15. First touch

1.9K 183 26
                                    



...

Enam tahun yang lalu,

Rena kebingungan nyari kelasnya. Ini adalah hari pertama dia masuk kedalam kelasnya setelah sesi Masa Orientasi usai.

Cewek itu paling nggak bisa ngebaca angka romawi, dan sialnya sekarang dia harus nyari kelasnya yang sudah pasti papan namanya bakalan pake angka romawi.

Rena tuh tipe cewek bego nyrempet polos. Jadi begonya dia tuh nggak ketara-ketara amat.

Dia masuk gitu aja ke kelas yang dia pilih, atau yang menurutnya bener. Tapi seinget dia sih memang bener ini kelasnya. Kayanya.

Bel masuk memang belum berbunyi. Mungkin beberapa detik lagi.

Dan ya, bel khas SMP N 1 Ambarawa beneran bunyi.

Rena dengan percaya dirinya duduk di bangku kosong di deretan tengah barisan agak belakang. Meja ditata sepasang-sepasang, dan disebelah Rena itu cowok yang menempati.

Rena bukan lagi modus. Tapi memang cuma itu bangku yang masih kosong.

"Anak baru, Jen?" Tanya Haidar yang duduk dibelakang Jeno.

Jeno mengedikkan bahunya sambil terus memperhatikan Renata yang tengah sibuk ngeluarin buku dan alat tulisnya dari dalam tasnya.

Atensi Jeno terarah ke buku tulis Rena yang telah memiliki identitas cewek itu.

Zevanya Renata. Jeno menyebut nama itu dalam hati.

Rambutnya panjang, diiket dua. Pawakannya kaya anak paud. Kecil, imut, gemesin. Mana segala pake diponi lagi rambutnya.

"Loh? Itu siapa yang ke sekolah bawa adeknya?" Seru sang wali kelas di kelas tersebut yang menjurus ke sosok Renata yang masih sibuk menata peralatan belajarnya diatas mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh? Itu siapa yang ke sekolah bawa adeknya?" Seru sang wali kelas di kelas tersebut yang menjurus ke sosok Renata yang masih sibuk menata peralatan belajarnya diatas mejanya. Bener-bener kaya anak kecil yang seneng banget di hari pertama sekolahnya sampe semaleman nggak bisa tidur.

"Jeno, Pak. Biasa. Mamahnya lagi sibuk menanam padi disawah, Papahnya lagi gali kubur. Jadi dia yang disuruh ngemong." Sahut Haidar ngaco abis. Terus langsung digeplak palanya sama Jeno.

"Asu!" Umpat Jeno.

"Bukan anak pindahan ya, Pak?" Kali ini temen Jeno yang lain yang ngomong,  Jemi namanya.

Sang guru menggelengkan kepalanya. "Nggak ada anak pindahan kok."

Pria yang kelihatannya sudah berkepala tiga itupun berjalan kearah Renata.

"Dek?"

Merasa dipanggil, Renata pun mendongak. "Ya?" Kini seisi kelas terfokus kearah Rena.

"Kamu kelas berapa?"

Rena tampak mikir sebentar. "Kelas tujuh A."

Semua siswa yang ada disana saling pandang heran. Ada juga yang ketawa. Kok bisa gitu loh nyasar ke kelas orang.

Darah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang