「𝓿┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟎𝟒┆𝒎𝒓. 𝒑𝒆𝒓𝒇𝒆𝒄𝒕𝒍𝒚 𝒇𝒊𝒏𝒆」

210 23 1
                                    

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

𝒖𝒏𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒏𝒈

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

Melihat Tetsurou yang baik - baik saja, entah mengapa membuat [Name] merasa kesal sendiri. Sepanjang perjalanan pulangnya bersama Yaku, [Name] bahkan tak bersuara sama sekali. Dan sekali lagi itu membuat Yaku khawatir. [Name] dan Yaku di jemput oleh kedua orang tua Yaku menggunakan mobil, dan mereka mengantarkan [Name] ke rumahnya.

Setelah berterima kasih kepada kedua orang tua Yaku dan Yaku sendiri, [Name] pun langsung memasuki rumahnya yang sepi. keluarganya hanya terdiri dari ia, kakak laki - lakinya dan kedua orang tuanya. Ketika siang hari, mereka semua pergi bekerja dan meninggalkan sendiri di rumah. Sesekali Yaku atau Hikaru akan mampir, tetapi sisanya kebanyakan ia berada sendiri di rumah. 

[Name] berdiri di tengah tengah ruang tamunya. Merasakan atmosfer kosong memenuhi udaranya. Ia sendiri di rumah tetapi mengapa dadanya begitu sesak. Untuk pertama kalinya ia merasakan keheningan yang se berisik ini. 

Dilanda rasa sedih tak terbendung. Bibir [Name] melengkung ke bawah, matanya mulai berkaca - kaca dan tas punggung sekolahnya yang ia genggam terjatuh ke lantai, bersamaan dengan tubuh mungil sang pemilik. 

Akhirnya air mata [Name] terjatuh. Setelah selama seminggu membohongi diri dan terus mengatakan bahwa ia baik - baik saja. Tetapi semua pertahanan dirinya hancur seketika, melihat sosok mantan kekasih yang baik - baik saja tanpa kehadirannya, tak seperti dirinya yang mati - mati an mengumpulkan seluruh kekuatannya hanya untuk bangkit di setiap paginya. 

Rasa sakit di hatinya mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Ia memeluk kedua lututnya kemudian menyembunyikan wajahnya. Air dari kedua maniknya keluar begitu deras, bahkan [Name] pun tak mengerti mengapa dirinya menjadi seperti ini.

Setelah setengah jam berlalu, [Name] mulai merasakan hawa dingin merasuki tubuhnya. Sekujur tubuhnya lemas, seolah ia bisa jatuh kapan saja ketika bangkit. Tetapi dengan tenaga yang tersisa, [Name] membawa diri tubuhnya menuju kamar miliknya. Merebahkan diri, melanjutkan tangis yang sempat tertunda.

Walau perutnya terasa perih, tetapi ia tak memiliki niatan untuk bangkit dari kasur. Hingga akhirnya ia merasakan kedua matanya berat dan [Name] mulai terlelap.

"[Name]?" Sebuah suara manis memasuki gendang telinganya. Tubuh [Name] di goncang pelang oleh tangan mungil yang terasa familar baginya. Perlahan, mata [Name] terbuka. menampilkan sosok sang ibu yang terduduk di pinggir kasurnya dengan masih menggunakan seragam kerjanya. 

Ibu [Name] terkejut melihat kedua mata sang putri yang tampak membesar, seperti seseorang yang habis menangis seharian. Ia mulai bertanya kepada [Name] apa yang terjadi dengannya? Sejak kakinya menginjakkan rumah, Ibu [Name] merasa sedikit janggal. Karena seisi rumah tampak gelap gulita seperti tak ada penghuninya. Padahal, biasanya [Name] selalu menyalakan seluruh penjuru lampu di rumah. Hanya satu lampu yang menyala hari ini, yaitu di kamar sang gadis.

Entah [Name] yang sensitif, tetapi mendengar ibunya bertanya ada apa dengannya membuat [Name] kembali emosional. Air matanya kembali mengalir tanpa sadar, dan membuat sang ibu bingung sekaligus khawatir. [Name] memeluk tubuh sang ibu dan secara spontan sang ibu pun membalas pelukan putrinya tanpa mengerti tentang apa yang terjadi.

Ibu [Name] mulai mengusap pundak [Name], dengan harapan bisa menenangkan sang putri. Setelah dirasa [Name] sudah tenang, ibu [Name] kembali bertanya tentang apa yang terjadi kepada [Name].

[Name] dengan suara seraknya kemudian pasrah dan menceritakan tentang apa yang terjadi. Mulai dari ia yang sudah tak lagi menjalin kasih dengan Tetsurou, hingga ia yang kembali bertatap muka dengan Tetsurou setelah satu minggu mereka mengakhiri hubungan mereka.

Tak banyak yang bisa sang ibu berikan untuk putrinya, ia hanya bisa menatap iba ke arah [Name] . Sang ibu kemudian menawarkan untuk memasak makanan kesukaan sang putri tetapi [Name] menolak dan hanya ingin tidur saat ini. Tak memaksa, Ibu [Name] menyuruh putrinya untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum melanjutkan tidurnya.

Keesokan harinya, penampilan [Name] dengan mata yang sembab berhasil mengejutkan Hikaru. Tetapi Hikaru masih belum berani bertanya tentang apa yang bertanya tentang apa yang terjadi kepada [Name], karena takut menyinggung hati kecil sang sahabat. Di sisi lain, Hikaru merasa lega akhirnya [Name] menumpahkan emosinya setelah seminggu berusaha tegar.

Hari itu, Hikaru berusaha sekuat tenaga agar tak menyinggung hati kecil [Name] dan pura - pura tak menyadari perubahan pada kedua kelopak mata [Name].

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

【 2 Desember 2022 】

【 unlasting 】 ;ft kuroo tetsurou.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang