MI - 10

1.5K 99 9
                                    

Fitri sibuk hari ini. Lusa ada beberapa event dalam satu waktu. Untuk itu sore ini ada rencana Fitri akan mengadakan rapat pembagian tim.

"Teh, maaf ya." Fitri meminta maaf pada Yuli melalui sambungan telepon.

"Nggak apa-apa, Fit."

"Terus gimana dong?"

"Udah jangan banyak pikiran, selesaiin aja kerjaan kamu." Tutup Yuli.

Fitri tidak enak hati, tahlil hari kedua ini Fitri kembali absen. Jika kemarin karena kebablasan tidur, hari ini ia tidak bisa hadir karena pekerjaan.

"Teh Fitri nggak ke sini?" Tanya Neni yang memang sejak tadi standby bersama Maya di rumah keluarga Indra.

"Sibuk katanya, jadi nggak bisa ikutan tahlil." Jawab Yuli.

"Usahanya masih yang ngedekor itu kan ya?!"

"Iya." Jawab Yuli.

Neni tersenyum sinis. Gitu aja sok sibuk, tinggal tiup balon, terus ditata. Ehh tapi bagus deh. Dia nggak sering-sering di sini. Entah kenapa aku khawatir terus bawaannya sama dia.

"Teh, gimana si Aa di sana? Jangan lupa selalu support. Si Aa pasti sedih banget ditinggal ibunya." Sikut Neni pada Maya.

"Dari semalam hp A Indra mati."

"Kenapa?"

"Nggak tau." Maya angkat bahu.

***

Di Jepang sana, Indra baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dikeluarkannya ponsel yang dari semalam ia matikan. Itu ia lakukan karena terlalu banyak pesan turut berbela sungkawa yang masuk. Bukan tidak bersyukur banyak yang peduli. Bukan tidak tahu terima kasih juga tapi sungguh itu semua membuat Indra semakin pilu. Di mana dirinya tidak bisa berada di Indonesia saat kondisinya seperti itu. Maka dari pada itu ia putuskan untuk mengistirahatkan sementara ponselnya.

Indra kembali menyalakan ponselnya. Notifikasi langsung berebut masuk, seolah saling berlomba ingin menjadi yang lebih dulu. Dari sekian banyak pesan yang masuk, ada dua pesan yang menarik perhatian Indra. Pesan Fitri dan juga Maya. Ia pun mulai membalas satu per satu pesan yang masuk itu, termasuk pesan Fitri dan Maya.

Selesai. Semua sudah ia balas. Beberapa kembali dengan balasan, sama-sama. Termasuk Maya. Ia kembali mengirimi Indra pesan.

Maya
Pokoknya Aa di sana harus baik-baik aja. Jangan lupa sholat, doain ibu. Aa jangan sedih terus, kasian Ibu.

Indra mendesah. Ia bingung harus menjawab apa. Karena yang ia setel di otaknya untuk Maya hanya ada kata perpisahan yang belum juga terucap. Indra menggeleng lalu mengecek pesan yang ia kirim pada Fitri. Ceklis dua bahkan telah berubah warna tapi belum juga ada balasan. Dahi Indra berkerut.

Fitri tengah berjalan menuju ruang rapat saat pesan balasan dari Indra masuk ke ponselnya. Fitri membaca sekilas lalu menutup aplikasi WhatsApp, terlebih kini ia sudah sampai di ruang rapat.

"Sore semua." Sapa Fitri.

"Sore, Teh." Sahut seluruh karyawan yang ikut rapat sore ini.

Fitri mulai memimpin rapat. Dimana di rapat kali ini akan ada pembagian tim untuk mengerjakan beberapa event yang jatuh di waktu yang bersamaan. Fitri mengumumkan empat nama yang terpilih menjadi leader. Dan kini leader yang dipilih Fitri tengah merekrut anggotanya.

Panggilan video dari Indra masuk, Fitri serba salah. Dibiarkannya berhenti dengan sendirinya. Indra mengatupkan rahang, dia lagi ngapain sih?

Fitri
Aa, maaf. Aku lagi rapat. Selesai rapat nanti aku kontak balik.

Mantan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang