Aku update!!!
Selamat membaca!
Aku menggigit kuku jariku dengan gugup. Kebiasaan buruk ku ketika menunggu sesuatu yang lama.
Aku kembali mengecek ponselku menatap layar roomchat ku yang sudah dibalas semenjak dua puluh tiga menit yang lalu. Tapi si pengirim masih belum ada tanda-tanda akan datang ke kafe--yang kebetulan punya kakak sepupuku.
"Gimana, Dek, udah dateng?" tanya Mas Minseok.
Aku menggeleng. "Belum, Mas. Dia juga bilang katanya udah otw," jawabku seraya menunjukkan roomchat kami.
Mas Minseok menepuk bahu ku pelan, kemudian mengelus suraiku dengan sayang. "Gapapa. Mungkin macet, jadi tunggu aja sebentar lagi. Oke, cantik?" aku menatap Mas Minseok yang tersenyum seraya mengangguk sekali untuk meyakinkan ku.
Akhirnya aku ikut mengangguk dan membalas senyumannya yang menenangkan itu.
Beberapa menit setelah obrolan singkat antara aku dan kakak sepupuku, akhirnya oknum yang ku tunggu-tunggu datang juga.
Aku menatap tajam dirinya yang hanya menyengir sembari menggaruk tengkuknya canggung.
Aku mendengus, memukul pelan bahunya. "Ngapain dulu sih, Yang? Lama banget anjir! Udah hampir setengah jam gue nungguin lo!" omelku pada lelaki yang sudah duduk manis di hadapanku.
Yangyang menatapku melas. "Dhea, sorry. Gue hampir lupa sama janji kita. Tadi gue keasyikan main sama adeknya Lia," ucapnya dengan nada sesal.
Tapi tunggu--
Dia menyebut nama siapa? Lia?
Astaga aku merutuki diriku. Bisa-bisa nya aku lupa, bahwa Yangyang ini menyukai Lia--tetangga samping rumahnya.
Aku mendengus pelan, lalu mengangguk memaklumi keadaannya. "Iya. Gapapa. Lain kali kalo udah buat janji sama gue, jangan suka telat. Hampir aja gue balik pulang, kalo gak inget ini kafe punya Mas Minseok!" ucapku ketus.
Yangyang kemudian mengambil tanganku. "Dhe, serius, gue minta maaf. Lain kali gak akan gitu--"
Aku menyentak tanganku dari genggamannya. "'Lain kali gak akan gitu', tai! Gue benci ah, Yang. Udah berapa kali lo dateng dengan alasan yang sama? 'Hampir lupa' lah, 'gegara keasyikan main sama Lia' lah, ini lah, itu lah. Malesin banget lo!" dengusku lalu bangkit meninggalkan dirinya menuju dapur.
Yangyang ikut bangun dari duduknya. "Lo cemburu?"
Aku menghentikan langkahku. Yangyang berada di belakangku, berdiri sembari mengambil tanganku untuk digenggam.
Tapi aku kembali menepis tangannya dan melanjutkan langkahku meninggalkan Yangyang.
Namun Yangyang tetaplah Yangyang. Dia mengekori diriku menuju dapur yang sudah ada Jaemin--si pembuat kopi handalan Mas Minseok.
Jaemin menatap kami datar. Mungkin dirinya sudah terbiasa dengan drama yang kami buat ini.
"Kenapa lagi?" tanya Jaemin.
Aku hanya mengangkat bahu ku acuh, kemudian beralih mengambil dua gelas untuk ku isi dengan teh lemon yang kebetulan sudah tersedia didalam teko beling transparan.
Jaemin beralih menatap Yangyang menunggu jawaban. Yangyang menatap balik Jaemin, menatapnya dengan bingung.
"Apaan?" tanya Yangyang bingung.
Jaemin berdecak, "Gak jadi. Lo buta!" balas Jaemin ketus.
Hampir saja aku menyemburkan teh lemon yang sedang ku minum karena menahan tawa. Yangyang hanya menatap Jaemin dengan alis yang mengerut semakin bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE | NCT
FanfictionBecause we both like to imagine :) • Start; 25 Oktober 2022