Daya mendengarkan kembali rekaman demo lagu barunya. Disana sini terdengar kurang pas. Lagunya tentang sesorang yang jatuh cinta. Tapi kenapa terdengar seperti nyanyian patah hati, ya?
Jawabannya ada di ruangan sebelah, di ruang tamu rumahnya. Iya, di rumahnya dan Kavka. Daya dan Kavka, rumah Daya dan Kavka jelasnya.
Daya menghembuskan napas keras, banyak pertanyaan berputar di atas kepala. Sumpah, bukan cemburu. Berani disamber geledek deh....ayam tetangga sebelah.
Perempuan itu memang Lunakan? Walaupun tidak segaya dulu, tapi kulit putih porselin dan wajah cantik itu tetap sama. Luna tetap perempuan tercantik yang Daya kenal.
Kenapa Luna yang dulu anggun dari ujung kepala sampai kaki jadi lusuh begitu? Dress biru kusut dengan renda kecil yang setengahnya copot dan sendal putih kotor yang sudah tipis.
Ada apa dengan Luna? Ada perlu apa dia larut malam begini? Dan... Sebentar, Bagaimana dia bisa tahu rumah ini?
Daya membuka lebar telinga. Siapa tahu percakapan Kavka dan Luna bisa terdengar sampai studionya.
Tiba tiba Ponsel Daya berdenting. Pesan dari Kavka,
Gue keluar sebentar..Pesan singkat padat dan bikin Daya mumat. Perasaannya jadi kacau, pertanyaan di kepala juga sudah campur aduk.
—————
"Lun, its okay. You are safe now." ucap Kavka pada Luna yang dari tadi merunduk dengan segelas coklat hangatnya.
Mereka di rumah aman. Ada rasa menyesal dalam diri Kavka, seharusnya dia lebih berusaha keras membujuk Luna untuk tinggal di rumah aman. Sehingga Luna tidak perlu mengalami mimpi buruk lagi. Luna menjadi sangat rapuh, persis pertama kali waktu mereka bertemu kembali setelah sekian lama berpisah.
Hari itu, 30 april dan besoknya libur. Kavka sudah semangat 45 bersenandung melangkah meninggalkan ruangan bergegas pulang. Sampai sebuah pesan singkat dari Mbak Ruri datang.
Ruang meeting, Kav. Gue rasa kita harus bantu klien ini.
Hal yang sering terjadi. Ya, kadang buat Kavka dongkol juga. Biasanya memang ada saja klien yang tiba tiba datang berkonsultasi tanpa membuat janji. Sehingga tidak jarang Kavka harus lembur karena kedatangan klien diwaktu mepet pulang kerja. Tapi sedongkol apapun dia, kalau udah ketemu klien apalagi yang benar benar butuh bantuan, Kavka bakal jadi yang lebih pengertian dan semangat.
Sampai di ruang meeting. Langkah Kavka terhenti sejenak. Dia kenal betul sosok perempuan yang sedang berhadapan dengan Mbak Ruri.
Semakin dekat, punggung perempuan itu membungkuk. Bicaranya terbata diselingi isak tangis. Suaranya, bahkan tangisnya. Kavka yakin, dia kenal perempuan itu. Luna.
Hari ini perempuan itu menangis lagi. Kavkapun sanksi, mungkin memang tidak ada hari yang Luna lewati tanpa menangis.
"Maaf aku lancang ke rumah kamu." lirih Luna. Ini kalimat kedua yang dia ucapkan sejak dari rumah Kavka.
"Radi datang" Ulang Luna. Kalimat sama dan satu satunya kalimat yang dia ucapkan pada Kavka.
Kavka tidak akan menanyakan bagaimana kejadian rincinya. Apa yang terjadi, Bagaimana Radi bisa menemukan Luna. Besok saja, Luna masih tertekan. Kejadian hari ini bahkan bisa memberatkan Radi dan bisa memguntungkan bagi Luna. Lihat aja, besok Kavka akan membicarakan langkah tepat dengan timnya.
Tapi saat ini, keadaan Luna yang lebih penting. Kekhawatiran menyelimuti Kavka. Dia merasa harus berbuat sesuatu supaya Luna benar benar tenang.
"Kamu aman disini. Dia nggak akan bisa ganggu kamu lagi." ucap Kavka. "Datang kerumahku adalah keputusan yang tepat." Kavka menjeda. "Terimakasih karena kamu nggak melarikan diri dan menyerah. Kita jalanin sama sama sampai prosesnya selesai dan kamu bisa hidup tenang." sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Married Anyway
Romansa"Day.. Pipis dulu sana, pee after sex bagus buat kesehatan." ucap Kavka yang kepalanya sudah nongol lagi dari balik pintu. Pee after what????? wajah Daya langsung memerah. Mereka memang baru melakukan seks. Demi semua Dewa Dewi Olimpus! Haruskah Kav...