5. tersesat

85 11 1
                                    

[ Draco Malfoy ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ Draco Malfoy ]

---


Draco tidak bisa menahan senyumnya, betapa bodohnya anak baru itu. Ya kejadian hari ini tidak akan ia lupakan selamanya, walaupun sering sekali asrama Gryffindor membuat keributan di kelas ramuan, tapi kali ini berbeda.

Pansy sampai tertawa terbahak bahak, bahkan air liurnya sampai muncrat keluar hampir mengenainya. "Kau lihat wajah Granger?"

Draco memutarkan bola matanya. Hermione terkena cipratan ramuan yang tumpah, tepat di bagian wajah. Mukanya benar benar merah, Draco yakin beberapa menit kemudian dia akan berubah menjadi singa. Haha bercanda.

Omong omong tentang Hermione Granger. Tentu saja Draco tahu tentang pertemanan kedua orang tuanya itu. Draco sama sekali tidak merasa keberatan dengan hubungan mereka. Hanya saja, tidak bisakah kedua orang tuanya berteman dengan orang lain. Maksudnya, mereka kedua orang tua Hermione, tidak bisa dibayangkan semalu apa dirinya nanti? Bagaimana jika kedua orang tua Hermione tahu kejahatannya kepada putrinya selama ini, oh yeah mungkin mereka sudah tahu.

"Tenang anak anak." Tegas profesor Slughorn, dia membersihkan semua ramuan yang tumpah. "Kelas ramuan disudahi. Dan kau Mr. Jackson, ikut denganku."

Profesor Slughorn jarang sekali marah, melihatnya seperti ini membuat Draco teringat kepada bapak baptisnya, Snape. Well, Snape kalau sedang tidak marah pun terlihat seram. Tapi kebaikannya selama ini, mengubah cara pandang Draco tentangnya.

Pelajaran selanjutnya pemeliharaan satwa gaib. Draco masih tidak menyukai pelajaran ini. mereka selalu diajak ketempat yang tidak sempantasnya. Siapa yang suka tempat kotor? Belum lagi lalat dan nyamuk yang selalu mengganggu Draco. Sebegitu menariknya ia sampai sampai serangga pun tertarik padanya?

"Sial, aku tidak tahu menjadi tampan serumit ini." Keluh Draco dramatis.

Blaise yang mendengar itu sontak menoleh tidak menerima. "Oh ya kau si paling tampan." Setelah itu ia mencibir kesal.

"Mengapa kau kesal?"

Pansy menyenggol Blaise. "Ayolah Blaise jangan iri, kau tampan juga."

Blaise terhenti, dia cemberut hampir menangis, tangannya melebar hampir memeluk Pansy, sebelum Pansy menhidarinya dan bersembunyi di balik badan Draco. "Pansy! Sialan kau! Kau membuatku tambah patah hati."

"Ada apa denganmu."

Blase terduduk di tanah, dia mendengar ocehan marah Draco mengenai kotornya tanah yang ia duduki, tapi ia tidak peduli. "Kathleen, dia menolakku!" Teriaknya frustasi.

Draco dan Pansy saling pandang tidak mengerti. Berbicara bersamaan "What?"

"Kathleen? Siapa Kathleen?"

Blaise tidak menjawab, dia terdiam menutup mulutnya rapat rapat, lalu berdiri. Menatap canggung kearah Pansy dan Draco yang masih memasang wajah konyol penasaran. Dia rasanya ingin mengutuk dirinya sendiri, sudah ia putuskan sejak lama bahwa masalah percintaannya jangan sampai sahabat sahabatnya tahu. Sempat beberapa detik Blaise tidak bergerak setelah akhirnya ia memutuskan untuk berjalan mengikuti anak anak asrama Ravenclaw yang sudah jauh masuk kedalam hutan.

Namun segera Pansy menarik paksa kerah kemeja putih Blaise, jarinya menunjuk ke wajah tampan itu seperti memberi sebuah peringatan, lebih tepatnya sebuah ancaman. "Mau kemana tuan? Beraninya kau pergi begitu saja dan membuat kami mati penasaran. Blaise Zabini cepat ceritakan semuanya." Teriak Pansy di kalimat terakhir.

"Apa yang harus aku jelaskan?"

Pansy melotot. "Menyebalkan. Pantas saja belakangan ini kau jarang bergabung dengan kami. Kau selalu mencari alasan untuk tidak ikut bergabung, dan selama ini kau berkencan tanpa membicarakannya padaku, maksudnya kami. Kita sudah berjanji untuk tidak merahasiakan apa pun, tapi apa apaan kau ini, kau merahasiakannya. Katakan padaku siapa gadis sialan itu." Pansy menyadari tatapan bingung Blaise setelah ia mengatakan "gadis sialan".

"Gadis sialan, karena dia sudah membuatmu jauh dari kita." Pansy berkedip berkali kali untuk menjaga ekspresinya.

Terdengar suara hembusan tawa dari arah belakang. "Bilang saja kau cemburu Pansy." Draco melipat kedua tangannya.

Pansy melirik marah. "Bukankah kau juga marah, Draco. Kau menyadari sikap aneh Blaise belakangan ini kan? Dan kau tidak penasaran dengan gadis itu? Mengapa menjadi aku yang cemburu?"

Draco menaik turunkan bahunya. "Tidak sih." Draco tersenyum tipis. "Aku pergi duluan ya dah."

Blaise melebarkan matanya. "Tolong jangan tinggalkan aku dengan nenek sihir ini."

Pansy menajamkan tatapannya pada Blase. "Nenek sihir? Zabini!." Pansy  menjewer telinga Blaise.

Draco menggeleng gelengkan kepalanya. Pansy, dia sedikit kasar jika sedang cemburu atau bahkan lebih buruk. Dulu ketika kelas 3 Draco dan Pansy sempat berpacaran, dan suatu ketika ada seorang murid asal Ravenclaw yang memberikannya sebuah coklat dan surat cinta. Pansy benar benar marah, di tambah lagi Draco yang menerima itu semua dengan senang hati. Besoknya terdengar kabar bahwa anak itu pingsan di rumah sakit, rumornya ia di keroyok beberapa murid di kamar mandi lantai 2. Tapi Draco tahu itu ulah Pansy.

Mereka tidak lama berpacaran, kurang lebih 4 bulan. Itu pun karena Pansy yang sudah kewalahan dengan emosinya, katanya sih dia lebih baik mati tenggelam dari pada menahan cemburu.

Tahun depannya Pansy sudah mulai melupakannya, dan Draco tertarik pada adik kelasnya yaitu Astoria greengrass. Dia anak baik, cantik, pintar, dan lembut. Tapi hubungan mereka tidak berkembang dua tahun belakangan ini. Mungkin saja Astoria menyukai yang lain.

Draco terhenti, jejak jejak murid murid Ravenclaw menghilang di tanah. Jejak itu yang ia ikuti sejak tadi, tapi jejak itu berhenti hanya sampai disini, dan anehnya dia tidak menemukan satu orang pun. Tunggu tunggu, jika dilihat lihat hutan ini seperti cermin, bagian hutan depan sama persis seperti hutan bagian belakang. Kalian mengerti tidak?

Jika melihat lebih jelas akan membuat kalian lebih pusing. Hingga ada satu hal janggal disana, semak semak yang menutupi sebuah,

...

...

Genangan air? Ukurannya kira kira 2 meter, dan airnya yang berwarna hitam terlihat seperti sangat dalam. Draco mengambil sebuah batu, Tampa berpikir panjang ia melemparnya kedalam genangan, entah maksud tujuan dari itu. Yang terjadi adalah batu itu seakan di telan yang perlahan lahan masuk kedalam. Draco menjadi khawatir, genangan mana yang dapat menelan batu seaneh itu?





















Halo halo

New Things || Percy Jackson X Harry PotterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang