Bagian 12

60 9 1
                                    

•Bijaklah dalam membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Bijaklah dalam membaca. Jangan menyangkut-pautkan kehidupan nyata para visual dengan cerita ini•

Lagi dan lagi, Kiran dikejutkan dengan keberadaan Tama yang sudah berada di depan rumahnya. Hari ini ia menang masih mengambil cuti bekerja karena harus menemani sang ibu di rumah sakit seperti biasanya. Kiran pikir Tama tidak akan menemuinya lagi dalam waktu dekat usai insiden tadi. Ternyata dugaannya salah, nyatanya Si Keras Kepala itu sudah berdiri anteng di depannya dengan senyuman tipis.

Tidak memedulikan Tama, gadis itu meraih kenop pintu. Menguncinya. Menyimpan kunci tersebut ke dalam tas. Berbalik badan dan berjalan lurus tanpa menatap Tama. Meninggalkan pria itu seolah-olah tidak melihatnya.

Sedangkan, Tama yang merasa seperti patung batu itupun melongo. Saat Kiran sudah berada satu langkah di belakangnya, ia mencekal tangan kiri gadis itu. Menariknya kasar yang langsung membuat gadis itu hampir terjerembab ke belakang. Untung saja refleks Tama sangat bagus. Ia menahan pinggang ramping gadis itu dan berakhir menariknya dalam dekapan rindu.

"Mas Tama kangen," lirihnya mengeratkan dekapan. Menyembunyikan wajahnya di leher Kiran, sedangkan gadis itu sudah memberontak minta dilepaskan.

"Biarin gini dulu, Ran." Tama menahan pergerakan tangan Kiran. Gadis itu menurut. Diam. Tidak membalas pelukan ataupun menerima pelukan dari Tama. Membiarkan pria itu dalam posisi seperti itu sebentar.

"Lepas!" titah Kiran amat dingin. Sorot matanya tajam. Walaupun Tama tidak dapat melihatnya, tapi Tama dapat merasakan amarah yang keluar dari gadis itu. Ia menggeleng. Menolak untuk melepaskan diri dari Kiran.

"Lepasin!" Kiran mendorong bahu Tama kuat. Tama yang tidak siap dengan penolakan itu pun langsung terdorong ke belakang. Menatap Kiran dengan sayu. Tidak suka dengan sikap Kiran yang berubah seperti sekarang. Ia lebih menyukai Kiran yang lemah lembut, penurut, perhatian, dan suka salah tingkah jika bersentuhan fisik dengannya. Entah itu dipegang tangannya ataupun memeluknya.

Hening. Tidak ada yang berniat membuka suara. Kiran pun beranjak dari posisinya. Namun, Tama kembali mencegahnya. Kali ini menarik Kiran pelan hingga gadis itu berhadapan dengannya. "Jangan kayak gini," pinta Tama memelas.

"Mas Tama sayang sama kamu. Mas Tama nggak mau dicuekin sama kamu."

Tama menggenggam kedua tangan Kiran. Sedikit menunduk, menatap wajah ayu gadis itu. Matanya berkaca-kaca. Ia amat mencintai gadisnya itu. Tidak perduli dengan usia mereka yang terpaut jauh. Yang dirinya tahu, ia tidak mau kehilangan gadisnya. Tidak mau.

"Jangan berubah, ya? Tetep jadi Kiran yang dekat sama Mas Tama, nyaman di samping Mas Tama, selalu kasih perhatian." Tama membuka suara. Napasnya sedikit tersengal menahan tangis.

ANCABAKA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang