4. Babunya Aznal

118 6 0
                                    

HOLLA! APA KABAR?

AKU KEMBALI UNTUK UP!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN, YA!

TANDAI TYPO!


>.<

HAPPY READING
.
.
.
.

"Jadi babu gue."

Bia melototkan bola matanya. "LO GILA?!"

"Oh, lo mau lari dari tanggung jawab?"

"Tapi gak gitu jug- Ck! Iya iya! Sampe kapan?"

"Gak nentu."

"Dih?! Apaan sih curang banget!"

"Udah, lo mau apa enggak?

"Gue jawab enggak juga gak bakal lo turutin, kan?"

"Pinter, itu tau."

"BODO."

Aznal menyerigai. "Nyari gara-gara sama gue. Liat aja nanti sampe kapan lo bertahan." batin nya. Tanpa Aznal sadari, permainan yang ia buat akan berdampak pada dirinya sendiri.

Aznal mengalihkan pandangan nya pada Bia yang sedang membuang muka. Terlihat dari aura nya, bahwa gadis itu sedang merajuk. "Oke, pulang sekolah lo ikut gue. Gak ada penolakan."

"HAH?!"

***

Akward. Itulah suasan yang dialami oleh tiga remaja di uks. Tania yang bingung ingin membuka pembicaraan tentang apa. Jinara yang berusaha mati-matian agar tidak teriak sekencang mungkin ditempat karena berada ditempat yang sama dengan pujaan hatinya. Dan Rio yang gugup karena tidak kenal dengan dua gadis ini.

Sungguh kejam temannya menyuruh ia mengantarkan gadis yang tidak kenal. Ia pun bingung ingin berbicara apa.

Aha!

"Emm, gue beli makanan dulu buat lo."

Sesak. Itu yang Jinara rasakan saat Rio ingin membelikan makanan untuk Tania. "Ck! Kenapa kaga beli buat gue aja, si? Gue juga laper tau!" batin Jinara.

"Lo, ikut gue."

Sksksks! Seketika perasaan sesak Jinara langsung hilang, walaupun tidak sepenuh nya karena Rio ingin membelikan makanan bukan untuknya.

"Aaaaaaa! Gue jalan sama Rio! Mampus lo Tani! Gue sama Rio tinggalin lo sendirian di uks!" Jinara membatin senang.

"Ayo, Yo!" girang nya.

Rio yang melihat itu sempat terkekeh kecil. Tangannya tanpa sadar mengacak-ngacak rambut Jinara.

"Lucu banget sih," ucap Rio tanpa sadar.

Kalian jangan tanyakan bagaimana keadaan Jinara sekarang. TERBANG!!!

Rio mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu menarik tangan nya kembali. "Sorry, reflek."

Jinara tersenyum. "Gapapa kok."

"Yaudah ayo kita beli makan," ajak Jinara.

"Ah iya, ayo." Jinara berjalan duluan keluar. Rio tampak memukul mulutnya pelan.

Tania yang melihat itu mengerutkan keningnya. "Lo kenapa?" tanya Tania.

"E-eh. Ha? Oh gapapa," jawab nya. Lalu tanpa berpamitan lagi, ia berjalan keluar menyusul Jinara meninggalkan Tania yang menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

Babunya Si Ketua Basket-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang