Gluk.
Cherry meneguk salivanya getir. Jangan-jangan, dia denger apa yang aku bilang tadi.
"Apa maksud perkataanmu tadi? Itu serius?" benar saja, Rain mendengar perkataannya, dan langsung menanyainya tanpa basa-basi.
Cherry mematung, keringat dingin mengalir dipelipisnya. Jika harus menjelaskan, dia bingung harus mulai darimana. Dan dia juga tidak yakin, seorang bangsawan seperti Rain Edmond akan mempercayai ucapannya.
"Kamu bukan berasal dari Launmaritia?" lanjut Rain, dengan tatapan yang seakan mengintimidasi.
Cherry kembali meneguk salivanya. Yasudah deh, percaya atau gak, bakal tetep ku jelasin karena dia sudah dengar kata-kataku tadi. Batinnya pasrah.
Netra Cherry melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan keadaan. Kemudian berbicara dengan intonasi yang pelan. "Dengar, pertama-tama, ini mungkin kedengaran seperti kebohongan, tapi apa yang aku bilang sehabis ini, semuanya jujur. Terserah mau percaya atau tidak. Tapi tolong jangan beritahu siapa-siapa, oke?" tanya gadis itu, memastikan dengan tatapan serius.
Rain mengangguk paham, dengan tatapan yang tak kalah serius. Cherry pun akhirnya terpaksa menceritakan semua hal yang terjadi, saat dia pertama kali tiba disini, termasuk hal apa yang bisa membuatnya masuk kesini. Rain mendengarkan dengan seksama. Ketika Cherry selesai menjelaskan, pemuda itu kemudian terdiam dengan raut muka yang sulit diartikan. Cherry hanya bisa berharap dia tidak dianggap orang yang aneh, karena menceritakan hal-hal yang di luar nalar.
Setelah beberapa saat hening, Rain akhirnya membuka suara. "Jadi kamu pertama kali jatuh disekitar sini?" tanyanya sambil memperhatikan tempat di sekitarnya itu.
"Iya ..."
"Lalu kalau sudah menemukan tempatmu terjatuh, mau apa? Mau menjatuhkan diri lagi?"
Cherry tertegun. Benar juga, dia belum berpikir sampai situ, dia hanya memikirkan ingin menemukan tempatnya terjatuh waktu itu.
"Entah kenapa menurutku, kalau yang kau ceritakan itu benar, sepertinya bukan begitu cara untuk kembali." lanjut Rain lagi.
"Dipikir-pikir, perkataanmu ada benarnya ..."
Rain menaikkan salah satu sudut bibirnya, lalu menatap Cherry dengan tatapan meremehkan. "Ternyata kau agak bodoh, ya."
Jleb.
"Heh, enak saja. Begini-begini sebenarnya aku orang yang lumayan pintar, tahu. Mungkin terlalu lama terjebak di dunia ini membuat otakku agak membeku." sergah Cherry cepat, mencari alibi yang membuatnya tidak terlihat bodoh.
Rain terkekeh, "Maaf, maaf, aku hanya bercanda." Sesaat kemudian sorot matanya kembali berubah menjadi serius. "Kamu bilang sebelumnya, ada portal cahaya yang terbentuk sebelum masuk kesini. Bukankah seharusnya jalan kembalinya melewati portal juga?"
Cherry membelalak. Benar juga, kenapa aku tidak kepikiran tadi.
"Kau benar, tapi ... bagaimana cara menemukan portalnya, sedangkan disini tidak ada tanda-tanda keberadaan portal." ucap gadis itu sambil menelisik ke sekitar tempatnya berdiri.
"Bagaimana kalau kita coba mengelilingi bukit ini, untuk mencari portalnya? Mungkin saja ada di bagian bukit yang lain. Akan kubantu, karena bahaya kalau kau sendirian, ada hewan-hewan buas. Kau juga tak tahu kan jalan-jalan di hutan ini?"
Cherry tertegun, bukannya dianggap aneh, Rain justru ingin membantunya. Ia menatap pemuda itu dengan bingung.
Rain yang tersadar sedang ditatap seperti itu, kembali angkat suara, "Bukannya apa, tapi karena sudah tau keberadaanmu, kalau terjadi apa-apa nanti aku akan merasa bersalah." lanjut Rain sembari mengalihkan tatapannya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE Of A Prince
Fantasi(Fantasy, Romance) Apa yang terjadi bila seorang gadis SMA biasa, Cherry Calysta, tiba-tiba saja bisa masuk kedalam sebuah buku dongeng dan menjalani hidupnya disana? Cherry adalah seorang gadis SMA yang menyukai buku cerita, novel, komik, film, sam...