•Bijaklan dalam membaca. Jangan menyangkut-pautkan kehidupan nyata para visual dengan cerita ini•
Pukul lima sore, Kiran baru berangkat ke tempat kerjanya. Jika saja ia tidak dekat dengan pemilik toko tersebut, sudah dipastikan jika dirinya dipecat saat itu juga. Karena berangkat kerja seenak jidat. Tapi mau bagaimana lagi, Kiran juga mengambil kerja paruh waktu di sana. Yang bikin berbeda, walaupun paruh waktu tetap diberi batasan waktu berangkat. Paling lambat pukul empat sore.
Kiran memasuki toko sambil menjinjing totebag hitam bergambar strawberry di tangan kanannya. Ia tidak sendiri, ada Tama yang mengekorinya dengan menjinjing plastik putih. Isinya celana yang dibeli Tama saat pergi berbelanja dengan Kiran tadi. Tidak lupa dengan satu plastik hitam yang isinya adalah makanan ringan untuk karyawan atau lebih suka disebut dengan anak-anak Mas Tama.
Sampai di kasir, Kiran disuguhi pemandangan dimana Maul yang bercanda dengan Alaric. Namun, dapat dilihat dengan jelas jika Alaric sangat tidak minat dan tidak menanggapi candaan yang dilontarkan oleh Maul. Ia justru risih karena gadis itu yang terus berusaha mendekatinya. Alaric yakin jika Maul mengetahui dirinya suka dengan Kiran. Untuk apa gadis itu repot-repot menggodanya tiap hari.
Tidak menyadari keberadaan Kiran yang tengah menekuk wajah kesal, Alaric menahan tangan Maul yang hampir terjatuh karena kakinya menubruk tumpukan plastik di bawah.
“Ekhem,” deham Kiran melihat adegan di hadapannya itu.
Kiran merasakan jika hatinya panas dengan telinga yang berdengung. Ia sangat tidak suka melihat Maul berdekatan dengan Alaric. Ditambah Alaric yang menahan bahu Maul supaya gadis itu tidak jatuh.
Alaric mendongak. Mendapati Kiran yang tengah menatapnya jengkel.
“Akh!”
Alaric menyingkirkan tangannya dari bahu Maul, sehingga gadis itu jatuh tersungkur di bawah Kiran.
“Bang Aaall!” Kiran berseru kaget. Menunduk dan membantu Maul untuk berdiri. Namun, gadis itu menepis tangannya dengan kasar. Hal itu tak luput dari penglihatan Tama yang sudah berdiri di ambang pintu kasir.
“Jangan bantuin orang nggak tau diri, Dek,” ujar Tama sambil menarik Kiran supaya menjauh dari Maul. Tatapannya tajam mengarah pada Maul dan berganti menatap Alaric penuh permusuhan. Setelahnya ia bawa Kiran untuk pergi ke lantai dua.
Alaic menatap kepergian Kiran. Napasnya memburu, ingin sekali meluapkan marahnya pada Maul. Tapi urung.
“Keluar, Ul,” pinta Alaric dingin.
***
Kiran tengah merapikan beberapa pajangan baju yang terlihat sedikit berantakan. Bibirnya bersenandung kecil membawakan lagu favoritnya. Tangannya lincah merapikan bahu baju yang digantung di depannya. Semua yang dilakukan Kiran tak luput dari perhatian Maul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANCABAKA [TERBIT]
Novela Juvenil[Beberapa chapter dihapus untuk kepentingan penerbitan] Satu Minggu yang lalu, Tama mengatakan, "Jangan baper, Dik. Udah om-om." Tapi, semalam Tama meminta, "Jangan berubah, ya? Tetep jadi Kiran yang dekat sama Mas Tama, nyaman di samping Mas Tama...