3. Awal masalah

103 8 0
                                    

HAPPY READING

.
.
.
.

Aznal dan Rio baru saja selesai bermain basket. Aznal yang mengajak karena dari pagi mood nya sedang buruk. Mungkin sedikit bermain basket bisa membuat mood nya turun. Baju mereka basah oleh keringat dan itu tidak membuat ketampanan mereka berdua pudar. Malah semakin bertambah yang ada. Untung nya mereka membawa baju ganti.

"Nal, lo haus kaga?" tanya Rio. Aznal hanya menganggukan kepalanya.

"Beli minum kuy! Minum gue abis suer, lo juga, kan?" Aznal kembali menggangguk.

"Yaudah ayo ke kantin. Gila! Udah lama juga kita kaga ngantin. Kangen euy!"

Aznal tidak menjawab. Ia memilih meninggalkan Rio yang banyak bicara itu. Membuat Rio mendengus. "Yee si gembel!" makinya. Omongan yang sangat jauh dari aslinya.

Jelas-jelas Aznal sudah mempunyai usaha kecil-kecilan yang kini kian menjadi besar.

Saat memasuki kelas satu SMA, Aznal sudah membuat cafe sendiri yang ia bangun dari nol hingga sekarang banyak diminati dikalangan remaja. Dibantu juga oleh Ayah nya sedikit-sedikit.

Saat menaiki kelas dua, ia ingin lebih mandiri lagi dengan membeli apartemen dengan uang hasil jerih payah nya. Hanya saja kadang ia menginap dirumah orang tua nya. Karena mereka kangen dengan anak lelaki nya. Aznal mempunyai satu adik perempuan yang berumur 8 bulan.

***
Aznal dan Rio sudah sampai dikantin dan mereka merasa kantin yang dari awal memang berisik, semakin berisik saat mereka berdua datang.

"Woah gila, gila! Udah lama banget gak ngantin! Fans gue ribut amat, ya."

Aznal berdecak. Ia berjalan mendahului Rio, membuat Rio yang sedang berkacak pinggang segera menyusul Aznal.

BYURRR!

PRANGG!

Aznal masih dengan tatapan tajam nya. Kini kian menajam saat melihat seorang gadis menumpahkan minuman berwarna pada seragam nya. Sudah tau, kan? Bahwa sedari pagi mood nya sedang jelek.

Rio hanya diam tetapi terlihat dari mimik wajah nya bahwa ia terkejut. "Mampus dah tu cewek!" batinya.

Perempuan didepan nya meringis karena tangan nya tergores pecahan gelas kaca. Gadis itu bangun dari jatuhnya dan menunduk sembari memilin jari-jarinya.

"M-maaf, a-aku gak sengaja," ucapnya sambil menunduk.

BRAKKK!

Mood nya yang sedang buruk, kini kian memburuk. "Maaf lo bilang?"

Gadis itu hanya menunduk tidak menjawab yang membuat Aznal semakin geram.

"Punya mulut dipake. Bisu lo?"

"Maaf, a-aku beneran gak sengaja, tadi keinjek tali sepatu jadinya jatoh," ujar gadis itu dengan nada bergetar.

Rio yang melihat itu merasa sedikit iba. "Udah, dia takut itu."

"Gue gak peduli," jawab Aznal acuh.

Tiba-tiba saja perempuan yang entah darimana datang dengan wajah panik.

"Tania! Lo gapapa? Astaga ini tangan nya berdarah bege! Ayo ke uks cepetan keburu infeksi," tanpa melihat Aznal. Temannya yang diketahui bernama Tania itu langsung menarik Tania.

Siapa perempuan itu? Aznal tidak kenal, tetapi Aznal merasa familiar dengan nya. Ia tersenyum smirk.

"Mau kemana, hm?"

Perempuan itu dan Tania menghentikan langkahnya. Gadis yang tidak ia ketahui namanya itu tampak memutar bola matanya malas.

"Ya gue mau nganterin dia lah! Gak liat apa tangan dia luka gin–" samar-samar, Aznal mengerutkan keningnya. Kenapa cewek itu tampak terkejut saat melihat dirinya?

Babunya Si Ketua Basket-!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang