Hai aku update setela work sebelah, supaya adil aja wkwkwk
Selamat membaca guys!!!!
Aku menatap pria di hadapanku dengan tatapan tak enak.
Pasalnya, pria yang menyandang sebagai kekasihku ini sedaritadi menyuruhku untuk membeli apapun yang aku inginkan.
Itu adalah sebuah masalah bagiku.
"Le, udah, ya? Ini udah lebih dari cukup." ucapku dengan tatapan melas.
Le, atau Chenle ini menggeleng kepalanya tanda tidak setuju dengan ucapan ku. Kemudian ia kembali mengapit telapak tanganku yang semula ku lepas untuk mengucapkan kalimat barusan.
"No. Ini masih kur--"
"Le... Kali ini aja. Please?" aku memotong ucapannya yang ingin menarik ku menuju toko sepatu yang ku incar sejak sebulan lalu.
Terlihat Chenle menghembuskan napasnya pelan. Kemudian ia mengangguk membuatku lega.
"Tapi. Ada tapi nya, yang!" ujarnya membuat kami kembali menghentikan jalan.
Aku hanya menatapnya dengan tatapan tanda tanya. "Terakhir. Kita beli sepatu yang kamu incar dari sebulan lalu. Oke? Terakhir, serius!" ucap Chenle dibarengi oleh kedua jarinya menunjuk peace padaku.
Aku tersenyum gemas. Lalu mengangguk mengiyakan ajakannya. Dan akhirnya kami berdua masuk ke toko sepatu untuk mencari apa yang ku butuhkan.
Tujuh menit berlalu setelah acara pilih sepatu, kini kami sudah selesai berbelanja. Dengan delapan tas belanja yang dibawa oleh bodyguard khusus suruhan ayah Chenle di belakang kami.
—Zhong Chenle—
"Khana, udah ibu bilang. Jangan suka minta ini-itu ke Chenle. Ibu jadi mikir yang enggak-enggak kalo seandainya kamu putus sama Chenle, sayang." ujar ibu Khana dengan tatapan sendu padanya.
Khana menunduk, "maaf, bu, aku udah berusaha nolak, tapi Chenle maksa buat belanja apapun yang aku mau. Aku gak mau apa-apa, cuma pengen Chenle ngerti sama keadaanku saat ini. Itu udah lebih dari cukup, bu. Maafin Khana." ucapnya diiringi tangisan tanpa suara.
"Khana, nangisnya pake suara yaaa, jangan di biasain. Nanti sesak, sayang." ibu ikut menangis, dia memeluk Khana membuat suara tangisnya terdengar pelan di telinga ibu.
"Maaf, bu. Maaf,"
Ibu mengangguk "nggak apa-apa, sayang. Kamu punya ibu." ibu mengusap lembut bahu Khana yang bergetar hebat.
Dibalik semua itu ada sosok Chenle yang niatnya ingin mengunjungi rumah sang kekasih. Namun ia mendengar suara obrolan dan tangisan wanita didalam sana membuatnya urung. Menatap sendu bingkisan yang dibawanya.
Setelah berpikir sesaat, ia mulai mengetuk pelan pintu rumah yang terlihat sangat sederhana, tak lupa dengan ucapan salam. Sontak membuat Khana dan ibunya menatap pintu bersamaan.
"Mungkin itu Chenle. Cuci muka dulu sana, biar ibu yang buka." aku menurut, kemudian meninggalkan ibuku menuju pintu utama.
Klek
Chenle mencium punggung tangan ibu Khana. "Maaf, saya datengnya gak tepat waktu, bu." ucap Chenle membuat ibu sempat menahan napas.
"Maaf, nak. Kamu pasti denger semuanya, ya?" tanya ibu dengan kikuk.
Chenle mengangguk pelan. "Iya, bu. Muka ibu juga merah, ibu cuci muka aja. Gak apa-apa ninggalin saya sendiri disini." Chenle kemudian mendudukkan dirinya di sofa yang memang tersedia hanya tiga, itupun tanpa meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE | NCT
Fiksi PenggemarBecause we both like to imagine :) • Start; 25 Oktober 2022