Chapter 8 ~ Egois

26 7 1
                                    

Previous Chapter (Chapter 7 ~ Pertemuan Tak Terduga)

Orang itu memalingkan badannya menghadap Cherry. Kali ini ada sedikit cahaya lampu yang menyinarinya, yang membuat fitur-fitur wajahnya menjadi terlihat lebih jelas. Netra Cherry refleks membulat sempurna, ia kembali kaget setelah menyadari siapa sebenarnya orang itu. Seorang pemuda yang diketahuinya sebagai seorang Pangeran kerajaan ini, Rainnel Eleodorus, sedang berdiri dihadapannya. Namun, kali ini tak memakai setelan kerajaannya, melainkan pakaian biasa dengan jubah bertudung sewarna langit malam.

Namun, tak sempat mengatakan apa-apa, sang Pangeran langsung ambruk dan tak sadarkan diri.

Namun, tak sempat mengatakan apa-apa, sang Pangeran langsung ambruk dan tak sadarkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pangeran?! Pangeran Rainnel?! Apa yang terjadi dengan Anda?!"

Aduh, astaga, aku harus gimana ... ?? batin Cherry sembari mengerutkan dahinya, berusaha berpikir keras.

Cherry berusaha mengangkat badan sang Pangeran dan mencoba untuk memapahnya. Meskipun sangat kesulitan untuk mengangkatnya, dia tidak bisa meninggalkan pemuda ini sendirian disini. Dia juga tidak bisa meminta bantuan orang lain karena sepertinya sang Pangeran sedang tidak ingin identitasnya ketahuan orang lain. Kemudian secara tak sengaja netranya menangkap luka bekas sayatan pedang di lengan Rain.

Ah, dia terluka. Harus cepet diobatin nih. Tapi gak mungkin kan gara-gara satu luka begini, ia pingsan? Bukannya pangeran-pangeran negeri dongeng itu biasanya kuat? Atau di lukanya ada racunnya? Ah, gak, gak. Jangan mikir enggak-enggak. Kemungkinan besar ia pingsan kayanya karena terlalu capek, dilihat dari raut wajahnya. Pikir Cherry, berusaha menepis semua pemikiran buruk.

Cherry mulai berjalan perlahan-lahan menuju ke Desa Agiesia. Memikirkan jaraknya yang tak terlalu jauh, walaupun rasanya mustahil, ia tetap berusaha memapah pemuda itu. Situasi malam hari di sini sangatlah sepi, sangat berbeda dengan keadaan kota di dunianya yang seakan tak pernah tidur. Namun, itu menguntungkan karena tak akan ada yang melihat mereka. Setelah dia berjalan beberapa langkah dengan susah payah, sang Pangeran tersadar. Kedua maniknya melebar kaget.

"A-apa yang kau lakukan?" tanyanya kepada Cherry sambil reflek menjauh. "Argh ..." ringisnya sambil memegang lengannya yang terluka.

Cherry dengan cepat memberikan salam hormat, seperti yang didengarnya dari pimpinan desa waktu itu. Dengan intonasi yang pelan, ia berkata, "Seluruh hormat saya junjungkan kepada Pelita Cahaya Kerajaan Alzeinth, Pangeran Rainnel Eleodorus. Maaf sebelumnya kalau saya lancang, tapi saya tidak bisa meninggalkan Anda disini, apalagi Anda dalam keadaan terluka." jelas Cherry sambil membungkuk hormat dengan singkat.

"O-oh ini bukan apa-apa, nanti juga bisa sembuh sendiri." Rain berucap agak ketus.

"Anda yakin? Saya punya sedikit pengalaman dalam bidang pengobatan, dan saya rasa lukanya harus cepat-cepat ditangani atau tidak nanti bisa terjadi infeksi."

Rain terdiam sejenak, kemudian bertanya, "Seserius itu kah lukanya?"

"Lumayan, jadi setidaknya biarkan saya mengobati anda dulu." tutur Cherry.

FATE Of A PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang