Bab 8 'Apakah jatuh cinta itu menyakitkan?'

34 30 22
                                    

Selamat membaca 1179 kata dari 'Semesta Yang Tak Mau Mengalah.'

                         ___________

BAB 8 'Apakah jatuh cinta itu menyakitkan?'

                         ____________

"SARAH!"

Seru Ana begitu seorang gadis yang seumuran dengannya berdiri di depan rumahnya dengan kedua koper di sisi tangannya. Gadis bernama Sarah itu tersenyum pada Ana.

"Ana!"

Ana yang di depan pintu pun langsung menghampiri Sarah dan langsung memeluk erat teman yang sudah lama tak ia temui.

"Eeungg~ Ana gue kangen!"

"Aku juga kangen!" balas Ana seraya mempererat pelukan pada sahabatnya itu.

Setelah cukup untuk menyalurkan kerinduan. Keduanya melepaskan pelukannya.

"Eh gimana sama keluarga kamu Sar?" Tanya Ana.

"Ya-gak gimana-gimana sih. Eh duduk dulu yuk! Aku tamu kok gak diajak masuk." canda Sarah.

"Eh iya lupa, yuk masuk."

Keduanya memasuki rumah Ana, dengan Ana yang membawa satu koper milik Sarah.

"Berat banget kopernya, apa sih isinya." tanya Ana kepo.

"Isinya bom, hadiah buat lo."

Ana melirik tajam pada Sarah, "gak berubah ya sikap kamu."

"Eh- emang kenapa ya dengan gue??"

"Heh, heh! Kenapa ribut kalian?" dari bilik kamar tengah, Arnav muncul dengan wujud yang seperti hantu genderuwo. Rambut yang sedikit panjangnya berantakan dan terangkat ke atas, serta hanya memakai kolor hitam dan membiarkan dadanya terekspos.

"Kak Arnav!" panggil Sarah kemudian berlari menghampiri Arnav yang setengah mengantuk itu, lalu memeluknya erat.

"Kak, Sarah kangen!" ucapnya ketika dia berhasil memeluk erat kakak dari Ana itu.

"Eh, ketek gue bauuu!" ujar Arnav membuat Sarah dan Ana tertawa.

"Lagian siapa suruh baru bangun." celetuk Ana membawa kedua koper itu ke kamarnya.

"Bau-bau gini kakak penyayang loh!" bela Sarah pada Arnav yang kini menyengir sapi.

"Kalian mau sampe kapan peluk-pelukan gitu?" Ana datang dari bilik kamarnya sembari bersedekap dada.

"Yaelah dek, lo cemburu??" goda Arnav yang kini melepaskan pelukannya pada Sarah.

"Dih, aku mau ngajak Sarah ke kamar, terus ngajak jalan-jalan, terus emm..., apalagi ya...?"

Pluk!

Sarah melempar sebuah benda pada Ana, hingga mengenai kepalanya.

"Hizt! Apa sih!'' kesal Ana.

"Ikat rambut?" bingung Ana ketika melihat ikat rambut berwarna biru yang dilempar Sarah.

Ana menatap benda itu lamat-lamat, sembari memperhatikan kedua manusia yang tadi berpelukan kini berada di sofa sambil mengobrol.

"Eh, ini pita aku dulu!" Ingat! Ana ingat betul! Ini ikat rambutnya yang dulu saat ia masih berada di dalam panti.

"Udah inget lo?" tanya Sarah dari seberang.

"Udah dong, tapi ngomong-ngomong kenapa kamu nyimpen ini?" Ana berjalan mendekat ke arah sofa, kemudian duduk di sana.

"Ini barang satu-satunya tentang lo, jadi gue simpen." ujar Sarah.

Semesta yang Tak Mau MengalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang