MI - 16

1.2K 80 17
                                    

Indra mulai mencari informasi kontrakan rumah di Cikarang. Awalnya ia hendak mencari yang hanya muat untuk dirinya saja tapi ide gila muncul, ia akan memboyong Fitri bersamanya.

"A?! Ihh kan aku ada usaha di sini."

"Ada Keke kan?"

"Ada tapi...."

"Seminggu di sini, seminggu di sana, gimana?" Tanya Indra dengan alis terangkat. "Temenin aku." Rengeknya manja sembari memeluk Fitri dari belakang. Fitri menghela nafas. "Ya?!"

"Nggak tahu ahh."

"Ehh nggak boleh nolak...."

"Pamali." Potong Fitri cepat yang membuat Indra terkekeh. "Aku udah hapal Aa mau ngomong apa."

"Tapi emang bener kan?"

"Iya bener. Bener banget."

"Jadi?"

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya ikut pindah ke sana."

"Good."

"Tapi seminggu di sana, seminggu di sini." Tegas Fitri.

"Oke."

"Bener ya?" Yakin Fitri.

"Iya."

"Deal?" Tanya Fitri.

"No." Geleng Indra.

"Ya udah...."

"Iya, deal." Indra akhirnya sepakat. Tadinya ia ingin curang, seminggu di sana dan seminggu di sini hanya kata pembujuk saja. Mereka pun saling berjabat tangan.

Sebagai perayaan kesepakatan mereka, Indra mengajak Fitri makan malam di luar. Di sebuah kafe yang baru buka belum lama ini. Tampak kafe tersebut ramai pengunjung.

Di saat pesanan makanan mereka diantar seorang pramusaji, live music yang semenjak tadi menemani acara makan malam para tamu membawakan sebuah lagu berbau patah hati. Dan perhatian Fitri terfokus pada salah satu tamu yang ikut bernyanyi dari mejanya. Suaranya lantang mengikuti bait demi bait. Fitri melirik Indra.

"Lagu buat Aa." Cicit Fitri.

"Udah, biarin." Sahut Indra datar.

Fitri terus menatap dalam ke arah meja tamu yang lantang ikut bernyanyi itu. Tamu tersebut adalah Maya yang malam ini ditemani temannya juga teman Indra, Selly.

"Pindah kafe yuk?!" Ajak Indra.

"Kenapa?"

"Kamu keliatan nggak nyaman." Jawab Indra.

"Aku yang nggak nyaman, apa Aa yang nggak nyaman?" Fitri balik bertanya.

"Aku biasa aja." Kilah Indra.

"Aku juga." Sahut Fitri cepat.

"Janji nggak pakai acara mogok dideketin lagi ya abis dari sini?!"

"Liat sikon." Jawab Fitri cuek.

"Tuh kan?! Udah ahh pindah aja yuk?!"

"Nggak, sayang ini makanan udah dipesan, udah datang juga. Makan dulu baru pulang." Putus Fitri.

"Oke."

Dan saat mereka tengah menikmati makanan mereka, Maya yang sudah selesai ikut bernyanyi itu berjalan melewati meja mereka dengan tatapan nanar. Fitri menundukkan pandangan. Sedang Indra ia tampak biasa.

"Gimana rasanya jalan sama mantan ipar?" Sinis Maya. Indra menarik nafas panjang. Selly yang tidak sengaja melihat segera beranjak dari mejanya, menghampiri mereka.

"May, udah. Dia mah seleranya barang second. Nggak cocok dikasih yang original. Yuk cabut." Seloroh Selly sembari mendelik pada Indra dilanjut pada Fitri. Indra berdiri dan saat itulah Fitri segera meraih jemari Indra dan meremasnya.

Indra melirik Fitri, istrinya itu hanya menggeleng lemah. Fitri lalu memberi kode agar Indra kembali duduk.

"Ayo makan lagi." Ujar Fitri sepeninggal Maya dan temannya itu.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Indra cemas.

"Nggak." Geleng Fitri. "Lagian apa yang diomongin bener kan?"

"Fit....." Desah Indra. "Hey....." Indra menggenggam jemari Fitri erat.

"Kamu nggak apa-apa?" Fitri balik bertanya.

"Hmmm gimana atuh ya, adek suka kakak sih. Kakak lebih dewasa, Ade suka." Bisik Indra.

"Gombal." Fitri mencebik.

"Serius." Ucap Indra sembari mempererat genggamannya.

"Lepasin ahh aku mau makan."

"Mau disuapin nggak?" Tanya Indra manis.

"Nggak usah."

"Ya sudah, syukur deh." Canda Indra.

"Eyyy....." Fitri bergidik, Indra pun terkekeh.

Mereka kembali menikmati makan malam mereka. Fitri harus terbiasa untuk sementara menerima cibiran dari pihak Maya. Opini publik pasti menggiring dirinya ke topik perebut pasangan orang. Suka atau tidak.

***

Maya menutup wajahnya, menyembunyikan air mata yang sulit untuk dibendung. Selly hanya bisa menghela nafas sembari geleng-geleng kepala. Mereka masih duduk di taman kafe tersebut.

"Udah, May. Lupain dia." Selly mengelus pundak Maya lembut.

"Susah, Sell...." Isak Maya.

"Iya pasti tapi mau gimana lagi, orang dia udah nikah sama orang lain."

"Harusnya dia nikah sama aku bukan sama cewek itu."

"Sabar... Gue yakin lu bakal dapat cowok yang jauh lebih baik dari dia."

"Tapi gue maunya dia."

"May, lu tapi belum macem-macem kan sama dia?" Tanya Selly khawatir. Tangis Maya terhenti, tangannya menjauh dari wajahnya, ia melirik Selly. "May?!" Lirih Selly. Maya bukannya menjawab, ia malah berhambur ke pelukan Selly. "Udah?" Tanya Selly memastikan. Maya mengangguk.

Mantan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang