Buat yang suka cerita berbau 21+ tapi tetep ada plotnya.
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI BIAR GAK KETINGGALAN NOTIF.
🔞 tentang kumpulan cerita berbau mature / dewasa / adult 21+ one shot alias short story berbagai genre dari yang biasa sampai fantasi�...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Friend's Brother [Alen - Adhisty]
(2444 words)
***
tags: age gap, minor, grooming, sort of manipulation, dubcon, cheating
Dhisty tidak pernah menyangka perkenalannya dengan Alen —kakak dari temannya, akan membawanya pada hal-hal yang belum pernah ia alami sebelumnya
***
"Lo temennya Bianca?"
Dhisty yang baru meraih gelas di rak pantry terkejut mendengar suara bariton tersebut. Ia nyaris menjatuhkan gelas yang ada di tangannya sebelum membalikkan badan dan menoleh untuk mengetahui pemilik suara tersebut.
Di hadapannya kini berdiri cowok tinggi yang memakai T-Shirt hitam dan celana putih tulang selutut. Tatapan yang cowok itu berikan membuat Dhisty hanya bisa meneguk ludah dan sejenak lupa atas pertanyaan barusan.
"Oh!" ucap Dhisty setelah tersadar. "Iya, Om. Aku Adhisty temen sekelasnya Bianca," ujarnya berusaha sopan dalam kegugupan.
"Alen," ujar cowok itu singkat menyebutkan namanya sendiri. Alis Alen terangkat, mungkin heran dengan keterkejutan yang terlihat jelas dari wajah Dhisty.
Jika ada yang terkejut, seharusnya itu adalah Alen sebagai penghuni asli rumah ini, bukan Dhisty. Alen memang sudah sering mendengar kalau Bianca punya teman dekat dan sering membawanya menginap karena adiknya merasa kesepian sejak kedua orang tua mereka semakin disibukkan dengan urusan bisnis. Terlebih Alen juga jarang menginap di rumah dan lebih sering memilih tidur di hotel dekat kantor. Bahkan saat WFH pun cowok itu lebih suka bekerja di café yang memiliki working space.
Namun ini pertama kali Alen melihat secara langsung teman yang sering Bianca bicarakan. Ada senyum tipis yang Alen keluarkan ketika mencermati wajah Dhisty hingga ia ingin menguji sesuatu pada cewek di depannya ini.
Alen tau-tau bergerak mendekat mengurangi jarak di antara mereka. Begitu sampai tepat di depan Dhisty, Alen membungkuk hingga wajah mereka nyaris sejajar dan membuat Dhisty menahan napas dalam kegugupan yang pekat.
Lalu Dhisty baru bisa diam-diam bernapas lega karena ternyata Alen bermaksud mengambil gelas yang berada di rak belakang tempat Dhisty kini berdiri.
Setelah mengambil gelas dan menjauhkan tubuhnya, Alen menyadari bahwa cewek yang nyaris dalam kungkungannya terlihat kembali gugup. Memang ini yang Alen ekspektasikan sejak tadi.
"Ngomong-ngomong jangan panggil gue om, dong. Gue abangnya Bianca, kalo Lo belum tau, dan gue masih belum setua itu," ujar Alen geli sambil membuka kulkas dan meraih sekotak susu coklat. Tidak merasa nyaman dipanggil om untuk umurnya yang baru 27 tahun. Juga tidak ingin membuat kesan pertamanya menjadi kaku.