11. Kangen, dan.. siapa?

72 3 0
                                    

HOLA HOLLAAAA!!!

IM BACK GUSY, EHEHE!

AKU MINTA MAAF BANGET JARANG UP. GILA INI UDAH BERDEBU BANGET, SEMOGA KALIAN BELOM PADA LUPA SAMA ALUR CERITANYA YAA, WKWK.

EMOJI APA YANG PAS SAMA KEADAAN KALIAN SEKARANG INI?

KALIAN BAIK-BAIK AJA KANNNN?

SEMOGA BAIK-BAIK AJA YAA DAN SELALU BAHAGIA DIMANAPUN BERAADAAAAA!

OKE, LANGSUNG AJA YAAAA!!! CUSSS!!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN DISETIAP PARAGRAF NYAA!

TANDAI TYPO!

HAPPY READING!
.
.
.
.

"Woi, Nal, yang fokus dong! Lo udah berapa kali kecolongan," teriak Rio berusaha menyadarkan lamunan Aznal.

"Sorry, sorry," saur Aznal saat kembali tersadar dari lamunannya.

"Kita break dulu aja, udah bel istirahat juga, kan? Kalian semua silahkan istirahat dulu," ujar pelatih basket Lentera Bangsa.

Rio menghampiri Aznal setelah sang pelatih melenggang meninggalkan mereka. Ia menepuk pundak Aznal dua kali.

"Lo lagi mikirin apa, sih, Nal? Gak biasa nya lo kaya gini. Lagi ada masalah?" tanya Rio beruntun.

Aznal hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia baik-baik saja. Jujur dari tadi pikiran nya penuh dengan Abiasya, babunya. Sehari saja tak mengganggu cewek aneh itu ada yang kurang rasanya. Tak mungkin, kan, jika ia jujur pada Rio jika dirinya memikirkan Bia, si cewek aneh itu?

"Malah bengong! Ke kantin ayo. Gue laper," ajak Rio, Aznal hanya mengikuti.

***
"Jin, ayo kantin. Tadi katanya lo laper," Abiasya berdecak kala Jinara hanya berdiri didepannya.

"Aduh, lo duluan dulu deh. Gue kebelet, nanti gue nyusul bareng Tania. Kalo barengan malah nanti kaga kebagian tempat, bye!" Jinara berlari menarik tangan Tania meninggalkan Bia.

Yah, setelah hampir sebulan Tania menjadi murid baru di Lentera Bangsa Tania tak kapok mendekati Bia dan Jinara dengan alasan ingin menjadi teman mereka. Tidak ada kebohongan dimatanya saat mereka berdua berusaha mencari tanda bahwa Tania pura-pura.

Dan satu lagi, dia terlihat sangat polos, murni polos walaupun kosakata nya menggunakan lo-gue dan terkesan gaul. Bahkan Jinara sering mengelabui juga mengajarkan yang tidak-tidak membuat Tania yang bulan lalu seperti anak SD menjadi rada gesrek seperti Jinara.

Oke cukup.

Di perjalanan menuju kantin, Abiasya bertemu dengan si kembar tiga yang baru saja menjadi murid baru di sekolahnya. Kadang Bia heran, mengapa di sekolahmu ini banyak murid baru? Apa tidak menyenangkan sekolah lamanya? Atau pindah rumah? Bisa jadi.

"Eh, ada Neng Geulis! Kita ketemu lagi, kayanya jodoh, deh. Iya, gak?" tanya Azlan dengan menaik turunkan alisnya.

"Enggak, deh, kayanya. Gue duluan, ya. Mau ke kantin dulu nyari tempat, takut gak kebagian." Nazlan terkekeh mendengar jawaban Bia, ia puas saat melihat kakak keduanya ditolak secara halus oleh cewek yang entah keberapa kalinya ia dekati. Sedangkan Azlan malah menahan tangan Bia yang hendak pergi.

"Tunggu dulu, dong. Gimana kalo sekalian kita bareng aja? Kita kan murid baru di sekolah ini." Bia hanya mengangguk mengiyakan, daripada lama lagi yang ada membuang waktu.

Babunya Si Ketua Basket-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang