Prolog

270 63 121
                                    


"Kak, kenapa kita tinggal di sini sih?" ujar gadis kecil pada kakaknya yang duduk di depan teras sebuah rumah besar berisi anak-anak yang dititipkan di sini. Sebut saja Panti Asuhan.

"Di sini menyenangkan, banyak teman-teman," jawab sang kakak.

Gadis kecil itu menggeleng pelan.
"Tapi aku pengen punya ibu kak."

"Itu ibu," tunjuk sang kakak pada seorang wanita yang tengah menemani beberapa anak lain bermain.

"Itu bukan ibu kita kak, aku pengen ibu yang asli...." ujar gadis kecil itu merengek.

"Sabar ya... kakak juga pengen."

                               

                                 ○●○

"Akh! sakit." keluh gadis 16 tahun di dalam kamarnya.

Tangan gadis itu mencari sesuatu di dalam laci meja riasnya.

Sebuah obat.

Dengan cepat remaja perempuan itu menelan beberapa obat tanpa air minum.

"Sakit Ya Tuhan...." ujarnya memegangi dadanya.

Gadis itu memilih duduk pada ujung ranjang. Tangannya setia memegangi beberapa obat yang belum ia letakan kembali.

"Obat sialan! harusnya aku gak minum kamu!"

"Hiks!" gadis itu melempar obatnya dengan menangis.

"Bukannya tambah sembuh malah tambah sakit!"

                             
                                  ○●○

Krekk

"Akh! sakit!"

Krrekk!

"Sakittt! hiks!" teriak gadis menjerit ketika kaki kirinya diinjak oleh satu gadis berambut pirang.

"Sini lo!"

PLAK!

Kepala Ana terhempas ke kiri, akibat tamparan keras dari beberapa gadis di depannya.

"Duduk di bawah!" perintah gadis berambut pirang.

Ana tak mau mengikuti perkataannya, tapi mau tidak mau, ia harus mau. Karena dirinya yang terlihat lemah di antara para gadis di depannya.

"Orang miskin gak boleh sekolah di sini!"

"Bener tuh! bawanya mana nasi uduk lagi."

"Hahaha!" tawa beberapa gadis dengan satu gadis yang ditujukan pada Ana.

Bugh

"Heh, bangun lo."

Ana mendongak, menatap salah satu perempuan yang tadi menendangnya.

"Lo jangan macem-macem bangs*t," perempuan itu mencekal rahang Ana keras, kemudian menghempasnya.

"Sekali lagi gue liat lo bareng sama Nevan, mati lo." ancam gadis berambut pirang itu.

Ana menatap mereka semua takut, dia hanya sendiri, dan mereka bertiga, ditambah lagi dengan para siswi lain yang ikut mendukung perbuatan ketiga gadis itu.

"Ya Tuhan... tolong Ana. Kaki Ana sakit semua....,"

                                ***

"Ibu... seperti apa ya, kira-kira wajah ibu?"

"Ayah... pasti ayah keren banget."

"Ana pengin ketemu kalian."

"Pengiiinn banget, sampai-sampai Ana hampir sekarat."

Klek.

Ana menutup buku diary miliknya.

"Untuk sekarang, Ana pengin banget lupain kalian,"

"Tapi gak bisa...,"

"Ana terlalu sayang sama kalian."

"Meskipun Ana gak pernah liat kalian."

                                ○●○
                         THE PROLOG


Hai! ini untuk prolognya dulu🤗

Kalo kalian suka, nanti aku lanjut ke part berikutnya😊

Jangan lupa vote dan komennya ya

Sampai ketemu di part selanjutnya👐

Semesta yang Tak Mau MengalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang