Bab 6 Terjebak bersamanya

75 57 148
                                    

"Beli jajanan di depan sekolah aja." ujar Ana.

"Jangan."

"Kenapa?"

"Gak higienis."

"Dasar orang kaya, gik higiinis lah? gak ini lah, gak itu lah." cerca Ana.

                                 ○●○

"Heumm~ enwak bwanget."

"Ciloknya keras ih!"

"Sambalnya pedeess! Huh"

Nevan hanya memandangi gadis di depannya yang dengan lahapnya memakan berbagai makanan di depannya.

Ada siomay, batagor, cilok, loklok, bahkan pentol pun ada. Itu semua di santap Ana dengan begitu lahapnya, membuat Nevan ngeri sendiri ketika melihatnya.

Ini orang apa manusia?

Eh?

Di depan sekolahan, tepatnya di emperan jalan, banyak pedagang yang menyajikan jualannya masing-masing. Nevan mencoba mengambil air minum botol untuk Ana. Namun dengan cepat gadis itu sudah mengambilnya lebih dulu. Dengan alasan kepedasan tentunya.

"Huh! Pedes."

Ana melirik Nevan, "Kamu gak mau? Pentol ini enak banget." ujar Ana.

Nevan terlihat menggeleng. "Makan aja."

"Ih serius! Ini enak banget, kamu harus nyoba. Nih aaa~" Ana menyuapkan satu sindik pada Nevan.

Nevan mau tak mau harus menyuap pentol yang Ana berikan.

"Enak, kan?" tanya Ana begitu Nevan mengunyah pentol yang ia berikan.

"Enak, tapi pedes." ujar Nevan mengambil air minum milik Ana.

"Ih! Ini punya Ana. Kamu beli lagi aja." Laki-laki itu baru saja mendekatkan bibirnya pada lubang botol, namun urung ketika Ana menahannya.

"Why?" tanya Nevan.

"Barangkali kamu jijik...."

"Jangankan botol, bibir lo aja gue mau."

"Ha?" tanya Ana karena Nevan berkata tidak begitu jelas.

"Gapapa, gue minum nih." Ana melihatnya, melihat betapa ganasnya cowok itu meminum semua air yang hanya tinggal setengah botol saja.

"Kenapa?" karena heran Ana terus menatapnya, sembari mengelap bekas sambal yang menempel di sudut bibirnya, Nevan bertanya.

"Engga, gapapa. Eh sebentar lagi hujan!" Ujar Ana ketika menatap ke atas langit yang sudah berubah yang tadinya berwarna terang menjadi gelap.

Tes tes.

Sepercik air yang turun dari langit mulai menetesi sepatu Ana dan Nevan. Kedua manusia itu saling pandang, "Buruan masuk!" titah Nevan menggandeng tangan Ana, dan menariknya untuk kembali masuk ke dalam sekolah.

"Hati-hati!" bentak Nevan pada satu siswa yang tak sengaja menyenggol Ana.

Setelah sampai di dalam sekolahan, keduanya bergegas mengecek seluruh seragamnya yang setengah basah.

"Yah..., basah." desah Ana.

"Pake sweater gue aja, di loker tapi." ujar Nevan berjalan mendahului Ana.

"Kenapa masih diam di situ? Sini!" titah cowok berambut setengah basah itu.

Ana berlari kecil menghampiri Nevan.

"Jalannya buruan!"

"Iya sabar, aku juga udah cepet. Kamunya aja yang kakinya lebar." dengus Ana kesal karena Nevan menyuruhnya berjalan menyeimbanginya.

Semesta yang Tak Mau MengalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang