...
Minggu ini di Smantisa ada pensi dalam rangka ngerayain hut sekolah. Jeno nyamperin pacarnya yang nungguin dia di depan sekolah. Dia memang sengaja minta Rena dateng. Soalnya bakalan ada band favorit cewek itu nanti yang tampil sebagai guest star-nya.
Jeno dengan seragam identitas sekolahnya menggandeng sosok perempuan dengan seragam yang berbeda masuk kedalam area sekolah, berhasil menarik banyak atensi penghuni sekolah.
Siapa sih yang nggak kenal Radjeno. Ketua OSIS abadinya Smantisa yang ganteng paripurna itu. Tapi konon katanya jabatannya bakal abis minggu ini. Dia mundur karena bentar lagi kelas tiga harus fokus Ujian.
"Na, temenin pacar gue ya. Awas lu kalo berani ninggal-ninggal dia." Kata Jeno setelah ngebawa Rena ke tribun nyamperin sepupunya.
"Dih pede gila. Jangan mau dititip-titipin, Ren. Ikutin dia terus. Dia tuh banyak ceweknya disini." Sahut Nana ngarang. Dia kenal Renata, begitu juga sebaliknya.
Rena melirik sengit kearah Jeno, yang ditatap begitu langsung panik. "Enggak, Yang. Solo aku disini kaya lagunya Jennie Blackpink. Suer." Kata Jeno ngebuat Nana ketawa girang. Nana itu kelas dua, sama kaya Rena.
Seragam Rena yang kontras banget disana ngebuat banyak siswa yang merhatiin dan ngomongin dia. Apalagi dia interaksi sama Jeno si pangeran sekolah, dan Nana sang dewi sekolah.
Tentu banyak pihak yang nggak menyukai kehadiran Rena ditengah mereka.
Setelah Jeno pamit pergi buat balik ngurus jalannya pensi bareng anak buahnya dibawah sana, Nana beneran nggak pergi dari sisi Rena. Dia sadar dengan tatapan nggak suka yang ditunjukkan oleh anak-anak smantisa terhadap Rena.
"Enakin aja. Anggep semuanya babi, Ren." Kata Nana menenangkan Rena yang kelihatan udah nggak nyaman sejak Jeno ngebawa dia masuk tadi.
Rena ngangguk santai. Setelahnya cuma raut dingin dia yang ditunjukin. Dia nggak boleh kelihatan lemah dihadapan para pembenci dadakannya kan.
"Lo gue anggep babi juga dong." Canda Rena.
Nana justru ketawa, "Anjirlah! Haha. Jajan yuk, Ren. Mumpung masih ada waktu nih sebelum mulai."
"Yuk. Kebetulan gue belum makan apa-apa juga tadi."
Nggak lama kemudian mereka ninggalin tribun buat ke kantin. Jeno ngelihat pergerakan Rena nurunin tribun dari kejauhan. Setelah dirasa ceweknya itu pergi bareng Nana, dia pun lega.
Setibanya di kantin, Rena menghela nafasnya. Seenggaknya dikantin suasananya nggak sesesak saat ditribun tadi. Kantinnya nggak rame, tapi juga nggak sepi-sepi amat.
"Wih??! Lo bawa cewek dari mana nih, Na?" Tanya Sean, temen seangkatannya Jeno. Cowok itu memperhatikan Rena dengan pandangan penasaran. Apalagi posisinya Rena pake seragam identitas sekolahnya sendiri.
"Ceweknya Jeno. Nggak usah gatel lo sama dia!"
Cowok bernama Sean itu pun ngangguk. "Mbaknya namanya siapa Mbak?" Nah mulai keluar genitnya si Sean.
Sebelum semuanya terlambat, Nana segera merangkul Rena. "Nggak usah dijawab, Ren. Orang nggak penting dia."
"Pelit amat sih, Na.." Protes Sean nggak terima. Kan dia cuma pengen kenalan aja.
"Kalo pengen tau, mending tanya Jeno!"
"Weleh. Sama aja bunuh diri gue." Kata Sean menyerah.
"Nah yaudah. Yuk, Ren!" Sahut Nana seraya membawa Rena menuju ke tempat Pop Es berada.