Kiara masih terpaku di trotoar jalan raya dengan melamun
pikirannya tak karuan manakala mengingat kejadian hari ini, kecewa,takut,sedih, bahkan trauma menjadi satu
tapi tak ada satu pun yang membantu Kiara menyelesaikan semua permasalahannya, Alkara? tidak, dia sudah bertindak berbeda dengah ucapannya pada Kiara
Kiara memandangi hp pemberian Alkara, wajahnya menunjukan ekspresi jengkel ketika mengingat sang pemberi
"kenapa aku harus ketemu orang seperti Alkara? seharusnya seperti kak Arya, dia baik. selau perhatian sama aku,nggak pernah ngecewain aku. sama sekali tidak.." Kiara menangis sesenggukan, nafasnya tak karuan saat mengingat Almarhum kakaknya, Arya Stevan Mahes.
"mbak?" sapa seorang pria berperawakan tinggi dengan masih memakai helm ke arah Kiara
Kiara yang mendengar langsung mendongak memperhatikan, tangannya mengusap air matanya dengan kasar,
dia bukan Alkara tapi,.."lo Ica kan?" tanya pria itu, menunjuk ke arah Kiara yang saat ini berdiri dihadapannya.
"kamu siapa?"
"lo lupa sama gue?"
pria itu melepas helm miliknya dan memamerkan wajah tampannya pada KiaraKiara tampak masih tidak menyadari jika itu Deo, sahabat kecilnya yang sering pergi mengelilingi dunia mengikuti ayahnya yang bekerja di international working
"gue Deo Angkasa, temen lo waktu kecil yang temani lo buat rumah rumahan dari tanah liat" Deo menjulurkan tangannya pada Kiara yang tiba tiba membulatkan matanya.
"kamu Edo?"
"Nama gue Deo, bukan Edo tolol. masih aja salah ucap ye lo" Deo menyentil kening Kiara
"akh" Kiara mengusap keningnya karena sakit.
"lo udah tau gue kok diem aja? nggak kangen apa?"
"enggak," ucap Kiara ketus "salah siapa nyentil jidad aku yang mahal ini, sakit tau"
"iya maaf, nggak usah bete gitu sama gue,." Deo memperhatikan rambut Kiara dengan bingung "lo tumben di kepang dua gini?"
"terakhir aku ketemu sama kamu itu waktu Sd kelas dua, terhitung...." Kiara berfikir sejenak kemudian melanjutkan "12 tahun kita nggak ketemu, dan itu pasti bawa perubahan besar kan?"
"iya iya si pinter Matematika" Deo mengejek Kiara yang memperhatikannya dengan aneh
"lo ngapain disini?"
"aku lagi nunggu taksi" ujar Kiara memberikan alasan
"aneh banget lo, dari tadi taksi lewat lo nya nggak nyapa yaudah dikacangin juga sama supirnya"
"aku cari yang lebih bagusan dikit"
"nggak ada kale Ica, mendingan lo bareng gue aja. mau kemana? biar gue anterin"
"aku mau pulang ke kos, kamu mau anterin aku?"
"iya, per centi gue itung trus nanti totalan ya" ledek Deo sambil memakaikan helm pada Kiara
"itung aja kalau kuat, ngitung skala aja masih bingung waktu sd"
"sst diem, udah naik gue mau ngebutt"
"ngebut?"
"enggak, bercanda. kan lo takut banget ngebut"
Kiara mencubit pinggang Deo karena kesal, dengan segera ia menaiki motor besar Deo dan pergi dari trotoar yang mulai sepi
Sesampainya di gerbang masuk kos, Kiara turun dan melepas helmnya kemudian memberikannya pada Deo
"makasih ya udah anterin aku sampai kos"
"santai aja Ca, kakak lo mana? lo ngekos sendiri?"
Kiara menunduk lesu mendengar pertanyaan Deo
"Kak Arya udah nggak ada" lirih Kiara
"maksud lo?"
"kakak meninggal karena berantem sama geng motor"
Deo terkejut mendengar hal itu, Arya sudah Deo anggap sebagai kakaknya sendiri.
"kapan kejadiannya?"
"dua minggu yang lalu, waktu kak Arya jemput aku kuliah malam"
"yaudah, sorry gue udah nanya gitu ke lo, lo masuk gih, pasti cape kan? "
"bentar, kamu kuliah dimana?"
"gue kuliah disini"
"serius? disini cuma ada satu universitas lho"
"iya gue serius, emang kenapa kalau gue kuliah disini? lo nggak suka?"
"bukan gitu, aku kuliah disana juga"
Deo memasang muka penasaran, alisnya terangkat satu."lo kuliah disana? eh bisa kebetulan gitu ya"
"takdir kale, ambil jurusan apa?"
"gue ambil jurusan Akuntansi, lo?"
"aku manajemen"
"wih keren juga lo,"
Kiara tersenyum mayun ke arah Deo.
"masuk gih, pasti lo capek kan? gue mau pulang. cape juga soalnya"
"yaudah aku masuk dulu ya Edo"
"panggil gue Deo bukan Edo"
"Siap Edo"
Kiara menutup gerbangnya kemudian, Deo langsung menyalakan motor dan pergi dari kos Kiara.
Kiara membaringkan badannya di ranjang berwarna biru tua. tangannya menggapai ponsel yang berada di samping bantalnya.
masalah hari ini cukup membuatnya letih, ia menyetel lagu galau kemudian memejamkan matanya pelan. tak perduli meski dirinya melum mandi. ia memutuskan untuk istirahat sejenak dan rileks diatas kasur frozen empuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKIARA
Teen FictionPenderitaan Kiara yang selalu diganggu dengan kejahilan teman sekampusnya berakhir setelah dirinya bertemu Alkara Mahendra. Laki laki tampan yang memiliki dua pendirian, cuek dan sayang. semenjak itu Kiara menjadi gadis yang berbeda, dia mulai mele...