SEO JOHNNY

263 12 0
                                        

Bismillahirrahmanirrahim semoga suka sama ceritaku.

Sebelum baca, mari vote dulu untuk dukung aku dan ceritaku ini supaya makin semangat buat ceritanya. Terimakasih.

•••••

Happy reading sijeuni!!!

—————

Aku berdecak malas saat mendengar pintu utama diketuk-ketuk oleh seseorang dengan brutal.

"Assalamualaikum!"

"WAALAIKUMSALAM. SEBENTAR!" ucapku membalas ucapannya dibalik pintu.

Klek

Saat aku menatap seseorang ini yang tak lain adalah Johnny, pria ini hanya memberi cengiran khasnya.

"Pagi, cantik." sapa Johnny.

Jangan menggombal di weekend pagi ini, Johnny.

"Hm." jawabku jutek.

Johnny mencolek dagu ku menggoda. "Ey, jutek banget, neng. Btw, gue gak disuruh masuk nih?" tawar Johnny yang sebenarnya malas ku ladeni.

"Ibu gue lagi pergi! Udah sana ih, ganggu tidur nyenyak gue aja deh!" usirku sedikit mendorong dadanya.

Johnny memegang kedua lenganku, dia kecup pelan disana membuat mataku membulat sempurna.

"DIH ANJIR, TIBA-TIBA BANGET LO CIUM TANGAN GUE! GUE BELUM MANDI, JOHNNY!" seruku sambil melepas paksa genggaman Johnny.

Johnny tertawa membuatku geram, "Cieee, baper ya, lo?" Johnny mengejekku sebab wajahku yang memerah karena aksinya yang tiba-tiba barusan.

"Lagian, gue kesini tuh mau ajak lo ke depan, Yang. Masih pagi, anak perawan belum bangun! Gak baik buat calon anak-anak gue nantinya," lanjut Johnny.

Johnny, bisa tidak sih kalau bicara disaring dulu?! Gak baik buat hatiku tau!

Aku meliriknya sinis, "Dih, siapa juga yang mau jadi istri lo!"

Johnny kembali tergelak. Ia mengacak suraiku yang sudah kuikat secara asal. "Pede banget sih, si kecil satu ini."

Sial, wajahku kembali memerah. Aku menunduk karena menahan malu.

Kebiasaan diriku, terlalu mudah dimasukkan kata-kata orang lain. Termasuk kata-kata manis yang selalu Johnny berikan padaku. Dan pada akhirnya—

"Gue cuma bercanda kok. Tapi serius sama ucapan gue sebelumnya."

—selalu membuatku kembali terbang tinggi.

"Yaudah! Jadi, nggak, perginya?!"

Tanpa sadar, aku sedikit menekan suaraku. Johnny tersenyum jenaka, "Santai dong bicaranya. Iya, mandi sana, bau acem lo!" canda Johnny membuatku mendengus.

"Masuk. Pintunya jangan ditutup," peringatku sembari membuka lebar pintu utama.

"Kalo gue tutup, emang mau ngapain?" aku menatap wajah Johnny yang menatapku mengejek.

"Bisa-bisa digrebek lah bege sama tetangga!" jawabku ngegas. Lalu kembali berjalan kearah kamarku.

—Seo Johnny—

"Mau beli apa nih?" tanya Johnny padaku yang berjalan sembari melingkari tangannya.

Pagi ini, keadaan depan komplek cukup ramai. Sebab, selain banyaknya yang berjualan berbagai macam makanan pasar, ada juga ibu-ibu yang membawa anak-anak mereka ke taman yang memang dekat jaraknya.

IMAGINE | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang