PARK JISUNG

128 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim semoga suka sama ceritaku.

Sebelum baca, mari vote dulu untuk dukung aku dan ceritaku ini supaya makin semangat buat ceritanya. Terimakasih.

•••••

Happy reading sijeuni!!!

—————

"Kak--"

"Nggak, Sung. Gue gak mau putus." ucapku memotong perkataannya.

Beberapa menit yang lalu, setelah sholat jum'at, Jisung menghampir kelasku. Jisung menarik lenganku dengan pelan, ia membawaku ke samping mushola sekolah kami.

"Jisung, kenapa narik aku? Padahal tadi aku mau kasih kamu nas--"

"Kak, aku mau putus."

"--si... Maksud kamu?!"

Jisung mundur selangkah, ia menatapku dalam. "Kak, temen-temen kakak bener semua. Aku lebih muda dari kamu, dan kita gak cocok," ucapnya lagi mencoba menjelaskan supaya aku mengerti.

Namun, bukannya mengerti, aku malah menggelengkan kepalaku tak percaya. Kenapa Jisung bisa mengucapkan kata seperti itu. Dia tidak tahu saja, bahwa perkataannya menyakiti diriku.

"Jisung, kamu--"

Ucapan ku terhenti ketika Jisung memelukku tiba-tiba.

"Maaf, dan makasih buat semuanya. Aku sayang kamu." Jisung berbisik tepat di telingaku.

Tahan, aku tidak boleh goyah. Jangan menangis.

Setelah itu dia melepaskan pelukannya, ia tersenyum sebelum meninggalkanku sendiri disana.

Kembali lagi pada pembicaraan kami di taman.

"Kak, tapi--" aku menghentikan ucapannya dengan memegang kedua lengan Jisung.

"Jisung, dengerin aku. Jangan pernah dengerin orang lain tentang hubungan kita ini. Umur gak masalah kok, mereka aja yang iri sama kita. Mereka gak bisa kayak kita." ucapku seraya menatap wajahnya yang mulai mendung.

Aku tersenyum, lalu kemudian tanganku menggenggam tangannya. Ku elus punggung tangannya yang selalu hangat saat digenggam.

"Jisung, kamu beneran mau putus sama aku?" tanyaku sedih.

Bagaimana tidak sedih? Hubunganku dengan Jisung sudah setengah tahun berjalan, tapi tiba-tiba Jisung mengatakan kata dihari jum'at lalu. Itu benar-benar membuatku sakit hati.

Aku menunduk, perlahan melepaskan genggamanku di kedua tangannya.

Jisung masih bergeming, padahal aku tidak tahu kalau Jisung sudah menangis. "Kak," panggilnya, aku kemudian mendongak.

Terkejut, melihat Jisung yang hidungnya sudah memerah. "Jisung, jangan nangis," aku mengusap air matanya yang sialnya tidak berhenti mengalir. Ia semakin terisak tanpa suara.

Jisung segera menarik ku ke dalam pelukannya. Jisung memelukku dengan erat.

"Maaf. Aku tarik ucapan ku waktu itu. Nggak. Aku nggak mau putus sama kamu. Nggak mau..." gumam Jisung saat aku mengusap bahunya yang bergetar.

Aku mengangguk, "Iya, Jisung, iya. Jangan bilang putus lagi. Aku udah sayang banget sama kamu. Maafin aku kalo aku bikin kamu--"

Jisung melepaskan pelukannya, kemudian mencium bibirku sekilas. Itu membuatku diam mendadak tak berkutik.

IMAGINE | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang