Happy Reading!
Keesokan paginya, Sakura sudah mulai melaksanakan tugasnya. Ia ikut pergi ke Rumah sakit dengan para relawan. Mulai dari menemui para Perawat Desa Salju untuk mengevaluasi hasil latihan, mengunjungi dan mengobservasi beberapa pasien hingga menulis laporan.
Sore berganti malam. Suhu Desa itu perlahan mulai turun drastis ketika malam menjelang. Salju perlahan mulai turun, menumpuk dihalaman Rumah Sakit itu. Udara yang dingin, bersalju dan badai. Butiran salju turun dengan begitu deras, menukik tajam seperti ingin menghancurkan rumah-rumah kecil dibawahnya. Suasana mulai terasa tak nyaman. Dan ini kali pertama Sakura berada disituasi semengerikan ini. Ia hanya duduk meringkuk dengan selimut tebalnya, bersandar pada dinding putih Rumah Sakit.
Ia sedikit mengigil ketika beberapa sapuan angin menulusup masuk melalui celah jendela Ruangannya. Sepertinya penghangat ruangan tak mampu menandingi suhu dingin badai salju diluar.
Jam sebentar lagi menunjukkan angka tengah malam. Dan dalam hati, Sakura sedikit menyesal ketika menolak ajakan Hana untuk kembali ke Asrama. Ia malah memilih tetap tinggal untuk segera memyelesaikan laporannya.
Tak! Tak! Tak!
Suara salju yang seolah mengetuk jendela Ruangannya terdengar bersahutan. Angin kencang seolah membawa butiran-butiran salju itu untuk menghujam jendela Ruangan itu.
Sakura menggerutu. Entah mengapa udara dingin dan badai diluar sana membuatnya kesal.
"Haish!"
Ia beranjak dari duduknya, tatapannya beralih menatap keluar jendela yang dipenuhi sesak oleh salju dan angin. Kabut dimana-mana dan jarak pandanganya hanya sebatas lampu dibalik pintu Ruangannya.
Ia cemberut, namun detik berikutnya ada bayangan samar yang tertangkap netra emeraldnya. Ia menyipitkan matanya, seolah tak percaya, ia menggosok matanya sekilas lalu kembali menatap bayangan itu.
"Eh?" Ia bergumam, sedikit tak percaya dengan apa yang ia lihat. Dibalik kabut itu, ia dapat menangkap sesosok bayangan dengan pakaian merah gelap dan bertudung. Sosok itu tak bergeming, ia justru mendongak, menatap hujaman salju yang membentur tubuhnya.
"Orang bodoh mana yang berdiri seperti itu ditengah badai salju ... " Sakura bergumam. Tapi semakin ia perhatikan, sosok itu nampak memeluk tubuhnya sendiri dengan tubuh yang bergetar. "Oh, apa dia kedinginan?" Ia kembali bergumam.
"Aish, tentu saja. Orang bodoh mana yang tidak mengigil dicuaca seperti ini." Sakura menggerutu. Ia bergegas mengambil mantel hangatnya sebelum bersiap untuk menghampiri orang itu. Walaupun dalam hatinya Sakura merasa aneh dengan sosok itu. Jika dia kedinginan, bukankah harusnya dia berteduh ketempat yang lebih hangat dan aman? Dan apa yang dia lakukan? Hanya berdiri ditengah salju yang hampir mengubur separuh tubuhnya?
Ia berseru. "Oh! Apa dia mengalami Hipotermia?! Whoah, itu berbahaya!" Tanpa menunggu waktu lama, ia segera membuka pintu Ruangannya. Udara kencang dan dingin langsung terasa menusuk hingga ketulang. Tubuhnya bahkan beberapa kali kehilangan keseimbangannya.
"HEI! KAU YANG DISANA!" Sakura berseru, ia berlari sedikit kepayahan. Ia benar-benar memaksakan langkah kakinya yang terasa tertekan oleh angin kencang. Kakinya pun terasa mati rasa ketika sepatunya tak mampu menahan salju yang menembus masuk.
"HEI! KAU MENDENGARKU?! KEMARILAH!"
Ia kembali berseru, dengan harapan sesosok bayangan dengan tudung merah itu menghampirinya. Tak mendapat jawaban, Sakura terus melangkahkan kakinya. Pandangannya benar-benar minim karena kabut. Ia beberapa kali menutup kelopak matanya ketika dirasa beberapa butiran salju menghantam wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/320400355-288-k951044.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Medical-nin
FanfictionPerjalanan misi penebusan dosa jangka panjang si bungsu Uchiha tentu sudah kita ketahui. Namun, bagaimana jika kali ini Sakura juga harus menjalankan misi jangka panjang keluar Desa? Dari Konohagakure menuju Sunagakure, berlanjut menyeberang ke Kir...