Happy Reading!
••
•
•
•
"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Kio membuka suara, netranya menatap Yui dan Asaki bergantian. Di Toko itu, mereka duduk berhadapan. Toko kecil yang diubah menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman dari hujaman salju diluar sana.
Asaki, pria dewasa dengan rambut biru gelapnya menatap Kio dan menghela nafas. "Bagaimana kita bisa meminta bantuannya?"
"Kita bisa menjebaknya."
Pukulan ringan dari wanita surai coklat itu mendarat tepat dikepala Kio, remaja itu meringis dan menatap Yui dengan tajam. "Jika kita menjebaknya untuk membantu kita, aku takut itu akan menjadi semakin rumit." Yui menatap kedua laki-laki itu bergantian, "Kenapa kita tidak meminta bantuannya secara langsung?"
"Apa kau bodoh? Apakah ada orang lain yang mau membantu orang lain dengan resiko nyawanya sendiri?" Asaki berucap tajam dan disahut dengan ringisan Yui.
"Energi jahat itu jelas harus selalu diserap agar sesuatu yang lebih berbahaya itu tidak bangkit. Kio tidak bisa terus menerus menyerap semua energi itu, kapasitasnya akan berkurang suatu hari nanti." Asaki menatap Kio, lalu melanjutkan. "Sebenarnya pun, kita tak punya solusi. Setelah energi itu diserap, tidak ada yang bisa Kio lakukan selain menyimpannya didalam tubuhnya."
Asaki menatap Yui, ia memberi tatapan lebih lembut ketika Yui menunjukkan ekspresi tegang diwajahnya. "Yui, akar masalahnya adalah si pembangkit dari energi itu. Sampai kapan kita harus mengorbankan nyawa orang lain?"
Yui terdiam, itu benar, mereka tak benar-benar menemukan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Yang bisa mereka lakukan hanyalah menyerap energi-energi itu tanpa bisa menghancurkannya. Suatu hari nanti, Kio pun tidak akan sanggup menampungnya dan berakhir dengan kematian. Lalu, bagaimana dengan Sakura? Bantuan yang mereka harapkan hanyalah sesuatu yang mirip dengan kemampuan Kio. Yang pada akhirnya pun, Sakura akan ma-
Selama pengamatannya, Yui merasa Sakura lebih mampu dari pada Kio, yang membedakan diantara keduanya hanyalah netralisasi energi positif yang Sakura miliki. Namun jika Sakura memang bersedia membantu, akan sampai kapan? Akan sampai kapan mereka berada dititik bergantung pada orang lain? Sampai kapan Yui harus mengorbankan banyak nyawa orang lain hanya untuk menunda kebangkitan sesuatu yang sepertinya sangat diharapkan oleh petinggi-petinggi Desa mereka sendiri?
Yui menatap jelaga teduh pria dihadapannya. Semua tak benar sejak awal, akar masalahnya ada pada si pembangkit itu. Bajingan tak tahu diri.
"Aku membuat sesuatu," Kio mengintrupsi, kembali menarik perhatian Asaki maupun Yui. "Sesuatu seperti bola kristal. Aku melapisinya dengan Chakraku dan memindahkan energi-energi yang ada didalam tubuhku ke bola kristal itu. Aku tak tahu sampai kapan bisa menjaga bola itu tetap stabil, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin."
Yui tersenyum bangga, namun Asaki tak menunjukkan ekspresi apapun. Apapun yang mereka lakukan, pada dasarnya akan berakhir sia-sia. Dalam hatinya, ia sesungguhnya tak memahami tujuan dari para petinggi Desa. Tujuan yang hanya mereka lihat dari satu sisi tanpa memikirkan akibat dari kebangkitan makhluk yang mereka harapkan.
Asaki mengalihkan tatapannya, menatap adik perempuannya yang tertidur pulas dengan balita laki-laki berusia 4 tahun yang tertidur dipelukannya. Berbeda dari mereka, tujuan ia dan teman-temannya hanyalah menjaga apa yang semestinya dijaga, menempatkan sesuatu yang salah ditempat semula. Ia tak menyangka, tujuan mulia mereka harus mengorbankan banyak nyawa hanya karena mereka tak memiliki kekuatan untuk berpegangan sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Medical-nin
ФанфикPerjalanan misi penebusan dosa jangka panjang si bungsu Uchiha tentu sudah kita ketahui. Namun, bagaimana jika kali ini Sakura juga harus menjalankan misi jangka panjang keluar Desa? Dari Konohagakure menuju Sunagakure, berlanjut menyeberang ke Kir...