Another Family : Pertama

441 93 55
                                    

- 𝘼𝙉𝙊𝙏𝙃𝙀𝙍 𝙁𝘼𝙈𝙄𝙇𝙔 -

"Ayah, ayolah. Suruh Si Tiang itu memberi uang padaku, aku mau topoki."

"Ya ampun, kau ini. Bagaimana kalau sakit perut lagi, hm?"

"Ayah~ demi kesejahteraan pikiranku, aku harus membeli topoki itu."

"Baiklah iya, putri kesayangan Ayah. Sebentar, Ayah akan mengirim pesan pada Sowon."

"Beri bonus juga, ya. Aku mau beli minumannya, takutnya aku kepedasan, bahaya."

"Iya, tunggu sebentar, ya. Kau menelepon Ayah untuk meminta itu saja? Bukan karena rindu?"

Sinb merotasikan bola matanya malas. "Ck, iya aku rindu."

"Bonusnya ditambah, ya. Nanti Sowon akan datang ke kamar kamu."

"Terima kasih, Ayah~"

"Sama-sama, kau—"

"Selesai!" pekik Sinb setelah mematikan panggilan itu sepihak.

Dia berjalan menuju ke kursi belajarnya, mengambil beberapa buku serta alat tulis. Ekor matanya bergerak melirik ke arah pintu, menantikan terbukanya pintu untuk menerima uang pemberian Sang ayah.

"Aish, lama sekali."

Sinb memberenggut sebal, dan Sowon belum juga datang kepadanya. Sampai ketika dia beranjak dari kursi itu, melangkah ke pintu siap melabrak salah satu saudarinya, pintu dibuka. Kehadiran Sowon dengan uang di tangannya membuat Sinb tersenyum sumringah.

"Terima kasih," ungkap Sinb, ia merenggut uang itu dari Sowon. "Dan sampai jum—"

"Untuk apa?" Sowon bertanya cepat.

Sinb mengerutkan dahinya. "Bukan urusanmu!"

Sowon merenggut kembali uang itu dari tangan Sinb, lalu Sinb merenggutnya tak mau kalah. Sorot Sowon menajam tak terima, Sinb yang tak suka diperlakukan seperti itu balas menatapnya tajam.

"Uang ini untukku, 'kan?" tanya Sinb.

Sowon mengambilnya dan mengangkat setinggi lengannya.

"Jawab dulu untuk apa?"

Sinb merotasikan bola matanya malas. "Yak, aku akan melakukan investasi dengan uang itu. Jadi berikan."

"Investasi? Bocah tengil ini akan melakukan investasi?" Sowon bertanya dengan tawa remehnya. "Yak, sadarlah!" Sowon mendorong kening Sinb menggunakan jari telunjuknya.

"Wah." Sinb geleng-geleng kepala menerima perlakuan seperti itu. "Mau bertengkar sepertinya, ya."

Sowon mundur selangkah ketika Sinb menarik baju lengannya menantang, ia terpantau takut karena tahu seberapa jauh gadis ini akan bertingkah.

"YAAAKKK!" jerit Sowon lantang.

"OMO!" pekik Sinb kaget dan langsung mematung di tempatnya. "A-apa itu? Kau berteriak seperti ibu-ibu di pasar, kau tahu?"

Sowon membuka mulutnya tidak percaya. "Apa? Ibu-ibu di pasar?"

"Ya, ibu-ibu di pasar. Berisik!"

"Dan ibu-ibu pada umumnya begini!"

"ARGH! YAK, JANGAN MENJEWER TELINGAKU!"

"Rasakan kau anak durhaka!"

"SAKIT, LEPASKAN!"

"Rasakan, hahaha!"

"YAK, LEPASKAN!"

Pintu kamar nomor empat terbuka, yang mana dari sana Yuju keluar. Gadis itu memasang raut wajah bantalnya, rambutnya juga berantakan karena tak sempat merapikan diri. Perdebatan di luar kamar sungguh mengganggu waktu tidurnya.

Another Family || GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang