Bismillahirrahmanirrahim semoga suka sama ceritaku.
Sebelum baca, mari vote dulu untuk dukung aku dan ceritaku ini supaya makin semangat buat ceritanya. Terimakasih.
•••••
Happy reading sijeuni!!!
-----
"Masuk--DENGER NGGAK SIH?!"
Aku terkejut kala Renjun berteriak frustasi saat diriku enggan menuruti perintah nya.
Aku cengengesan dihadapannya sembari membawa boneka Shizuka milikku. "Hehehe, gak mau, Jun." ucapku sembari kembali duduk di sofa ruang keluarga rumahku.
"Mikhayla."
Satu kata yang diucapkan oleh Renjun, sukses membuatku bergidik ngeri. Aku kembali berdiri, namun tak mulai berjalan mengikuti langkahnya yang mulai menaiki tangga satu persatu.
Saat tangga ke lima, Renjun mulai menoleh ke belakang. Tepatnya ke arahku yang masih mematung dihadapan televisi yang menampilkan kartun favoritku. Doraemon.
Renjun mengepalkan kedua tangannya, ia mulai meninju udara beberapa kali. Kemudian kembali menuruni anakan tangga menuju ke tempat aku berdiri.
Aku terkejut sekaligus meringis saat tangannya menarik lenganku, ia memegangnya terlalu kencang hingga menimbulkan merah disekitar lenganku.
Aku semakin meringis, mataku berkaca-kaca.
Kenapa Renjun selalu tidak bisa mengontrol emosinya padaku?
Apa aku setidakmenurut itu?
Saat sampai didalam kamarku, Renjun segera mendudukkan diriku di pinggiran ranjang. Aku hendak berdiri, namun Renjun menahan kedua bahuku dan menatapku tajam.
"Diem."
Kembali dengan satu kalimat lazimnya ketika aku sedang menangis.
"Kamu jahat, Jun. Tanganku sakit," ujarku pelan berusaha mengasihani diriku sendiri.
Terdengar Renjun berdecak keras, membuatku kembali bungkam dan hanya menunduk saja.
"Makanya, kalo gue suruh tuh nurut, bukan ngebantah, Mikhayla! Lo udah sering ngebantah ucapan ayah lo, jangan pernah sekalipun ngebantah ucapan gue! Karena gue akan setega itu dibanding ayah lo yang selalu maklumin diri lo!"
Renjun berujar panjang lebar membuatku diam-diam merasakan sakit hati.
Semanja itukah aku?
Sesering itukah aku membantah?
Renjun, kamu kali ini benar-benar keterlaluan.
"Aku benci kamu, Renjun."
"Bagus."
Aku mendongak menatap langsung mata sipit nya yang tajam. Kenapa dia bilang begitu ketika aku mengucapkan kata benci untuknya?
"Bagus lo benci gue. Biar gue makin sadar diri aja." lanjutnya, ia mulai menyibukkan dirinya memasukkan buku tulisku untuk besok.
Aku masih tidak mengerti. Apa maksud yang dia ucapkan itu?
Renjun kemudian berjongkok dihadapan ku, dia menatap tepat di mataku. Mengambil alih boneka Shizuka yang masih ku genggam sedari dibawah tadi.
"Renjun--"
Renjun menatap mataku dalam, dia mengusap tanganku.
"Karena gue suka sama lo, Mikhayla."
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINE | NCT
FanfictionBecause we both like to imagine :) • Start; 25 Oktober 2022