MI - 2

2.2K 107 12
                                    

Laila menuruti perkataan Indra. Ia berusaha untuk pulih lebih cepat. Ia ingin sebelum Indra kembali ke Jepang, Indra dan Fitri sudah menikah terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum." Salam Maya dan Mamanya pada Indra yang tengah bermain ponsel di kursi tunggu tepat depan ruang perawatan Laila.

"Waa'alaikumsalam." Sahut Indra.

"Aa.... Apa kabar? Udah beberapa hari di Indonesia tapi kok belum ke rumah. Padahal Mama udah siapin camilan kesukaan kamu lho di rumah. Kastengel." Seloroh Neni, mamanya Maya.

"Iya, sibuk rawat Ibu." Indra beralasan.

"Kamu sehat?" Tanya Neni sembari mengelus-elus lengan Indra.

"Alhamdulillah." Indra tersenyum simpul.

"Tambah ganteng ya, Ma?!" Puji Maya yang sontak membuat Indra salah tingkah. Neni mengangguk setuju dengan pernyataan sang putri.

"Iya Teteh jadi makin kepincut ya?!" Goda Neni.

"Ihh Mama." Maya tampak malu-malu.

"Hayo kapan diresmiin?! Mama udah nggak sabar pengen cucu dari kalian." Ujar Neni, Indra tersenyum tipis. Ada apa sih ini berduyun-duyun pada nyuruh gue married. Batin Indra. Indra lalu melirik Maya, Maya teman sekolahnya dulu. Sering bersama membuat keduanya menjalin hubungan spesial begitu saja, seperti air mengalir. Dan tahun ini tahun kedua hubungan mereka.

"Ehh Ibu gimana?" Tanya Maya sembari mencuri pandang ke balik pintu ruang perawatan yang sedikit terbuka itu.

"Ibu kebetulan lagi tidur. Baru dikasih obat." Papar Indra.

"Yaa padahal pengen ketemu calon besan." Keluh Neni.

"Tapi kondisi Ibu gimana?" Tanya Maya khawatir.

"Mendingan."

"Alhamdulillah atuh ya. Ya udah kita pamit aja, takut ganggu istirahat Ibu." Putus Maya.

"Iya titip salam buat Ibu. Kalau nggak ada janji sama tantenya Maya mah mau nunggu sampe Ibu kamu bangun." Terang Neni. Indra mengangguk.

"Iya nggak apa-apa, Ma. Nanti Indra sampaikan." Indra memang memanggil Neni dengan panggilan Mama juga, sama seperti Maya. Atas permintaan Neni juga Maya tentunya.

***

"Ibu besok pulang, kalian jadinya nikah kapan? Udah daftar di KUA?" Cerca Laila saat baru saja terbangun dari tidurnya. Indra nyengir. Kondisi ibunya membaik secara drastis. Teh Fitri emang punya pengaruh positif buat Ibu. Batin Indra.

"Iya, lagi ngurus NA dulu, Bu." Jawab Indra.

"Kamu nggak lagi bohongin Ibu kan?" Tuding Laila. Sontak Indra menggeleng cepat.

"Ngapain bohongin Ibu?!" Indra balik bertanya.

Indra memang tidak berbohong, ia dan Fitri memang tengah mendaftarkan diri menikah di KUA wilayah tempat tinggal Fitri saat ini. Yuli membantu banyak hal. Laila yang tahu itu akhirnya bisa bernafas lega.

"Alhamdulillah. Selamat ya, Sayang." Laila memeluk Fitri beberapa saat ketika Fitri resmi menikah dengan Indra. Indra mengucapkan ijab kabul di depan penghulu siang ini. Laila tampak benar-benar bahagia, Fitri kembali masuk dalam keluarganya. "Ndra." Laila lalu memeluk putranya itu penuh kasih. "Selamat, Nak. Kamu udah jadi seorang suami sekarang. Udah gede, harus dewasa."

"Iya.Makasih, Bu." Sahut Indra dalam pelukan sang ibu. "Kalau gitu Indra berangkat sekarang ya?!" Pamit Indra sembari melepaskan pelukan ibunya.

"Lho kok langsung berangkat?" Tanya Laila dengan kerutan di dahi.

Mantan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang