Chapter 12 ~ Fellicya Kaylegh

14 0 0
                                    


Setelah sekitar dua jam perjalanan, dan beberapa kali beristirahat di tengah-tengah perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di Desa Agiesia.

Mereka langsung masuk ke toko, sementara Rain mandi, Cherry memasak makanan untuk mereka. Setelahnya, gantian Cherry yang membersihkan dirinya. Setelah gadis itu selesai mandi dan berpakaian, mereka kemudian makan bersama, di meja makan yang ada di dapur toko.

Tatkala Rain fokus makan sambil terlihat memikirkan sesuatu, Cherry memperhatikannya dengan khawatir. Gadis itu tiba-tiba kembali mengecek suhu tubuh sang Pangeran dengan menyentuh dahinya.

Deg

Dada Rain kembali berdegup, dia yang sedari tadi asik mengunyah makanannya sambil berpikir, langsung terhenti karena sentuhan gadis itu.

"Loh ... dahimu sudah tidak hangat seperti tadi lagi." ucap Cherry sambil berulang kali mengangkat dan meletakkan tangannya di dahi Rain.

Rain yang tersentak segera menepis tangannya. "Sudah kubilang kan, aku tidak sakit!" serunya dengan kesal, karena Cherry tiba-tiba menyentuhnya seperti itu.

Deg, Deg, Deg─

Gawat ...

Cherry menurunkan tangannya. "Kau yakin tidak perlu minum obat?"

"Hm." Rain mengangguk dan kembali menyuap sesendok makanannya, dengan raut wajah yang masih kesal.

Lalu, tadi itu kenapa ya ... Batin gadis itu sambil melanjutkan makannya. "Oh iya, perbanmu belum diganti, kan? Sehabis ini akan kuganti."

"Oke." jawab Rain singkat.

Di Istana Kerajaan Alzeinth, Dylan sedang bersiap-siap untuk mencari keberadaan kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Istana Kerajaan Alzeinth, Dylan sedang bersiap-siap untuk mencari keberadaan kakaknya. Baju zirah serta jubahnya sudah terbalut rapi di badan, guna melindungi diri. Setelah memasukkan beberapa barang kedalam tas, dia kemudian mengambil pedangnya, dan beranjak keluar dari kamar. Beberapa prajurit di luar istana sudah menunggunya, Ayahanda dan Ibundanya juga sudah ada disana, untuk melepas keberangkatan sang anak.

Setelah melihat anak bungsunya keluar dari pintu kerajaan, dan menghadap mereka, Keegan kemudian langsung memegangi bahu anaknya itu.

"Dylan, berhati-hatilah anakku, dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Keselamatanmu lah yang harus diutamakan."

Dylan mengangguk mengerti. "Baik, Ayahanda, aku paham." Keegan mengangguk diiringi kedua alis tertaut, lalu menepuk-nepuk bahu anaknya itu. Menaruh kepercayaan penuh padanya.

Bergantian sang Ratu yang sekarang berjalan menujunya, lantas memeluk anak bungsunya itu erat. Dylan membalas pelukan sang Ibunda. "Tidak terasa, kau sudah mulai dewasa, Dylan." Edellyn mengelus-elus rambut anaknya pelan. "Berhati-hatilah, Sayang." Ratu Edellyn kemudian melepaskan pelukannya dengan berat.

"Jangan khawatir, Ibunda, Ayahanda. Aku akan menjaga diri dan segera kembali membawa Kakak dengan selamat."

Setelah berpamitan, Dylan kemudian menunggangi kudanya, dan berangkat diiringi beberapa prajurit-prajuritnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATE Of A PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang