10. Seribu kepribadian

84 8 0
                                    

GAES HUHUUUU SORI AKU LUPA KALO AKU PUNYA STORY DI WP.

Jadi bulan desember kemarin tuh aku kena tipes hampir satu bulan. Ditambah aku maksain masuk sekolah karena ujian, soalnya aku gamau nyusul gabisa nyontek, ehehe.

And aku lupa kalo aku punya cerita disini, sorry. Soalnya aku jarang buka WP. Aku baru inget pas aku liat akun ini. Kayanya udah debuan banget ini udah bersarang ratusan laba-laba, wkwk.

Sorry ya sekali lagi. Nanti aku bakal usahain sesering mungkin up lanjutin ceritanya. Karena aku lupa kalo aku punya cerita, aku belum bikin lanjutannya juga. Bener-bener ini terakhir di draft aku yang udah selesai. Part selanjutnya lagi aku selesain baru beberapa kata, hehehhe.

OKEE!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN DISETIAP PARAGRAF NYAA!!!

HAPPY READING

Sudah satu minggu kurang lebih setelah kejadian malam itu dimana Abiasya bertemu dengan cowok misterius yang tidak ia ketahui sama sekali nama nya.

Hari-hari nya masih sama seperti biasa setelah ia menjadi babu Aznal. Tapi dua hari kebelakang ini hingga beberapa hari kedepan Bia merasa ada yang hilang.

Abiasya merasa sepi kala ia tidak berurusan dengan Aznal. Yah, cowok nyebelin itu sedang sibuk latihan basket untuk turnamen nanti. Apalagi ia adalah ketuanya, jadi sangat sibuk sampai tidak ada waktu untuk bermain-main dengan Bia.

Harusnya ia senang bukan, karena merasa bebas dari perintah Aznal? Tapi kenapa ia malah merasa sepi saat cowok nyebelin itu memberi tahu jika ia diliburkan menjadi babunya beberapa waktu saat ia dan Aznal pergi keluar sekedar untuk mencari angin segar.

"Heh, ngelamun lo! Mikirin apaan?" Jinara menyentil kening Bia saat merasa curhatan nya tentang Rio sama sekali tidak didengar oleh Bia.

"Ha? Enggak, kok. Tadi lo sampe mana?" Bia mengelak.

"Tau, ah! Gue kesel sama lo." Jinara merajuk.

Mereka berdua tengah berada di kantin. Bia dan Jinara sedang memakan batagor karena tiba-tiba mereka menginginkan itu.

"Maaf, ya. Tadi pikiran gue ngeblank dikit," kata Bia. Jika sudah seperti ini, maka Bia harus memancing Jinara agar ingin berbicara pada nya.

"Nanti gue beliin coklat deh buat lo."

"SERIUS?!" pekik Jinara.

Abiasya mengangguk. "Iya, mau?" tawar Bia pada Jinara. Si empunya tentu tidak akan menolak dan langsung mengangguk semangat. Apalagi coklat adalah cemilan favorit nya.

"By the way, ada berita apa hari ini tentang Lentera Bangsa? Lo kan selalu update," Bia kembali berujar.

Sepertinya Jinara tertarik dengan topik ini. Ia mulai memperbaiki duduk nya dan berdehem pelan sebelum bercerita.

"Katanya si nanti bakal ada murid baru. Seangkatan sama kita, tapi gue belom tau dia dikelas mana nanti." Jinara menjelaskan yang ia ketahui.

"Oh, ya? Dia murid pindahan dari mana?" tanya Bia.

"Gue gatau juga, tuh." Jinara mengedikan bahunya tanda tak tahu.

"Udah, ah. Yok balik kelas, udah mau bel nih. Makanan kita juga dah abis, ngapain coba masih disini," ajak Jinara.

Babunya Si Ketua Basket-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang