Rafa dan Kai memasuki rumah mereka kembali. Kai menutup pintu. Ia mengikuti Rafa dari belakang. Tiba-tiba suasananya jadi canggung kembali. Kai sibuk dengan pikirannya sendiri hingga ia tidak mendengar Rafa memanggilnya.
"Adek? Kai?" Panggil Rafa.
"Eh iya kak?"
"Kenapa berdiri disana, dek.. Kesini dekat kakak" Panggil Rafa lemah lembut.
Ia tengah duduk di ruang keluarga. Ia menghidupkan TV yg menayangkan anime. Rafa tahu kai itu pecinta anime.Kai berjalan pelan dan duduk di samping Rafa. Ia juga ikut menonton walau sulit baginya untuk fokus.
Terjadi keheningan.
Rafa menghela nafas lelah. Ia melihat ke arah kai yg menatap lurus ke layar TV.
"Adek?" Panggil Rafa lagi.Kai segera menoleh ke Rafa yg memandanginya. "Apa kakak?"
Rafa menarik Kai lebih dekat dengannya. "Kai, jangan menjauh lagi ya.. Jangan anggap dirimu sendiri lagi.. Kakak semua sangat menyayangi mu.. Dari dulu kakak sangat merindukan mu hingga kakak sering sakit sakitan karena kakak sangat rindu padamu.. Adek nggak pernahkah sedikitpun merindukan kakak semua?" Ucap Rafa pelan. Ia kembali merasakan pusing namun ia tahan sebaik mungkin.
Kai terdiam, ia menatap mata Rafa yg memerah. "Kakak.. Maafin Kai.. Kai benar benar minta maaf sebesar-besarnya ke kakak.. Selama ini Kai kira, kakak semua membenci Kai karena Kai penghancur keluarga kalian.. Kai merasa kakak pasti nggak suka sama Kai karena kakak pasti berpikiran kalo Kai merebut bunda dari kakak.. Kai takut jika Kai lagi lagi hanya membawa sial bagi kalian.."
Rafa yg sudah menahan kesakitan mencoba meraih tangan Kai. Ia menggenggam tangan Kai dengan erat.
"Adek sayang, tidak pernah sedikitpun kami berpikir seperti itu.. Kami tak masalah bila bunda dekat ama Kai karena kai juga masih kecil.. Sebaliknya, kami semua selalu mengkhawatirkan adek ketika adek sendiri di negri orang lain tanpa ada tempat mengadu dan tanpa ada yg melindungi adek.. Kami selalu merasa takut jika terjadi sesuatu sedangkan disana tak ada yg bisa menolong adek.. Adek, jangan berpikiran seperti itu lagi ya.." Ucap Rafa terputus putus. Air matanya telah mengalir membasahi pipinya.Kai juga ikut menangis. "Maafin Kai kak.. Kai bakal jadi adek yg baik buat kakak kakak semua.."
Rafa membelai rambut kai. "Iya.. Jadi dirimu saja itu sudah cukup."
Kai melihat tangan kanan Rafa memar biru. Ia mengambil tangan Rafa. "Kak, tadi pagi tangan kakak nggak ada memar.. Sekarang kok bisa ada kak?" Tanya Kai khawatir.
Rafa pun melihat tangan kanannya dan memang terlihat lah memar biru di pergelangan tangannya. "Iya, kakak juga baru tahu.. Tapi ini bakal hilang cepat kok.."
Kai memeluk Rafa segera. "Kak, berjanjilah kakak bakal sehat ya.." Rengek Kai yg terdengar memilukan hati Rafa.
"Iya, adek kakak sayang.." Jawab Rafa. Ia menjauhkan tubuhnya dari Kai. Rafa terkekeh geli melihat air mata Kai yg deras serta ingusnya yg telah keluar. "Adek ingusnya berlepotan.. Tunggu disini, kakak ambil tissue.."
Kai menghapus air matanya pake lengan bajunya. Lagi lagi Rafa tersenyum. "Adek nih emang masih bocil.. Kotor kalo kayak gitu dek.. Biar kakak ambil tisu.. Jangan dilap lagi.."
Rafa dengan sekuat tenaga berdiri. Baru selangkah ia berjalan, rafa merasa dunianya kabur. Lalu ia merasakan sesuatu yg menetes di hidungnya. Rafa menyentuh hidungnya dan ia melihat darah segar di tangannya.
"Kak?" Panggil Kai yg melihat punggung rafa yg mematung. Kai segera berdiri menghampiri rafa. Dan hitungan detik rafa jatuh ke arah Kai. Kai yg tak siap dengan beban badan rafa ikut terjatuh. Kai terkejut melihat wajah rafa yg pucat pasi dan hidungnya berdarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WISHLIST || Beomgyu ✔️
Fanfic"Bunda, Rafa sakit bunda... Bunda, boleh Rafa meminta sesuatu ke bunda untuk yg pertama dan terakhir?" Rintihan Rafa yg terdengar pilu oleh Reina. "Iya sayang, bunda ada disini.. Rafa,mau apa? Bilang aja ke bunda, hmm? " Ucap Reina menenangkan. "R...