📍 Jakarta, Indonesia
Senja telah datang, cahaya matahari keorangean memasuki rongga rongga gorden ruangan rafa. Rafa sudah ada kemajuan walau ia hanya bisa duduk tanpa sandaran.
Rafa memandangi bundanya yg sedang memijit pelan tangannya yg kebas. Sedangkan juna dan surya sedang bermain game serta Rafi yg jadi peramai suasana.
"Sayang masih ada yg sakit?" Tanya Reina sembari menatap mata anaknya itu.
Rafa menggeleng pelan. "Nggak ada bunda.."
"Hmm.. Baguslah.." Ucap Reina sembari tersenyum. "Bunda kekamar mandi dulu ya.."
Reina berdiri dan masuk kamar mandi. Ia mengantuk berat dan berniat mencuci wajahnya lagi. Lagi, Reina memandangi wajahnya di cermin yg mulai kehilangan berat badannya. Sembari memandangi wajahnya, tiba-tiba terlintas bayangan anak bungsu nya di cermin.
Reina melupakan yg amat penting, ia merasakan pusing mendadak. Di urutnya pelipis nya. "Maafkan bunda, Kai..." Lirih nya.
Reina keluar dari kamar mandi, ia langsung disambut oleh tatapan khawatir oleh ke empat anaknya.
"Bunda, baik baik aja kan?" Tanya juna yg berdiri paling dekat Reina.
"Bunda nggak lagi sakit kan?" Tanya Rafa tak kalah cemas.
Reina hanya menggelengkan kepalanya. Ia melirik jam dinding. Jam tujuh malam. Reina menghela nafas lelah.
"Surya, tolong ambilkan handphone bunda nak" Pinta Reina. Reina kembali duduk di kursi sebelah ranjang Rafa.
"Iya, bunda.." Ucap surya. Surya mengambil handphone bunda nya yg ada diatas meja.
Rafi mendekati bundanya dan berdiri di belakang bundanya. Rafi memijit pelan bahu Reina. Reina tersenyum senang. "Makasih ya sayang.." Ucap Reina sembari mendongak menatap wajah Rafi yg ikut tersenyum.
Rafi mencium pucuk kepala bundanya. "Iya sama sama bunda cantik.."
Surya memberikan handphone bundanya ke Reina. Reina menerimanya. "Makasih ya nak.."
Surya hanya mengangguk. Ia kembali duduk di samping juna.
Reina memandangi layar ponsel nya. Disana terdapat fotonya dan putra bungsunya yg sedang tersenyum.
"Bunda, lupa dengan adek kalian.." Ucap Reina sendiri."Maksudnya bunda?" Ucap Rafa dan Rafi serentak.
Reina menghembuskan nafas kasar. "Hari ini adek kalian menerima rapor kenaikan kelas dan biasanya bunda selalu menemaninya. Dia pasti menunggu nunggu bunda dari tadi.."
Sontak ke empat anak Reina tertegun mendengar penjelasan Reina. Bahkan surya telah duduk di kaki Rafa dan berhadapan dengan Reina. "Bunda, telfon aja adek sekarang.. Dia pasti sangat sedih bunda.." Ucap surya sembari menggenggam tangan Reina.
"Baiklah, semoga dia tidak mendiamkan bunda lagi.." Ucap Reina akhirnya.
"Memang Kai sering mendiamkan bunda?" Tanya juna yg sedari tadi memperhatikan Reina.
"Hmm.. Iya terkadang.. Dia sama sekali tak pernah marah namun ia hanya diam seribu bahasa tanpa sepatah katapun.. Kalau pun ia ngomong palingan hmm,ouuh,iya, dan tidak.. Hanya itu saja kosa kata nya.." Jelas Reina.
"Emang beda ya dari kita berempat, bunda.. Kami kalo lagi nggak suka ya ngomong atau terkadang baku hantam.." Ucap Rafi entah kesiapa.
Rafa menyentuh bahu bunda nya. "Bunda, coba aja telfon dulu.. Pasti diangkat sama adek tuh.."
"Iya bunda.." Seru surya semangat.
Reina menghela nafas pelan lalu memencet tombol panggilan di nomor anaknya itu. Terdengar suara deringan namun tak diangkat oleh pemiliknya.
Reina mencoba kembali menelfon anak bungsu nya itu dan kembali tersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISHLIST || Beomgyu ✔️
Fanfic"Bunda, Rafa sakit bunda... Bunda, boleh Rafa meminta sesuatu ke bunda untuk yg pertama dan terakhir?" Rintihan Rafa yg terdengar pilu oleh Reina. "Iya sayang, bunda ada disini.. Rafa,mau apa? Bilang aja ke bunda, hmm? " Ucap Reina menenangkan. "R...