MI - 5

1.8K 103 13
                                    

"Teteh......" Keke geleng-geleng kepala, saat mereka bertemu di restoran hotel.

"Apa Keke?" Tantang Fitri karena dari gelagatnya Fitri sudah mencium Keke akan menggodanya habis-habisan. Mana bener lagi apa yang Keke curigai, batin Fitri.

"Nyenyak amat tidurnya, sampai hampir nggak kebagian sarapan." Ujarnya sembari mengangkat alis.

"Aku potong gaji kamu lho ya?!" Ancam Fitri.

"Idiih jangan atuh Teteh." Kini Fitri yang mengangkat alis.

Di antara yang lain, Fitri memang sangat dekat dengan Keke. Selain asisten, bagi Fitri perempuan muda itu sudah ia anggap sebagai saudara. Tepatnya sudah Fitri anggap sebagai adik. Banyak persamaan membuat Fitri dan Keke dekat, salah satu yang kentara mereka sama-sama sebatang kara. Tidak ada orang tua juga saudara kandung. Yang ada hanya sanak saudara seperti Tante, Om dan sepupu-sepupu.

"Gara-gara uang pepatah ini ada benarnya ya, Teh?! Dulur jadi deungeun, deungeun jadi dulur (saudara jadi orang lain, orang lain jadi saudara." Ujar Keke saat dia terpuruk dan tidak ada satu sanak saudaranya yang peduli. Beruntung ia bertemu dengan Fitri dan semenjak itu ia bekerja di kantor 3party.

"Makanya jangan ngatain bos mulu, paham?" Ujar Fitri dengan nada bercanda. Keke tergelak.

"Iya deh, Bu Bos." Angguk Keke. "Ehh, Teh. Aku duluan ya?!"

"Udah beres kamu sarapannya?"

"Udah dong, beresin barang di kamar yang belum."

"Ohh ya udah."

"Selamat sarapan Teteh."

"Oke, makasih."

Keke pun pamit, ia memang belum berbenah di kamarnya. Karena sesuai rencana jam sepuluh siang nanti mereka akan bertolak ke Sukabumi.

Sedang Fitri dan Indra mulai menikmati sarapan mereka. Selain Keke, pihak hotel pun tadi sempat menghubungi mereka melalui telepon yang berada di kamar mereka. Fitri meringis. Baru kali ini nginep di hotel diteleponin pihak hotel segala disuruh sarapan. Batin Fitri.

***

"Ma, A Indra...?!" Lirih Maya pagi ini. Neni mendekat, mengelus rambut Maya lembut.

"Hari ini baru pulang dari Bandung. Semalam janji sama Mama, sesampainya di Sukabumi mau langsung ke sini." Bisik Neni. "Teteh harus cepet sembuh ahh. Biar Aa kalau lagi liburan gini, bisa Teteh temenin liburannya."

Maya mengangguk, entah mengapa hatinya mendadak hampa, seolah tidak ada harapan. Terlebih setelah mendapat mimpi semalam, sesaat setelah dirinya terlelap akibat suntikan antibiotik. Dalam mimpi Indra perlahan mundur pergi menjauh dari dirinya. Maya hendak mengejar tapi Indra terus menjauh. Dan bayangnya tiba-tiba lenyap begitu saja.

Maya
A, lagi di mana?

Ceklis satu. Maya menelan saliva. Belakangan Indra kerap kali sulit dihubungi entah itu tidak tersambung atau memang tidak direspon oleh Indra. Padahal biasa nomor teleponnya 24 jam nonstop aktif. Jika sibuk, Indra tetap menjawab pesan-pesannya walau slow respon. Tidak seperti belakang ini. Indra mendadak sangat sulit dihubungi.

***

Sudut bibir Indra secara kontinyu terus terangkat ke atas saat ingat kejadian tadi terlebih ingat rasanya. Indra memandang Fitri yang tengah berbenah. Lalu ia beranjak mendekat.

"Mau dibantuin?!" Tanya Indra sembari memeluk Fitri dari belakang.

"Udah beres. Ehh tapi coba periksa lagi aja takut ada barang punya Aa yang ketinggalan." Ujar Fitri yang membiarkan laki-laki itu memeluknya. Mendengar Fitri memanggil dirinya dengan sebutan Aa, entah mengapa Indra sangat suka. Terdengar manja dan menggemaskan. Senyum Indra merekah.

"Iya." Jawab Indra sembali melepaskan pelukannya tapi setelah sebelumnya ia mengecup mesra tengkuk Fitri. Fitri segera mendelik, bertepatan yang didelik sibuk mengecek barang bawaan mereka. "Udah semua kayaknya." Ujar Indra sembari melirik Fitri. Tatap mereka bertemu. "Kenapa?" Tanya Indra saat melihat Fitri tengah menatapnya. Fitri menggeleng.

"Ya udah, yuk?!" Ajak Fitri yang langsung diangguki Indra.

"Sini aku aja yang bawa." Indra mengambil alih barang bawaan Fitri. Fitri terpaku. Kemarin sebelum kejadian tadi, tepatnya saat masuk kamar ini berdua untuk kali pertama, kamu masih dingin, masih cuek. Sekarang..... Fitri tersenyum. Tapi Maya?! Tiba-tiba teringat pacar suaminya. Meski kemarin Indra sempat berjanji pada dirinya tapi Fitri tidak bisa percaya seratus persen. Jadi kalau gitu nggak boleh baper, udah titik. Gumam Fitri dalam hati.

Perjalanan pulang dimulai. Tampak beberapa karyawan masih ingin menikmati sisa libur mereka. Mereka mulai menyalakan fasilitas karaoke yang terdapat di mini bus dengan fasilitas mumpuni itu. Mereka mulai bernyanyi-nyanyi bersama.

"Teteh.... Nyanyi atuh." Seru Keke. "A, Teh Fitri tidur?" Tanya Keke pada Indra. Keke memang tidak bisa melihat Fitri dengan jelas, terhalang Indra.

"Nggak." Jawab Indra setelah melirik Fitri.

"Minta Teh Fitri nyanyi." Ujar Keke.

"Emang dia bisa?" Tanya Indra pada Keke.

"Bisa, suaranya juara." Keke mengacungkan jempol. Indra segera menoleh Fitri.

"Fit, kamu bisa nyanyi?" Tanyanya kemudian.

"Hah?!" Fitri yang tenyata tengah berkirim pesan pada Yuli tidak terlalu peduli dengan sekitar.

"Lagi apa?" Tanya Indra dengan kerutan di dahi.

"WA Teh Yuli." Hampir saja Indra menunjukkan rasa tidak suka tapi saat tahu Fitri acuh tak acuh karena tengah berkirim pesan pada kakaknya, Indra kembali tenang. Terlebih kini ponsel Fitri ada di atas pahanya itu memampangkan layar yang masih menampilkan percakapan Fitri dan Yuli. Fitri tengah menanyakan kondisi Laila, senyum tipis Indra terulas di bibirnya mengetahui itu. Fitri sendiri kini tengah menoleh ke belakang, tepatnya tengah berbicara dengan Keke dan yang lain.

"Nggak ahh." Tolak Fitri.

"Hayo atuh, Teh." Seru yang lain bersamaan.

"Ayo, kasian itu yang lain pengen denger suara kamu." Bisik Indra.

"Yang lain atau kamu?" Tanya Fitri cepat.

"Yaa termasuk aku." Angguk Indra sembari memamerkan barisan gigi putihnya.

"Dasar." Fitri menepuk lembut paha suaminya itu. Indra terkekeh.

"Ke, mana mic nya?!" Pinta Indra pada Keke yang memang tengah memegang microphone.

"Yeeeee....." Sorak yang lain.

"Ini, A." Ujar Keke sumringah.

Fitri pun mulai bernyanyi. Fitri membawakan sebuah lagu yang tengah viral di media sosial. Lagu tentang seorang wanita yang pernah kehilangan sosok laki-lakinya. Sempat memutuskan untuk terus sendiri tapi ketika cinta menyapa, ia menyerah dan menerima kehadiran laki-laki lain yang datang di hidupnya. Laki-laki yang ternyata mendewikan sang wanita.

Semua bertepuk tangan, lagu itu seolah sedang bercerita tentang Fitri dan Indra. Indra yang dari tadi mendengarkan, hanya bisa mengulas senyum simpul. Indra lalu meraih jemari Fitri dan mengecupnya. Fitri tersentak, tatap mereka lalu bertemu. Fitri terus bernyanyi dengan perasaan campur aduk.

Mantan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang