Her Life [Kevan - Laura] 04

14K 428 51
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kevan aku gak bisa minum," tolak Melan saat Kevan menyodorkan satu gelas minuman berakohol padanya.

"Gapapa, sayang," bujuk Kevan dengan nada yang begitu manis. 

Kevan seolah tahu bahwa Melan tidak bisa menolak permintaannya. Lagipula, keberadaan Melan di sini adalah karena cewek itu mengiyakan permintaan Kevan untuk tidur dengannya —dalam batasan cuddle. Tentu tidak ada yang menjamin apakah mereka akan melangkahi batasan itu atau tidak nantinya. Baik Melan maupun Kevan. Sebagai orang yang menginisiasi hal ini, Kevan tahu dirinya tidak akan membatasi diri nantinya. 

Sementara itu, Melan jelas bukan cewek bodoh yang tidak mengerti dari resiko dan kemungkinan yang akan terjadi jika sepasang manusia tidur di kasur yang sama. Yang membuat Melan luluh terhadap Kevan adalah karena dirinya tidak pernah menangkap kesan menakutkan Kevan seperti apa yang dibicarakan orang-orang.

Melan merasa spesial. Bagaimana Kevan terlihat dingin pada orang lain dan hanya bersikap lembut kepada dirinya. Bahkan Melan tidak pernah melihat Kevan bersikap ramah kepada Laura.

Seolah Kevan menunjukkan sisi istimewa tersebut hanya kepada Melan.

Setelah berpikir lamat-lamat, Melan akhirnya mengangguk kecil. Namun ketika mata Melan menangkap sesuatu di sudut ruangan, ia berhenti, tidak jadi meminum apa yang Kevan sodorkan.

"Bentar, Kev," ucap Melan.

"Apalagi, sih, cantik?" tanya Kevan. Tidak biasanya Kevan habis kesabaran begini. Mungkin karena nafsunya sudah berada di ubun-ubun, sehingga tarik ulur Melan membuatnya frustasi.

"Itu Laura bukan?"

Kevan membalikkan badan, matanya menyipit tajam melihat ke arah yang ditunjuk oleh Melan. Rahang Kevan mengeras begitu menemukan sosok Laura yang Melan maksud. 

Kevan lalu menatap Melan sambil tersenyum. 

"Maaf kamu pulang bareng Nela ya," ucapnya lembut sambil mengecup singkat bibir Melan. 

Melan mengangguk pelan, merasa sedikit sedih karena malam ini rencana mereka batal. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuju ke meja tempat temannya berada untuk pulang bersama.

***

"Lo pada ngapain?"

Semua gerakan kemudian serentak berhenti ketika mendengar suara itu. Meskipun tidak terdengar sebagai sebuah bentakan, namun adanya penekanan pada tiap suku kata serta mengetahui siapa pemilik suara itu membuat Juan, Haga, dan Ivan tanpa sadar meneguk ludah dan tidak bergerak. 

"Kak Kev..." lirih Laura, nyaris menangis sambil menutupi bagian dadanya. 

Tanpa menunggu lama, Kevan menendang tubuh Juan hingga Laura bisa menjauh dari cowok-cowok itu dan memperbaiki bajunya. 

ONE SHOT [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang