"Anda pasti tahu apa yang akan terjadi kalau anda dan klien anda tetap melanjutkan perkara KDRT ini." pengacara Radi mendorong sebuah amplop cokelat.Kavka membuka isi amplop tersebut. Dia mengamati isinya, raut wajahnya berubah. Berurusan dengan pejabat kotor seperti Radi pasti akan serumit ini. Tapi ia akui , ia memang kecolongan kali ini. Dia tidak berfikir kalau Radi dan pengacaranya akan menempuh segala cara agar walaupun bercerai, namanya tidak akan tercoreng oleh kasus KDRT.
Kavka memasukkan kembali isi amplop cokelat tersebut dan mengembalikannya.
"Saya rasa poin poin yang klien saya ajukan sudah jelas dan tidak akan berubah. Kami akan tetap melanjutkan seperti yang tertera di persidangan nanti." ucapnya tegas. Sebisa mungkin ia berusaha terlihat tidak terpengaruh dengan isi amplop tersebut.Pengacara angkuh tersebut tersenyum sinis. "Oke." lalu beranjak meninggalkan meja tempat pertemuan ia dan Kavka.
Amplop cokelat itu ditinggalkan di atas meja. Kavka dengan cepat mengetikkan nama Luna di handphonenya.
————————
"Aku ya masih inget banget sama siapa itu namanya. Pacar si Kavka yang jaman kuliah itu loh, Rin."
"Beneran. Aku lihat mereka berdua."
"Dia kan tinggal di tower yang sama dengan anakku. Aku sering jemput cucu kesana. "
Cerocos Mala. Lancar bener mulutnya cerita dari tadi. Dia lumayan hafal muka Luna, dulukan Kavka sering ajak Luna ikut kumpul kumpul bareng.
Sedangkan Mami cuma senyum dengerin ocehan Mala, sahabatnya. Memang yang satu ini hobinya gosip. Mami coba ngalihin pembicaraan pas lihat Ibu yang baru ikut gabung di meja. "Wah kepitingnya gede banget. Banyak dagingnya nih."
Temen mami udah lengkap semua. Ada ibu, Timot, Mala dan tiga teman mami yang lainnya.
"Ya kan mot. Kamu juga lihatkan. Kita lihat Kavka sama si pacarnya yang jaman kuliah itu lo." tante Mala mulai lagi.
Ibu dan Mami langsung lihat lihatan. Bingung juga nanggepinnya. Walaupun mereka sebernya kepikiran. "Jaman sekarang. Mantan pacar boleh jadi temen kali." akhirnya Mami nemuin jawaban yang pas. Jawaban yang ditujukan buat dirinya sendiri. Nggak mungkinlah Kavka aneh aneh. Memang sih Luna itu sempat jadi yang paling spesial. Tapi itukan dulu. Yakinnya.
"Iya, jaman sekarang beda sama jaman kita dulu." Ibu ikut nimpalin. Ngebantuin argumennya mami. Nggak mungkin Kavka menantu kesayangannya aneh aneh.
"Iya. Kalau dulu, ada pacar yang jadi mantan. Jangankan papasan. Nyebut namanya, lewat depan rumahnya, semuanya tentang dia kita hindari." Kata Mami.
"Kayak kamu ya, Rin?" celetuk Timot.
Mami tertawa. " Aduh bener juga". katanya. Semua ikut tertawa. Diakam juga punya mantan suami. Mantan suami yang masih ia coba lupakan sampai saat ini.
"Aduh kenapa nih heboh banget. Bagi bagi dong gosipnya." Daya baru datang. Ia mencium pipi Mami dan Ibu.
Kebetulan kursi yang kosong cuma dua kursi di sebelah tante Mala. Daya duduk di sana. Sedangkan kursi yang satunya lagi ya buat Kavka.
"Nggak bareng Kavka, Day?" tanya Ibu.
"Enggak, Bu. Ntar dia nyusul." Jawab Daya. Sejujurnya dia juga nggak tahu kapan Kavka bakal nyusul. Udah seharian mereka diem dieman. Tadi pagi juga Kavka pergi kerja nggak pake pamit.
"Oh ya Day. Si Kavka kok kamu bolehin deket sama mantannya itu sih?" Tiba tiba tante Mala bertanya.
Daya yang lagi angkat tangan mau panggil waitress buat pesen minuman langsung kikuk. Tahu dari mana si Tante.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Married Anyway
Romansa"Day.. Pipis dulu sana, pee after sex bagus buat kesehatan." ucap Kavka yang kepalanya sudah nongol lagi dari balik pintu. Pee after what????? wajah Daya langsung memerah. Mereka memang baru melakukan seks. Demi semua Dewa Dewi Olimpus! Haruskah Kav...