...
Empat tahun yang lalu,
Dua tahun pacaran, kedewasaan Jeno mulai nampak. Ada banyak perubahan dari diri Jeno, mulai dari perubahan bentuk fisik, juga perspektifnya.
Tubuh tinggi tegap, hidung mancung, dan jawline-nya yang semakin menajam. Jakunnya juga semakin nampak lebih jelas, ngebuat Renata tanpa sadar suka tiba-tiba menyentuhnya penasaran.
Dasi abu-abu milik Jeno sudah tersampir di sandaran kursi gaming miliknya. Rok biru tua milik Rena juga sudah tergeletak begitu saja di tepi kasur.
Ya, Jeno udah SMA. Sedangkan Rena baru kelas tiga SMP.
Kedua tangan Rena menahan bahu Jeno yang kini berada diatasnya. Tatapan mereka bertemu saat jemari Rena meremat bahu yang semakin lebar itu.
Helaian rambut Jeno yang mulai memanjang dan sedikit basah jatuh menyentuh dahi Rena. Lelaki itu meringis menahan sesuatu.
Sadar perempuannya tengah kesakitan, Jeno membubuhkan kecupan hangat pada seluruh wajah Rena.
Kecupan itu semakin turun ke leher Rena, mencumbunya dengan begitu dalam untuk mengalihkan rasa sakit yang tengah dirasakan pacarnya.
Agaknya Rena mulai lebih relax. Jeno bisa merasakan miliknya tak lagi dicengkeram terlalu kuat oleh inti Rena dibawah sana.
Rena menangkup rahang Jeno dengan kedua tangannya. Lalu mengusap keringat di dahi Jeno.
Jeno menggeram, sentuhan Rena membuatnya semakin bergairah.
Kalo ditanya Jeno pengen gimana, Jeno bakalan jawab dia bener-bener pengen main kasar. Mendorong miliknya telak kedalam Rena sekuat dan secepat yang dia inginkan.
Tapi ini pengalaman pertama mereka. Jeno lebih ingin melakukannya dengan lembut. Dia nggak mau menyakiti dan memberikan pengalaman pertama yang buruk kepada Renatanya.
"J-jeno..." Suara lirih milih Rena menyadarkan Jeno.
Jeno menatap Rena. Wajah sayu dengan setitik air mata di kedua sudut matanya berhasil memukul perasaan Jeno begitu kuat.
Dia telah menyakiti Renata.
Lelaki itu sadar, dia udah melewati batas yang semestinya nggak dia terabas.
Perlahan Jeno menarik dirinya. Lenguhan lembut terdengar dari bibir Renata.
Sedetik kemudian Jeno meraih tubuh telanjang Rena kedalam pelukannya. Jeno udah gila. Renata masih SMP!
Mulut Jeno tak henti-hentinya mengucap kata maaf. Dia bener-bener nyesel. Persetan dengan miliknya yang masih tegang, dan gairahnya yang belum padam.
Bibir Rena melengkung kecewa. "Kenapa?"
Masih dengan posisi tubuhnya diatas Renata, Jeno memberi sedikit jarak agar dia bisa menatap pacarnya. "Hhm??"
"Kenapa berhenti?"
Dahi yang masih tampak berkeringat itu pun berkerut. "Maksudnya?"
Jemari Rena bergerak menyugar rambut Jeno. "T-tadi enak. Jangan berhenti."
What??!
Jeno nggak salah denger kan??
Dia udah berusaha keras mengembalikan akal sehatnya. Apa-apaan yang dikatakan Rena barusan????
"Kamuㅡ"
"Please~" Rena memohon.
Jeno beku sesaat. Mencari keraguan di mata Rena yang menatapnya begitu mendamba.