Fitri larut dalam kesibukannya. Mengurus usahanya juga persiapan touring. Indra memang bersikap layaknya pasangan. Menelepon di beberapa waktu, saat dirinya luang. Jika sebelumnya Fitri sempat merasa ada celah, kini ia menganggap itu biasa. Tidak ada yang spesial.
Dan hari ini sesuai rencana Fitri pergi touring bersama seluruh vendor. Ternyata mereka lebih memilih memakai motor dan tujuanya pun berubah, hanya ke Pelabuhan Ratu. Terlalu jauh, itulah alasan kebanyakan dari mereka tidak memilih Ciwidey.
Karena Fitri tidak memiliki dan tidak bisa mengendarai motor, akhirnya Fitri ikut di motor Tristan. Ya Tristan salah satu vendor yang ikut.
"Ini." Tristan menyodorkan helm untuk Fitri.
"Makasih."
Cinta tersenyum lebar saat Fitri menaiki motor sport Tristan. Cinta sendiri dibonceng oleh Dhani sedang Dinda ia dibonceng Luthfi, rekan kerjanya.
"Udah?" Tanya Tristan kikuk.
"Udah."
Mereka mulai menancap gas. Sepanjang perjalanan Tristan diam, tidak seperti biasa. Biasanya dia ramai. Selalu punya topik pembicaraan dengan Fitri saat bertemu di event. Tapi mendadak kali ini Tristan diam.
Setengah perjalanan, mereka berhenti di sebuah SPBU.
"Hati-hati." Ucap Tristan dibalik helm full face yang ia kenakan menyadari Fitri terhuyung saat turun dari motornya. Dengan sigap Tristan juga hendak mencengkram lengan Fitri. Fitri tergelak.
"Oleng aku."
"Pusing?" Tanya Tristan cemas.
"Nggak, cuma nggak biasa naik motor jauh-jauh. Jadi berasa ringan gini dari tadi diterpa angin terus." Dalih Fitri.
"Tapi nggak apa-apa?"
"Nggak." Jawab Fitri cepat. "Ya udah aku ke sana dulu ya?!" Pamit Fitri, Tristan mengangguk. Kenapa sih mendadak dia sok serius, biasanya rame. Batin Fitri.
Fitri segera menghampiri Dinda, sedang Cinta masih dengan Dhani. Sudah bukan rahasia, di mana ada Cinta pasti ada Dhani begitu pun sebaliknya. Fitri tersenyum, pilu. Andai aku juga punya pasangan kayak gitu. Andra dulu memang manis meski tidak seperti Dhani tapi Andra miliknya seorang. Kini ia memiliki Indra tapi ia merasa miliknya masih terbagi atau mungkin bukan masih, tapi akan terus terbagi.
"Penginapan udah siap, Fit?" Tanya Dinda.
"Udah Teh."
"Kamu kenapa? Pucet. Masuk angin?"
"Nggak." Geleng Fitri.
"Pucet lho, Fit. Isi perut dulu." Tambah Dinda.
Dinda memang hangat, usianya yang lebih tua daripada Fitri juga Cinta membuat dia jadi sosok kakak bagi dua wanita itu. Fitri tersenyum, merasa bersyukur selain Yuli, ada Dinda yang menjelma jadi kakak untuk dirinya.
Dinda lalu masuk ke mini market yang ada di SPBU tersebut. Tidak lama ia kembali dengan membawa roti dan teh manis dalam kemasan. Ia tahu Fitri lebih suka teh manis daripada susu.
"Makan dulu, Fit." Titah Dinda.
"Ihh teteh."
"Makan, ayo." Titahnya lagi. "Mau minum obat anti masuk angin?" Tanyanya kemudian.
"Nggak usah. Kayaknya bukan masuk angin." Ujar Fitri. "Aku nggak ngerasain apa-apa kok." Tambahnya.
"Mau pindah ke mobil logistik?" Tanya Dinda yang benar-benar khawatir.
Kebetulan memang ada mobil logistik milik catering Tristan yang turut serta dalam perjalanan ini. Membawa bahan makanan dan juga air minum dalam kemasan untuk mereka selama di villa nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Ipar
Roman d'amourNikah sama mantan kakak ipar? Nggak salah? Masa sih? - Indra Sanjaya - Hmmm nikah lagi? Sama mantan adik ipar? Nggak ada opsi lain apa? - Fitri Nur Aidil - #1 kamudandia 29/10/22 #1 ipar 29/10/22 #1 pernikahankedua 14/11/22 #1 perjaka 20/02/23 #1 ka...