Kalau akhir pekan biasa semasa kuliah dulu pasti kumpul-kumpul bareng di kafe dekat kampus menikmati waktu luang yang teramat-amat sangat membosankan.
Sekarang beda lagi, semua sibuk dengan jadwal mereka masing-masing. Tidak ada akhir pekan yang dinikmati saat jas putih kebanggaan masih melekat.
Dan yang sekarang tengah duduk dengan perasaan jengkel di depan seorang wanita yang sampai saat ini masih enggan memberi topik.
Seperti apa yang Pram ucapkan terhadap Bundanya tempo hari, kini akhir pekan ia dipertemukan dengan wanita cantik tampa hijab meskipun agama jelas menganut agama Islam.
Dari situ saja sudah jauh dari kriteria Pram.
"Tadi nama kamu siapa?" tanyanya, memecahkan suasana beku yang sedari tadi terus mengusik.
Sedangkan si perempuan hanya mendengus.
"Anita, perlu aku ulang berapa kali?"
Pram tidak membalas ucapan ketus dari perempuan berdress merah menyala tersebut.
Anita Arlang adalah anak dari teman Bundanya yang hendak dijodohkan dengannya. Anita adalah seorang model yang terkenal akan keramah-tamahannya serta senyum bulan sabit yang akan langsung jadi candu bagi mereka yang pernah bertemu.
"Kamu pasti udah tau kita ketemu sekarang mau bahas apa." Ujar Pram.
"Tau. Dan saya menolak." Jawab Anita.
Pandangan si Puan yang menatap ke sembarang arah tersebut kini mulai mengambil semua fokus Pram. Mulai dari pertama kali bertemu, dari prilakunya saja memang sudah membuatnya curiga.
"Kalau begitu kenapa tidak menolak, saat hendak dijodohkan?"
"Kamu juga."
"Ini paksaan dari Bunda."
"Kalau begitu ini juga paksaan dari Mama saya."
Seumur-umur baru kali ini ada yang mampu membuat semua ucapan Pram terbantahkan.
Di tengah riuh suara kendaraan di luar kafe sana, kini netra yang berbeda warna tersebut saling beradu tatap. Pram sendiri bingung, ia ingin menolak tapi di satu sisi kenapa suara hatinya malah mengatakan iya untuk lebih mengenal.
Latte yang telah habis diteguk tersebut seakan menjadi saksi saat Pram dengan tiba-tiba menggenggam tangan putih milik Anita.
"Eh! Ngapain?!"
"Diem, gue nggak bermaksud, ada yang lagi ngawasin kita." Ucap Pram sedikit berbisik saat tatapnya kini mencuri-curi pandang pada seseorang di balik buku menu sedang memotret ke arah ia dan juga Anita.
Pram tau betul itu pasti orang suruhan Bunda untuk mengawasinya.
"Setakut itu ternyata..."
"Mau ke mana?" tanya dari Anita terlontar, saat dengan tiba-tiba kini Pram menarik tangannya kemudian beranjak dengan tergesa keluar dari kafe tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAS DOKTER
Fanfiction"KALAU PUNYA SAKIT ITU BILANG FAN!!! JANGAN LO PENDEM SENDIRI DENGAN ALASAN KLASIK NGGAK MAU BIKIN KITA SEMUA KHAWATIR! BEGO TAU NGGAK!! AKHIRNYA KITA SEMUA JUGA BAKALAN TAU DAN KHAWATIR, KITA JUSTRU MALAH KELIHATAN BODOH BANGET KARENA NGGAK TAU TEM...