2 bulan berlalu. Nama Seventeen menurun drastis setelah berita Dikey muncul tiba-tiba.
Comeback yang seharusnya dilaksanakan bulan ini terpaksa ditunda karena berita tersebut. Bahkan para member dihiatuskan oleh agensi untuk menenangkan diri sejenak.
Namun hal itu malah membuat agensi semakin dicaci maki oleh para fans-fans fanatik yang tak terima dengan keputusan agensi.
2 bulan Seventeen hiatus, selama itu pula para member memikirkan gimana caranya mereka untuk bangkit lagi.
S.coups, leader yang tak tau pula harus bagaimana. Dirinya merasa tak becus menjadi seorang leader. Menyesal? Tentu saja! Semenjak hiatus itu, ia tak pernah keluar Dorm. Bahkan hanya sekedar menemui keluarganyapun ia tidak mau.
Melody? Gadis itu kini selalu menyendiri, bahkan Selly sahabatnyapun tak mau ia temui.
Eissa yang tak percaya bahwa Melody lah yang melakukan itu semua malah dibuat percaya oleh Melody sendiri. Tujuannya cuma 1. Ia tak mau Papanya bersikap keras lagi kepada member Seventeen.
Maksud dari keras disini bukan berarti kekerasan fisik, melainkan sikap. Papanya terlalu overprotective pada member. Gadis itu tak menyukainya.
Melody menyendiri di balkon kamarnya dengan gitar di tangannya. Ia memetik senar gitar dan terdengar melodi-melodi indah yang keluar dari gitar tersebut.
Niatnya ia akan membuat lagu, lagi. Namun ia urungkan karena tidak fokus dan terlalu berpikiran kemana-mana.
Tok tok tok
Melody menatap pintu kamarnya yang diketok seseorang dari luar. Kemudian ia menghampiri pintu dan membukanya.
Terlihat Lidya dengan seorang pria di sampingnya.
Melody menatap pria itu lama tanpa berbicara sedikitpun.
"Kak, Mama tau betul masalah kalian. Tapi tolong jangan saling menjauh sepeti ini, Mama gak suka! Tolong kasih penjelasan yang sangat jelas ke Eissa. Karena kita berdua tau bukan kamu yang ngelakuin itu." Ucap Lidya memohon putrinya untuk berkata jujur.
Melody menatap Lidya ragu. Sejujurnya ia pun tak tau yang ia lakukan ini benar atau salah. Dirinya hanya ingin Seventeen merasa bebas.
"Dy, gue percaya lo. Lo gak mungkin ngelakuin hal yang nantinya bakal ngerugiin diri lo sendiri. Gue mohon, kasih tau para member kalau bukan lo yang lakuin itu! Kita benci hiatus, Dy!" Kini Eissa yang bersuara.
Melody menatap Eissa. "Jujur atau engganya gue, itu gak akan buat kalian berhenti hiatus. Jadi percuma gue jujur." Jawab Melody pelan.
Eissa terdiam. Perkataan Melody memang benar. Jujur atau tidaknya gadis itu, tidak akan membuat para member berhenti hiatus.
"Seenggaknya dengan lo jujur, agensi perlahan buat kita balik lagi. Gue ngerasa agensi bikin kita hiatus karena-"
"Karena gue?" Potong Melody.
Lidya spontan memegang tangan Melody untuk menenangkan putrinya itu agar tak kelewat emosi.
"Kak, dengerin Eissa dulu! Gak sopan kalau kamu potong gitu ucapannya." Ucap Lidya lembut seraya mengusap pelan pundak Melody.
Melody menghembuskan napasnya pelan. "Maksud lo, lo semua hiatus gara-gara gue? Lo tau alasan gue ngelakuin itu? Gak tau kan. Jadi gue minta lo keluar dari rumah gue dan stop minta gue buat jujur sama lo semua!" Setelah mengatakan itu, Melody kembali masuk ke kamarnya dan mengunci dirinya didalam kamar.
Pintu beberapa kali diketok namun Melody sama sekali tak merespon itu. Gadis itu menangis dalam kamarnya.
Salahkah dirinya bersikap seperti ini? Salahkah dirinya melakukan hal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
selesai tanpa memulai
Teen FictionSelesai tanpa memulai? Pernahkah kalian mengalaminya?