11. | Run (2)

193 109 223
                                    

Untuk sampai ke Jalan Tol yang perlu mereka lakukan hanyalah terus berjalan lurus 45 kilometer dari Toko Baju tempat mereka bersembunyi. Kira-kira perjalanan mereka telah mencapai 30 kilometer, selama perjalanan itu mereka berhasil menghemat lebih banyak tenaga berkat Lio, Sagara dan Jey yang pandai menginstruksikan mereka untuk berjalan sambil bersembunyi dari zombie yang ada. Total zombie yang mereka hadapi saat ini adalah lima.

Aza menghela nafas pelan. "Sepertinya kita bisa sampai ke Jalan Tol tanpa perlu berhadapan langsung dengan zombie-zombie itu," Ucap Aza kecil.

"Mengucapkan kata-kata itu bisa jadi bumerang untuk kita loh." Sahut Jihan.

Gggrrrtt... gggrrrtt...

"Yap. Baru saja aku katakan."

Di depan terlihat 8 zombie yang tengah mengerumuni seorang laki-laki yang mengenakan jaket hitam dan celana abu-abu yang mana juga masih terpasang topi hitam dengan gambar bulan sabit di bagian depan topinya pada kepala laki-laki itu.

Di depan terlihat 8 zombie yang tengah mengerumuni seorang laki-laki yang mengenakan jaket hitam dan celana abu-abu yang mana juga masih terpasang topi hitam dengan gambar bulan sabit di bagian depan topinya pada kepala laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zombie-zombie itu terus menggigit bagian-bagian anggota tubuh laki-laki itu. Keadaannya sudah sangat mengenaskan dengan isi perut yang sudah keluar, tangan yang hampir putus dan kaki dengan banyak bekas gigitan menampakkan daging dalamnya. Azizah, Aza, Decha, Alya dan Orion mual karenanya dan Fino sampai muntah melihat hal itu.

Sagara dan Jey terus memperhatikan zombie-zombie yang masih belum menyadari keberadaan mereka di balik dinding bangunan persimpangan Jalan Raya itu. Arka menepuk-nepuk pelan punggung atas Fino sambil menggenggam air mineral di sisi kanan lengannya. Rafael langsung menarik mundur Orion untuk tidak melihat pemandangan itu lagi. Jihan menyuruh keempat sahabatnya untuk duduk bersandar di dinding bangunan itu terlebih dahulu, ia membuka tutup botol air mineral dan di bantu oleh Lio. Zaiden sendiri hanya berdiri diam memperhatikan teman-temannya, di kedua lengannya ia menggenggam tas yang berisi minuman yang telah berkurang tiga.

Jihan bangkit. "Menjijikan, seperti kanibal." Guman Jihan yang masih dapat di dengar oleh mereka yang baik-baik saja.

"Hanya saja mereka bukan manusia." Sahut Lio kecil.

"Kalian semua pergilah hadapi zombie-zombie itu, biar aku yang menjaga yang lain disini," ucap Jihan. Gadis itu mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Terlalu berbahaya jika kau sendirian," balas Lio dengan ekspresi khawatir nya.

"Tidak apa-apa, mumpung suasananya masih sepi di sini. Lagi pula walau yang lain muntah dan mual bukan berarti mereka lemah dan tidak bisa bertarung," Jihan memandang ke-enam laki-laki itu dengan ekspresi serius. "Tidak ada pilihan lain, dan kita tidak akan bisa lewat tanpa ketahuan seperti sebelumnya. Lagipula jumlah orang yang akan menghadapi 8 zombie itu saja sudah kurang," lanjut Jihan.

Ke-enamnya memasang ekspresi rumit. "Hufh baiklah, kau juga harus hati-hati ya." Ucap Zaiden sedikit mengacak rambut bagian belakangnya.

Jihan balas dengan anggukan kecil.

LAND OF THE DEAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang