Kai menghampiri Rafa yg duduk bersender di kepala ranjangnya. Kai memerhatikan dokter yg memasang slang di tangan kanan Rafa. Kai sendiri takut melihat proses transfusi darah Rafa, lalu Kai melirik Rafa yg menahan sakit. Kai menggenggam tangan kiri Rafa.
"Kak?" Panggil Kai dengan suara bergetar.
Rafa tersenyum paksa. Ia membuka matanya lalu menatap wajah Kai yg mencemaskan nya.
Kai mempererat genggaman tangannya.
"Dokter, tolong pelan pelan.. Kakak saya kesakitan" Ucap Kai ke dokter yg sedang berkerja.Raysa tersenyum simpul. "Iya sayang.. Nih udah pelan pelan.. Sakitnya hanya sebentar.."
Kai kembali melihat Rafa yg menutup matanya. "Kak? Sakit banget ya?" Tanya Kai khawatir.
"Iya, dek.. Kakak baik baik aja.." Jawab Rafa pelan.
Kai mengusap usap tangan Rafa menyalurkan rasa aman ke Rafa. Kai menangis melihat keadaan Rafa yg lemah tak berdaya. "Kakak baik baik aja kan, buk dokter?" Tanya Kai sembari berurai air mata.
Raysa hanya tersenyum. Tanpa menjawab apapun. Ia masih memperhatikan semua alat vital Rafa.
Tidak ada jawaban dari dokter raysa, Kai kembali melihat Rafa. Kai mengelap keringat di dahi Rafa. "Kakak? Kak.. Kai nggak kuat ngeliat kakak kayak gini.." Rengek kai. Ia sudah sangat tidak tega melihat Rafa. Hati kecilnya tercabik.
Rafa membuka matanya perlahan, lalu melepaskan tangannya dari tangan Kai yg menggenggam tangannya tadi. Rafa mengelus rambut Kai yg sedang duduk di sampingnya. "Maaf ya kamu jadi melihat kakak kayak gini.."
Kai segera menggeleng. "Tidak, ini bukan salah kakak.." Ucap Kai lagi. Air matanya masih menetes.
Kai mengambil tangan Rafa dan mengeluskan pipi nya ke tangan Rafa.
Raysa yg melihat interaksi adek kakak itu tersenyum simpul. Satu jam telah berlalu dan sekantong darah telah masuk ke tubuh Rafa. Raysa kembali mencopot selang tadi dan tak lupa memberi perban ditangan Rafa.
Kai bernafas lega karena yg ia lihat tadi sudah seperti neraka baginya. Kai hendak melepaskan tangan Rafa dari tangannya karena sudah lebih dari sejam mereka berpegangan tangan.
Rafa yg menutup matanya tersentak ketika Kai melepaskan tangannya. Rafa membuka matanya lagi. "Kai, jangan lepaskan tangan kakak.." Pinta Rafa dengan suaranya yg bergetar.
Kai menoleh ke kakaknya lagi. Ia kembali menggenggam tangan Rafa. "Iya kak.. Nggak bakal Kai lepasin.. Kakak istirahat aja ya.." Ucap Kai lagi.
"Baiklah, Rafa kamu dah boleh pulang sebentar lagi.. Nanti akan saya bawa obatnya untuk kamu minum dirumah ya.." Kata raysa.
Rafa membuka matanya lalu tersenyum. "Iya, terimakasih buk dokter.."
Raysa juga ikut tersenyum lalu ia melihat anak berambut pirang itu mengelus elus punggung tangan Rafa. "Nak, nama kamu siapa? Kamu sayang banget ya sama kakaknya.."
Kai lagi lagi tersentak kaget. " Eeeh? Iya, dokter.. Nama saya kai."
"Baiklah, Kai.. Saya tinggal ya.." Pamit raysa. Raysa keluar lagi dan menutup pintu pelan.
Tak butuh waktu lama, kakak kakak Kai masuk kembali.
Rafi berjalan cepat dan menghampiri Rafa yg bersenderan di kepala ranjang. "Bagaimana kak? Lu baik baik aja kan? Ada yg sakit?" Tanya Rafi cemas.
"Iya, gua baik baik aja fi.."
Lalu muculah juna dan surya. Juna salah fokus dengan tangan Kai dan tangan Rafa yg saling menggenggam. Ia tersenyum senang. "Rafa, kata dokter raysa lu dah boleh pulang.."
KAMU SEDANG MEMBACA
WISHLIST || Beomgyu ✔️
Fanfic"Bunda, Rafa sakit bunda... Bunda, boleh Rafa meminta sesuatu ke bunda untuk yg pertama dan terakhir?" Rintihan Rafa yg terdengar pilu oleh Reina. "Iya sayang, bunda ada disini.. Rafa,mau apa? Bilang aja ke bunda, hmm? " Ucap Reina menenangkan. "R...