9.| Clothes

322 217 175
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaa^^




Happy reading!

Rafa memandang Jihan, tidak nyaman terus di pandang akhirnya gadis itu membuka suara. "Kenapa?"

Laki-laki itu masih terus memandang Jihan dengan tatapan dinginnya. "Bagaimana kau bisa mengetahui kedatangan para zombie tadi,"

Dengan acuh tak acuh gadis itu menjawab. "Entah... Mungkin insting,"

Rafa mendengus dengan seringaian yang terpatri. "Insting, heh?"

Gadis itu mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Kau curiga padaku huh," kedua mata itu terus memandang satu sama lain seolah ada listrik yang saling terhubung.

Lio menutup pandangan Rafa dengan telapak tangannya di depan wajah laki-laki itu. "Mungkin Jihan memang memiliki insting yang sensitif, tidak baik untuk kita saling mencurigai di saat seperti ini." Perkataan Lio hanya di balas dengusan dari Rafa.

Jihan memasang senyum mengejek. "Benar tuh!"

Azizah menghela nafas kecil, ia menarik gadis itu duduk di dekatnya.

Fino menghela nafas. "Dari pada itu apa kalian tidak merasa aneh? Kenapa jalanan komplek yang awalnya sepi itu tiba-tiba kedatangan puluhan zombie? Ada yang janggal dengan kejadian ini,"

"Aku juga ngerasa begitu, bahkan saat kita pergi ke minimarket tadi tidak ada tanda-tanda zombie sama sekali. Tetapi tiba-tiba saja mereka muncul dari pintu belakang? Bahkan sebelumnya sangat sunyi," Decha menimpali.

"Hah... Ini semua membuat frustasi," keluh Alya. Aza menepuk kecil pundak gadis itu.

"Mau bagaimana lagi kan... Tapi apa pemerintah sudah melakukan penyelidikan tentang virus ini? Seperti mm... Menelitinya pada laboratorium," ucap Aza.

"Mungkin saja iya." Sahut Decha.

"Sudahlah, nanti saja membahas hal itu... Apa kalian tidak lapar?" Tanya Lio.

"Hah... Baiklah, aku juga sudah lapar." Sahut Fino.

"Kalian sudah makan?" Tanya Lio kepada kedua turis yang sedari tadi hanya diam duduk di depan pintu.

"Belum!" Balas Jey cepat langsung mendapatkan sentilan di dahi dari Sagara.

"Kami sudah, kalian saja yang makan." Sahut Sagara, Jey ingin membantah tetapi ia urungkan saat melihat tatapan tajam Sagara.

"Jangan sungkan, kita semua teman sekarang." Ucap Lio, terkekeh saat melihat ekspresi murung Jey.

Mendengar itu Jey langsung merubah ekspresinya, memandang Sagara dengan alis yang di naik turunkan, melihat itu pria berkulit pucat itu hanya memutar bola mata malas.

"Kita harus berhemat, karena kita tidak tau sampai kapan terjebak di antara zombie ini. Jadi pembagiannya tidak terlalu banyak, tetapi mungkin cukup untuk menutupi rasa lapar," ucap Lio, mulai memberikan bagian masing-masing.

"Tak apa, kami mengerti." Balas Zaiden yang di angguki oleh semua.

"Kapan kita melanjutkan perjalanannya?" Tanya alya.

"Lebih baik kita pergi saat malam lagi," saran Azizah.

"Baiklah apa ada yang tidak setuju?" Tanya Zaiden yang di balas gelengan oleh semua.

"Baiklah sudah di putuskan! Lebih baik kalian menghabiskan makanan kalian terlebih dahulu dan setelahnya kita bisa istirahat sambil menunggu gelap." Perintah Lio tersenyum kecil.

LAND OF THE DEAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang