit tidak yakin. Di dalam kamar Senja, Langit melihat amarah yang begitu menggebu, lalu kenapa sekarang amarah di mata istrinya nampak padam?

Kenapa Larissa bisa begitu mudah berubah pikiran?

"Aku memaafkanmu.. sudah, beres!" Kata Larissa santai sambil duduk di tepi ranjang. Wanita itu telah berusaha menguasai sesak yang tadi sempat menghantam dadanya. Saat ini, meski dadanya masih berdenyut nyeri kala mengingat sang suami sedang mengecup bibir adik angkatnya itu membuatnya sakit, Larissa akan menganggap semua itu tidak pernah terjadi!

Sedangkan Langit  menatap tidak percaya pada istrinya. "Kamu aneh!" Gumamnya kesal. "Selesai? Oke... aku minta maaf, apa semua itu cukup?" Langit mungkin berpikir terlalu jauh, ada setitik harapan bila kemarahan Larissa membuat keputusan berpisah. Tapi, di lain sisi---Langit berharap, Larissa tidak sejauh itu mengambil keputusan.

"Aneh? Iya, memang aku aneh. Aku cuma nggak mau harga diriku di remehkan orang. Bayangkan kalau aku membongkar rahasia kalian, mau di taruh di mana muka keluargaku, Mas? Kita baru menikah 3 hari yang lalu!! Aku terpaksa harus memaafkanmu karena aku mencoba berdamai dengan hatiku. Tapi, bukan berarti kamu bisa seenaknya. Aku bisa membongkar kapanpun rahasia kalian jika kalian terlihat kembali bersama, ingat itu!!!"

"Aku baru sadar jika aku hanya pelarian. Hanya kedok untuk menutupi hubungan kalian! Apa semua ini karena Senja?"

"Kalau begitu, nikmati saja seumur hidupmu harus bersamaku. Balasan yang setimpal adalah kamu tetap menjadi milikku, sementara kamu akan melihat apa yang ingin kamu miliki menjadi milik orang lain!"

"Kamu harus merasakan apa yang aku rasakan juga, saat dimana Senja menemukan belahan jiwanya, sementara kamu tidak bisa berbuat apa-apa, karena kamu terikat denganku! Itu adalah balasan yang harus kamu terima dariku..."

***

Semalaman, Langit tidak bisa memejamkan matanya. Begitupun Larissa. Dalam kepala mereka banyak sekali tanya yang berputar-putar.

Apakah hubungan ini akan berhasil? Apalagi setelah keburukan terlihat di awal hubungan.

Tapi ketika pagi hari, Larissa bangun lebih awal serta menyiapkan semua keperluan suaminya, seakan kejadian semalam tidak pernah terjadi.

Hal itu tentu membuat Langit bertanya-tanya tentang perasaan Larissa. Dan tanpa mengutarakan pertanyaan yang berputar dalam benaknya, Larissa yang bisa membaca pikiran Langitpun berkata, "Aku akan pura-pura lupa. Tunjukkan saja sikap rasa bersalahmu jika kamu ingin hubungan kita berlanjut. Berubahlah... cintai aku dengan caramu. Tunjukkan pada orang-orang, kalau di dunia ini kamu hanya memujaku, menginginkanku, agar saat hubungan kalian terbongkar dengan sendirinya, tidak akan ada yang percaya dengan semua itu!" Dan agar Senja tahu sakitnya menjadi aku.

Itu juga akan menjadi balasan untuk Senja.

Saat sarapan berlangsung, baik Larissa maupun Senja nampak canggung satu sama lain. Tapi tidak ada yang menyadari semua itu karena Larissa mampu menguasa perasaannya, serta masih bersikap sama pada semua orang, termasuk pada Senja.

Terikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang