MI - 1

5.1K 140 12
                                    

"Ahh..." Indra mendesah, frustrasi.

"Ibu sayang banget sama Fitri." Sela Yuli, kakak perempuan Indra.

"Yaa tapi... Masa iya aku sama Teh Fitri harus nikah. Ada-ada aja." Indra geleng-geleng kepala, tidak habis pikir.

"Ibu takut, suatu hari Fitri menikah lagi terus suaminya keberatan Fitri tetap dekat dengan kita."

"Ya larang aja Teh Fitri untuk nikah lagi." Sarkas Indra.

"Sembarangan." Yuli melotot.

"Habisnya...."

"Ya udah ngomong langsung aja ke Ibu, bilang kamu keberatan dengan permintaan Ibu." Yuli menyerah, bicara dengan Indra memang sulit. "Ayo kasian ibu sendirian di dalam." Ajak Yuli. Sudah dua hari ini ibu mereka memang di rawat di salah satu rumah sakit di Kota Sukabumi.

"Fitri nggak ke sini?" Tanya Laila saat melihat putra dan putrinya muncul dari balik pintu.

"Belum." Jawab Yuli sembari kembali menutup pintu.

"Assalamu'alaikum." Salam seseorang. Perlahan pintu ruang perawatan Laila terbuka.

"Waa'alaikumsalam." Jawab Laila, Yuli juga Indra hampir bersamaan.

"Ehh panjang umur baru aja diomongin." Seloroh Yuli, lega.

"Hah? Diomongin apa? Pantesan kuping Fitri agak-agak panas dari tadi." Ujar Fitri. Yuli tergelak, Fitri memang apa adanya. Dan Indra tampak terpaku pada sosok itu. Sosok mantan kakak iparnya. Tiga tahun tidak bertemu membuat dirinya pangling.

"Ibu biasa nanyain." Bisik Yuli sembari menunjuk dengan bola matanya.

"Iya maaf telat. Tadi ada meeting dulu. Ehh ada orang jauh, kapan sampe?" Tanya Fitri pada Indra, adik mendiang suaminya.

"Tadi siang, Teh." Jawab Indra kikuk.

"Sibuk apa, Fit?" Tanya Laila.

"Biasa, Bu." Sahut Fitri sembari lebih mendekat.

"Udah makan?" Tanya Laila penuh perhatian.

"Belum bentar lagi. Ibu udah makan?"

"Ibu udah." Jawab Laila.

Mereka pun terus berbincang tentang yang mereka lalui dan alami hari ini. Sampai saat Fitri hendak pamit, Laila menahan Fitri.

"Sebentar, ada yang Ibu mau sampaikan." Tahannya.

"Ada apa, Bu?" Tanya Fitri dengan kerutan tipis di dahi.

"Ibu senang hari ini kita bisa berkumpul seperti ini dan ibu berharap akan terus seperti ini." Fitri tersenyum lebar sembari mengangguk sedang Indra tampak mulai salah tingkah. Ia menggaruk kepala.

"Insyaallah, Bu." Sahut Fitri yang memang sudah menganggap Laila seperti orang tuanya sendiri, lebih dari sekedar hubungan menantu dan mertua.

Apa dia bilang, insyaallah. Dia udah tahu? Tapi kok tenang banget. Dia setuju? Sewot Indra dalam hati.

"Fit...." Laila mengelus telapak tangan Fitri lembut. "Kamu masih muda, kamu pasti butuh pendamping. Kalau kamu nggak keberatan, biar Indra yang dampingi kamu menggantikan Andra, sehingga kita tetap bakal jadi satu keluarga seperti ini selamanya." Papar Laila.

"Uhuk...uhuk..." Fitri tersedak salivanya sendiri mendengar ucapan Laila.

"Ibu yakin Indra bisa jadi imam yang baik juga buat kamu." Tambah Laila cepat.

Duuh apa sih ini.... Batin Fitri. Fitri salah tingkah dibuatnya. Sampai Fitri tidak berani menatap sekitar. Fitri menarik nafas diam-diam.

"Ibu jangan banyak pikiran. Insyaallah nggak bakal banyak yang berubah meski A Andra udah nggak ada." Ujar Fitri lembut sembari menggenggam jemari Laila dan mengecupnya.

"Fit...." Lirih Laila.

"Ibu istirahat ya?! Udah malam. Fitri pamit dulu. Besok insyaallah Fitri ke sini lagi." Pamit Fitri yang memang ingin segera melarikan diri dari sana. Laila mengangguk meski berat melepas Fitri malam ini.

"Indra, antar Fitri." Titah Laila.

"Heh?!" Indra membulatkan mata, begitu juga Fitri.

"Nggak usah, Bu. Kebetulan Fitri hari ini bawa kendaraan." Tolak Fitri sembari menyalami ibu mertuanya itu, lalu menyalami Yuli dan hanya mengangguk sekilas pada Indra. "Semuanya permisi ya." Ujar Fitri cepat.

Fitri bergegas keluar ruang perawatan. Hatinya berdebar tidak karuan. Ini apa sih maksudnya. Dijodohin sama mantan adik ipar?! Masya Allah, turun ranjang.

Laila tidak bisa tidur karena teringat bahasa tubuh putra bungsu dan mantan menantunya itu tadi. Jelas keduanya menolak dengan perlahan dan halus.

"Bu, kok belum tidur?" Tanya Yuli yang terbangun dan mendapati Laila masih terjaga.

"Ibu nggak mau Fitri pergi dari keluarga kita." Isak Laila. Yuli menelan saliva. Ia tahu betul ibunya itu memang sangat dekat dengan Fitri selain dirinya.

***

"Teh...." Lirih Indra saat melihat suster menyuntikan obat melalui selang infus ibunya pagi ini.

"Semalam Ibu nggak tidur. Mikirin kamu sama Fitri."

"Ya ampun."

"Ibu nggak pengen Fitri pergi dari keluarga kita."

"Angkat jadi anak aja." Ucap Indra asal.

"Nggak tahu ahh, susah ngomong ama kamu mah." Yuli keki. Ia beranjak dari dekat adik bungsunya itu.

Ya habisnya kok malah aku yang dikorbanin. Dia emang masih muda. Meski sempat jadi kakak ipar, usianya di bawah aku setahun. Terlebih dia nggak nunjukkin udah pernah nikah sebelumnya. Yang liat dia pertama kali pasti ngira dia masih single. Tapi masa iya kita harus nikah. Nikahin bekas kakak. Ampuuuun ibuuuu.....

"Teh..." Fitri yang diberi tahu oleh Yuli mengenai kondisi Laila, menyempatkan diri siang ini ke rumah sakit. Melihat langsung kondisi ibu mertuanya itu.

"Fit?!"

"Ibu drop?" Fitri memastikan.

"Iya, suhu tubuhnya lagi tinggi. Semalam nggak mau tidur."

"Kenapa?" Tanya Fitri khawatir. Tanpa Yuli dan Fitri sadari Indra perlahan masuk ke dalam ruang perawatan sang ibu.

"Kepikiran keinginannya. Takut kamu dan Indra nolak padahal ibu udah ngarep banget." Ujar Yuli apa adanya.

"Ya ampun Ibu." Fitri geleng-geleng kepala.

"Yul..." Lirih Laila dengan mata setengah terpejam.

"Iya, Bu." Yuli segera mendekat. "Bu, ada Fitri lho." Ujar Yuli.

"Fitri." Laila mengulangi nama yang ia dengar dan membuka kelopak matanya sempurna. Fitri segera menghampiri.

"Ibu kenapa drop lagi? kemarin udah segeran."

"Ibu sayang kamu." Laila berusaha meraih jemari Fitri.

"Fitri juga sayang Ibu." Tegas Fitri.

"Jangan tinggalin Ibu ya?!" Pinta Laila.

"Iya, tapi Ibu juga janji harus sehat. Nggak boleh sakit gini."

"Tinggal di rumah lagi ya?!" Pinta Laila. Semenjak masa iddah Fitri selesai, Fitri memang meninggalkan rumah keluarga mendiang suaminya itu. Sejak saat itu Laila merasa kehilangan Fitri. Merasa Fitri semakin jauh darinya. Padahal Laila sudah terbiasa ada Fitri, terlanjur sayang pada menantunya itu.

"Heh?!" Fitri terkejut mendengar permintaan Laila.

"Tinggal sama Ibu lagi, sama Yuli kayak dulu." Jelas Laila. Fitri hanya mampu mengulas senyum tipis.

"Ibunya sehat dong biar bisa saksiin kita nikah terus pulang ke rumah sama Teh Yuli sama Teh Fitri." Ujar Indra begitu saja. Laila yang mendengar itu sontak mengucap Alhamdulillah, sorot matanya berbinar bahagia. Sedang Fitri dan Yuli seketika membulatkan mata.

"Hah?!" Fitri tampak syok. Dia ngomong apa barusan?? Nikah?? Pulang ke rumah?? Becandanya nggak lucu, bestie. Umpat Fitri dalam hati.

Mantan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang