Dino (?)

12 1 0
                                    

Pagi yang cerah. Eissa berjalan melewati Dino begitu saja tanpa menoleh kearahnya.

Dino yang sadar akan salahnya menunduk merasa bersalah. Berulang kali dirinya meminta maaf pada member namun sepertinya sulit bagi member memaafkannya.

Dari kejauhan, Melody dan Selly melihat dengan jelas bagaimana Eissa mengabaikan Adik bungsunya di Seventeen.

Keduanya terheran-heran dan saling menatap satu sama lain seolah bertanya ada apa?

Tanpa pikir panjang, keduanya menghampiri Dino yang kini tengah duduk termenung di Koridor kampus.

"Dino?"

Dino menatap kearah dua gadis cantik yang kini ada di depannya. "Kak Melody? Kak Selly?"

"Gue boleh nanya sesuatu gak sama lo?" Tanya Melody yang di angguki Dino.

"Eissa tadi kenapa cuekin lo? Gak biasanya tuh anak gitu. Biasanya dia yang paling gemes sama lo."

Dino kembali menunduk. Ia tak tau harus menjawab apa. Tak mungkin jika ia memberitahu Melody tentang yang sebenarnya.

"Kok bengong sih? Melody nanya lo itu!" Kini Selly yang bersuara.

Dino menggeleng. "Gue gak tau Kak. Mungkin Bang Eissa tadi cape aja makanya cuekin gue. Atau mungkin dia gak liat gue tadi." Ucap Dino bohong.

Kedua sahabat itu tentu tak sepenuhnya percaya pada Dino. Tetapi mereka tak ingin bertanya lebih takut Dino merasa risih.

"Kalau gitu gue pamit ke kelas duluan ya, Kak!" Pamit Dino yang di angguki oleh kedua gadis itu.

***

Wonu mengusap keringat yang membasahi mukanya menggunakan handuk kecil miliknya.

Cowok bertubuh tinggi itu berhenti sejenak untuk beristirahat setelah bermain basket.

Wonu mengambil botol minumnya yang berada di sampingnya dan meneguknya hingga tersisa setengah.

Hari makin siang makin panas. Tapi entah kenapa hal itu tak membuat Wonu kehilangan semangatnya untuk bermain basket.

Cowok itu kembali ke lapangan dan mengambil bola basket untuk dimasukan ke dalam ring basket.

Dan yap, bola itu masuk tepat ke dalam ring basket. Wonu kembali mengambil bola basket yang menggelinding keluar lapangan.

Wonu berhenti berlari ketika melihat bola tersebut kearah lelaki yang tengah berdiri di pinggir lapangan.

Wonu menatap kesal kearah lelaki itu. Terlihat raut tak suka Wonu kepada lelaki itu.

"Maaf." Hanya satu kata itu yang bisa Dino ucapkan. Satu kata itu pula yang membuat Wonu merasa bersalah pada Adik bungsunya itu yang sudah mengabaikannya bersama member lain.

"Dino?" Panggil Wonu ketika Adiknya itu akan pergi meninggalkan lapangan.

Dino berbalik lagi menatap Wonu yang kini berada di hadapannya. Dino terus menunduk merasa bersalah dan takut menatap Wonu.

"Lo emang salah karena udah ngasih tau Pak Yuda soal Dikey yang kena kekerasan. Tapi disisi lain juga lo benar karena udah ngasih tau itu." Ucap Wonu.

Dino memberanikan diri untuk menatap Abangnya itu. "Bang?"

"Makasih udah berani buat speak up ke Pak Yuda soal Dikey. Karena jujur diantara kita belum ada yang berani buat bilang termasuk Bang S. Coups juga belum berani." Dino merasa tersentuh hatinya mendengar ucapan Wonu.

Lelaki itu merasa para member menjauhinya dan membencinya. Tapi ternyata tidak. Para member bukan membenci, hanya saja sebagian dari mereka belum bisa memaafkan kesalahan Dino yang tiba-tiba.

"Bang, gimana sama member lain?" Tanya Dino takut.

"Gue bakal bantuin lo buat ngeyakinin semua member." Ucap Wonu meyakinkan Dino agar tak perlu takut.

"Jadi tadi pagi lo bohong sama gue, Dino?"

Kedua lelaki itu terkejut begitu mendengar suara yang tak asing lagi di pendengarannya.

"Melody? Lo ngapain disini?" Tanya Wonu mengalihkan pembicaraan.

Melody terdiam menatap tak percaya kearah dua lelaki didepannya itu.

Berdasarkan info yang ia tau, sebulan yang lalu Dikey memang mendapat luka lebam di sekitar tubuhnya dan member menjawab itu hanya lebam biasa akibat seringnya berolahraga.

Namun saat itu Melody tak begitu percaya dengan alasan tersebut. Mana mungkin hanya dengan olahraga sampai menimbulkan lebam seperti itu.

Dan sekarang Melody tau alasan yang sebenarnya.

"Kenapa gak ada yang ngasih tau gue?" Tanya Melody kecewa.

Bukannya apa, Melody merasa menjadi sahabat yang tidak berguna jika ia saja tak tau apa yang terjadi pada sahabatnya selama ini.

"Kak, gue-"

"Gue ngerasa di perbodoh sama kalian. Gunanya gue apa sih? Gue tau gue bukan member seventeen tapi gue juga berhak tau sesuatu tentang sahabat gue!" Emosi Melody tak tertahan lagi.

Banyak orang yang berkerumun di lapang basket karena teriakan Melody yang begitu kencang.

"Dy, tahan emosi lo! Ini di kampus." Ucap Wonu tegas.

Dino sendiri hanya menunduk merasa bersalah, lagi. Ya, karena dirinya lah semua menjadi rumit.

Para member seventeen yang melihat kejadian tersebut melebarkan pupil mata mereka kaget.

Wonu, Dino dan Melody sekarang menjadi sorotan orang-orang. Banyak orang yang merekam kejadian itu tanpa takut akan resiko yang mereka dapatkan setelahnya.

S.coups, sang leader masuk ke tengah lapangan untuk menghentikan Melody yang terus berteriak.

"Melody, lo ngapain sih? Liat semua orang jadi berkerumun gara-gara lo!" Ucap sang leader.

Melody menatap orang-orang yang kini tengah berbisik-bisik tak jelas. Menurutnya itu tidak penting.

Gadis itu melihat kearah pinggir lapang yang terdapat para member disana. Matanya bergetar menahan tangis ketika melihat sosok Dikey berdiri disana.

Melody segera menghampiri Dikey dan menariknya keluar lapangan. Dan hal itu membuat para member bertanya-tanya.

"BUBAR LO SEMUA! SAMPE ADA 1 VIDIO INI YANG LO POST, LO SEMUA BAKAL TAU AKIBATNYA!" Ucap S. Coups lantang.

***

Di ruang musik, Melody menangis sejadi-jadinya didepan Dikey. Dikey yang melihat itu bingung harus berbuat apa, lelaki itu takut jika dirinya lah penyebab Melody menangis.

"Dy, lo kenapa nangis sih? Terus juga lo ngapain tadi teriak-teriak di lapang basket? Lo tau, banyak orang yang-"

"Kenapa lo gak ngasih tau gue soal lebam di tubuh lo 1 bulan yang lalu?" Tanya Melody membuat Dikey terdiam beku.

"Dy, gue-"

"Gue gak berguna banget ya buat lo? Sampe lo gak mau ngasih tau gue soal lebam itu?" Tanya Melody nunduk.

Dikey menatap Melody tajam. Ia mendekat dan memegang pundak Melody seraya mengangkat kepalanya yang nunduk agar melihat kearahnya.

"Gue gak suka lo ngomong gitu! Dengerin gue! Lebam di tubuh gue sebulan yang lalu, itu emang karena manager sialan itu. Dan gue gak ngasih tau lo karena gue gak mau lo khawatir nantinya." Dikey menghapus air mata Melody dengan lembut.

"Gue gak mau liat lo nangis lagi, apalagi nangisin hal yang gak penting. Gue udah anggap lo kayak adek gue sendiri, so jangan pernah ngerasa bersalah karena hal itu." Lanjut Dikey.

Melody mengangguk seraya menghapus sisa air matanya yang membekas di pipinya.

Tanpa mereka sadari, seseorang sedang memperhatikannya di balik jendela dengan perasaan cemburu.

"Siapa yang sebenarnya lo cinta, Melody?!"

***

#carat
#s.coups #jeonghan #joshua #jun #hoshi #wonwoo #woozi #the8 #mingyu #dk #seungkwan #vernon #dino
#seventeen

selesai tanpa memulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang