2. Tentang Pramuditha

364 31 1
                                    


Selepas jingga yang mengambil alih tugas lalu kembali digantikan malam suasana pada ruangan operasi masih setegang saat baru pertama kali dimulai.

Operasi transplantasi ginjal pada salah satu pasien yang dipimpin oleh Dokter Pramuditha.

Dokter ahli bedah seperti dirinya ini ya kalau nggak ada jadwal bedah tidak akan terlalu sibuk, paling hanya mendiagnosa beberapa orang yang mengalami penyakit tertentu.

Dokter bedah adalah dokter spesialis yang mengobati penyakit, cedera, atau kondisi gawat darurat pada tubuh melalui metode bedah (operatif) dan obat-obatan.

Dokter bedah memiliki tugas layaknya dokter lain, seperti mencatat riwayat medis dan mendiagnosis penyakit atau cedera pasien. Jadi dokter bedah melayani konsultasi pula, termasuk memberikan nasihat dan informasi medis kepada pasien dan keluarganya. Layanan medis ini diberikan sebelum, saat, dan sesudah operasi.

Kembali pada ruangan yang berwarna serba hijau tersebut, sudah cukup lama berlangsung.

Setiap operasi yang ia lakukan, Pram selalu berusaha berbaikan dengan pikiran yang tidak kenal waktu saat berisik.

Menghela nafas sejenak, guna menangkan dirinya sendiri.

"Tenang Pram, ada nyawa yang lo pegang." Batinnya bersuara.

Lama waktu operasi berlangsung akhirnya sampai pada tahap terakhir, menjahit bagian yang semula disayat.

"Alhamdulillah." Ujar mereka semua yang ada di sana.

"Syukurlah, operasi kali ini berjalan lancar. Terima kasih untuk kalian semua yang telah membantu." Ucap Pram.

Tersenyum penuh di balik masker bedah yang ia gunakan.

"Terima kasih kembali Dok, tampa dokter juga tidak akan berjalan lancar." Ucap salah satu suster.

Tersipu sedikit, lantas Pram mulai mengarahkan anggota medis lainnya untuk memindahkan pasien ke ruang rawatnya.

Sementara ia yang langsung beranjak keluar usai mencuci tangan untuk memberi tahu keluarga pasien yang dengan setia menunggu di luar ruangan operasi.

Dapat Pram lihat bagaimana wajah pias kedua pasangan paruh baya yang langsung berdiri di hadapannya meminta penjelasan.

"Bagaimana, Dok?" tanya laki-laki paruh baya yang mendekap erat sang istri, lebih tepatnya Ayah dari pasien.

Tersenyum penuh pada keluarga pasien, inilah momen yang paling tidak bisa dilihat oleh Pram. Tatapan mereka, harapan mereka yang sepenuhnya didedikasikan pada dirinya.

"Lancar Pak, Bu."

"Alhamdulillah." Ucap keduanya, tampak dari raut wajah yang langsung berubah berseri. Seakan perasaan yang tadinya gundah saat menunggu di depan ruang operasi hilang begitu saja.

Rasa bahagia kedua orang tua itu pun menjalar pula pada Pram.

"Alhamdulillah, anak Ibu dan Bapak masih diberi kesempatan untuk hidup. Anak yang kuat."

"Terima kasih banyak Dokter, terima kasih." Ujar sang Ibu mencium tangan Pram dengan rasa syukur yang masih tersirat.

"Eh, kan terbalik Bu, harusnya saya yang cium." Pungkas Pram, merasa sedikit malu yang mencium tangannya malah yang lebih tua.

JAS DOKTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang