5. Bola Panas

55.3K 1.8K 41
                                    

Kavka menuruni anak tangga dengan semangat. Cutinya sudah selesai dan harus kembali bekerja. Tadi dia sempat mengetuk pintu kamar Daya, tapi perempuan itu tidak ada disana.

"Daaay." Kavka masuk ke studio Daya dan melangkah pelan. Daya terlihat masih fokus pada layar komputer walaupun sudah begadang semalaman.

"Ay,Day,Daya.." panggil Kavka.

Daya memutar kursi menghadapnya. "Udah ganteng belum?" tanya Kavka yang puas karena mendapat perhatian Daya.

Mata Daya meneliti dari ujung kepala sampai Kaki. Rambut Kavka ditata rapi, kemeja putih dan setelan abu abunya juga terbalut sempurna di tubuh pria itu. Daya mengangguk dengan pasti, bahkan walaupun Kavka mengenakan baju merah dengan celana kuningpun pasti masih akan terlihat ganteng karena terbantu oleh wajah dan tubuh atletis nya.

Belum meresapi sepenuhnya pujian Daya, Kavka harus kecewa karena perempuan itu sudah memutar kursinya lagi menghadap komputer.

Dengan masam, Kavka duduk di kursi piano yang berada tepat di samping Daya. Tangannya mulai menekan tuts piano. Sambil meraba raba, Kavka memainkan lagu ibu kita kartini. Satu satunya notasi musik yang ia hapal karena keperluan ujian kesenian di sekolah dulu. "Dayaaa." panggil Kavka lagi, nadanya persis seperti anak anak yang memanggil ibunya untuk minta dibelikan balon spongebob.

"Lo ngapain sih?" tanya Kavka kesal. Sepertinya sesi rekaman Daya sudah selesai, headphone nya juga sudah diletakkan di tempat. Daya juga biasanya bakal ngamuk kalau dengar permainan piano Kavka yang berantakan. Bukan cuekin dia seperti sekarang ini..

"Apaan sih, Kav?" tanya Daya yang jadi kesal sendiri tanpa mengalihkan matanya dari layar komputer.

"Lo ngapain sih?" Kavka mencondongkan tubuhnya untuk melihat apa yang sedang Daya lihat.

"Kerjalah." sahut Daya cepat. Namun tepat saat itu pula Kavka langsung berdiri dan memutar kepala Daya untuk menghadapnya. "Kerja apanya lihatin video cowok koloran fitness?" geramnya sambil menekan kedua pipi Daya dengan tangan kanannya.

Bibir Daya jadi manyun karena pipinya ditekan begitu. Matanya lalu mengerjap.."Yaaa..." ia berfikir sebentar untuk menyusun alasan yang masuk akal bagi Kavka. Catat, untuk Kavka. Kalau dia sendiri sih nggak perlu cari alasan lagi. Toh si cowok itu sendiri yang upload video fitness cuma pake kolor di akunnya. Berarti semua orang bebas nontonkan?

"Namanya Dewa, dia tuh suka cover lagu dan viewsnya banyak banget. Mas Rama bilang dia minta gue buat bikin lagu debutnya." Daya mulai menjelaskan, dia melirik Kavka. Tapi pria itu tampak tidak puas dengan tatapan tajam dan menunggu penjelasan berikutnya. "Eng... Kalau video fitness ini, gue udah nonton semua cover lagunya. Jadi... ya gue sekalian nonton video ini." lanjut Daya sambil melirik layar komputer yang masih memutar Dewa yang sedang melakukan gerakan push up dengan satu tangan.

"Ganjen lo." dengus Kavka, cubitannya pada wajah Daya ia lepaskan.

"Enak aja!" tolak Daya tidak terima sambil mengusap pipinya yang perih karena Kavka. "Gue juga harus tahu se-fit apa orang yang bakal nyanyiin lagu gue. Pernapasannya-"

"Gan!jen!" potong Kavka, alasan Daya itu sama sekali tidak masuk akal. Saking gemasnya ia kembali menarik pipi kanan Daya.
"Sakit Kaaaav!" rengek Daya, tangannya memukul mukul tangan kejam Kavka. Memangnya apa salahnya lihat video cowok sedang fitness sih? herannya.

Tarikan Kavka pada pipi Daya tidak sekeras bagaimana rengekan perempuan itu. Dayanya saja yang lebay, bikin Kavka jadi ingin cubit yang lebih lama.

Tapi sayangnya Kavka sudah harus berangkat kerja. Masa iya hari pertama kerja setelah cuti malah terlambat? Kantornyakan bukan punya nenek moyangnya, dia tidak bisa berbuat sesuka hati begitu. Maka dengan berat hati ia melepaskan Daya dan segala keganjenan perempuan itu.

We Are Married AnywayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang