Happy reading guys, jangan lupa vote!!
Kiara kini terduduk di samping jendela, suasana pagi yang indah menyambutnya dengan rintikan air hujan yang tidak deras.
Kosnya berada dilantai paling atas, lantai tiga. Jadi Kiara bisa mengamati apapun di bawah sana, termasuk ibu ibu yang memarahi anaknya untuk sekolah tapi si anak malah asik mandi hujan padahal tidak deras sama sekali.
Drrrrrrrrttttt..
Suara ponsel pintar milik Kiara berbunyi, ia langsung membuka pelaku yang membuat hp nya sedikit bergetar
+62 3*** *** ***
Ra gue didepan kos lo, turun cepat!Kiara mengerutkan kening karena nomor yang tertaut sama sekali tak ia kenali.
Ia menatap kebawah, ada mobil yang berada tepat di depan gerbang kosnya. Dan di pintu sebelah kirinya bertengger seorang cowok yang mengenakan jaket hitam dan kacamata hitam. Siapa? Tidak mungkin Alkara kan?
Kiara langsung menuruni anak tangga dan langsung membukakan gerbang untuk cowok itu.
"Hay" tegurnya dengan melepas kacamata hitam yang terpakai dimatanya
"Eh, kamu Edo!! Aku pikir siapa tadi" Kiara memukul pundak Deo pelan.
"Gue mau ajak lo jalan, kebetulan hari ini nggak ada kelas. Lo free nggak hari ini?"
"Enggak sih... Yaudah bentar aku ambil tas dulu ya" Kiara berlari kecil menuju kamarnya, mengambil tas kemudian kacamata yang terpajang apik di samping kaca make upnya.
Baru kemarin ia menyempatkan waktu untuk ke tempat aksesoris karena dirasa kurang nyaman tidak memakai perhiasan berharganya."Yaudah masuk," Deo membukakan pintu untuk Kiara. Pandangannya menelisik ke wajah Kiara yang saat ini memakai kacamata. " Lo pake kacamata?"
"Iya, kenapa? Jelek ya?"
"Enggak, Lo cantik kok"
Kiara hanya tersenyum miring. Pukul 06:59, Deo membawa mobilnya dengan santuy, berbeda dengan teman biawak bin kadal Kiara. Deo mengemudikan dengan penuh hati hati matanya tak henti memandangi Kiara yang serius dengan ponselnya.
"Lo nggak nanya gue mau ajak lo kemana?" Tanyanya membuka topik, Kiara langsung mendongak menatap Deo kemudian menggeleng polos
"Gue mau ajak lo ke rumah gue"
"Ha? Nggak salah? Ngapain?"
"Bokap gue pengen ketemu sama lo. Katanya kangen"
"Oh om Ardi Bakrie"
"Lengkap banget manggilnya? Emang masih inget?"
"Aku punya daya ingat fotografis Edo. Jadi jarang sekali meleset untuk menebak nebak"
"Terserah lo deh.. eh btw yang kemarin itu kakak lo? Kok lo nggak cerita tentang dia si? Gue nggak paham banget sama sikap tu cowok"
"Temen aku, cuma ya gitu. Setelah tau kakak aku udah meninggal dan aku nggak punya siapa siapa lagi, dia langsung bilang kalau dia bakalan jadi kakak aku. Udah lah jangan ngomongin tentang dia, males aku" jelas Kiara diakhiri dengan bibirnya yang manyun
Sesampainya di rumah kediaman Deo, Kiara langsung menempatkan dirinya di kursi rotan yang ada di teras rumahnya.
"Lo nggak masuk?" Deo yang sedari tadi memegang gagang pintu mencoba memanggil Kiara yang celingak-celinguk tidak jelas
"Aku tunggu disini,"
"Yaudah bentar gue panggil ayah"
Deo masuk untuk memanggil Ardi, ayahnya. Sedangkan Kiara terus menelisik segala yang menurutnya menarik. Seperti kolam ikan yang saluran airnya bolong bolong, dan sandal jepit pink yang dipajang di firgura.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKIARA
Teen FictionPenderitaan Kiara yang selalu diganggu dengan kejahilan teman sekampusnya berakhir setelah dirinya bertemu Alkara Mahendra. Laki laki tampan yang memiliki dua pendirian, cuek dan sayang. semenjak itu Kiara menjadi gadis yang berbeda, dia mulai mele...